Ekspedisi 6 Riam, Aspal Hanya Butuh Dua Hari

Dikejar Waktu, Terobos Jalan Licin dan Becek

EKSPEDISI. Tim Aspal ketika berada di Riam Berawant yang merupakan rute terpanjang dari ekspedisi 6 Riam Bengkayang, kemarin. Aspal for RK

Banyak cara mengekspresikan kegemaran. Seperti yang dilakukan Asosiasi Penjelajah Khatulistiwa (Aspal). Dua hari melakukan ekspedisi ke enam riam.

Rizka Nanda, Pontianak

eQuator.co.id – RINTIK hujan, jalan licin dan tanah merah yang sudah seperti bubur itu tak mampu menyurutkan semangat sepuluh motor melaju. Badan basah kuyup bukan jadi halangan untuk berhenti melanjutkan perjalanan. Demi mewujudkan impian 20 remaja tergabung dalam Aspal melakukan ekspedisi 6 Riam di Sangau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Sabtu (19/1) hingga Minggu (20/1).

“Sebagai leader perjalanan saya salut sama kawan-kawan yang ikut berpartisipasi di dalam trip ini. Walau lelah belum ada makan, minuman kurang tapi di balik itu semua kita dapat mengambil bonus dengan sampai ke riam yang kita targetkan,” ujar Fajarudin kepada Rakyat Kalbar, Selasa (22/1).

Fajar menuturkan, 6 Riam adalah Riam Pangar, Riam Merasap, Riam Marum, Riam Ampang, Riam Berawant, dan Riam Jugan. Untuk sampai ke semua Riam tersebut Tim Aspal harus melewati jalan yang masih jarang dilalui masyarakat. Bahkan disertai dengan kondisi hujan yang menambah dahsyatnya perjalanan.

“Solidaritas semua kawan-kawan selama dua hari ini benar-benar keren. Salut sekali, saya bangga,” ujarnya.

Menurutnya waktu dua hari sangat singkat untuk melakukan ekspedisi di 6 Riam yang cukup terkenal di Bumi Sebaloh itu. Di situ, tim harus bermain dengan waktu. Jarak dari satu riam ke riam lainnya rata-rata membutuhkan waktu setengah jam. Bahkan ada yang satu jam. Kecuali Riam Pangar dan Merasap yang masih berada dalam satu kawasan. “Walaupun kita tidak lama, tapi bisa mengunjungi semua. Jarang 6 Riam bisa terlaksana,” ujarnya.

Dijelaskan dia, guide mengatakan tiga hari kurang untuk 6 riam. Sehingga mereka banyak bermain di dalam waktu. Karena sangat berharga. “Jaraknya juga jauh-jauh. Infrastruktur yang kurang memadai. Tapi harus bisa berkilo-kilo,” bebernya.

Pria yang karib disapa Bulat ini mengaku sebetulnya ia tidak membayangkan ekspedisi 6 Riam ini akan berhasil. Karena melihat jarak antara riam ke riam yang jauh dan kondisi jalan tidak memadai.

“Tapi karena solidaritas dan penuh semangat serta keinginan kita bisa menaklukkan semuanya. Apalagi sampai ke Riam Berawant yang paling jauh dan infrastrukturnya paling buat greget,” ungkap dia.

Sebagai komunitas penjelajah dan pecinta alam, Bulat berharap keasrian alam di Bumi Sebaloh ini dapat terus terjaga. Masyarakat dan pemerintah harus bisa menjaga kondisi yang ada itu. “Apalagi hutan di Riam Berawant itu kan kawasan hutan adat. Itu harus terus kita jaga,” tukasnya.

Sementara itu, Porter perjalanan Evarisco Usman menuturkan filosofi singkat 6 Riam dikarenakan riam-riam ini merupakan riam unggulan di Kabupaten Bengkayang. Sehingga ia menilai hal yang harus dipertahankan oleh pemerintah serta masyarakat sekitar adalah tetap menjaga keasrian dan keaslian hutan. Jangan sampai ada penebangan liar. “Dan infrastruktur yag harus di benahi seperti akses jalan sampai lokasi serta anak tangga menuju bawah Riam,” tuturnya.

Koordinator Bidang Pendataan Atlit KONI Kabupaten Bengkayang ini mengatakan, masih perlu penambahan fasilitas. Seperti toilet, ruang ganti, tempat santai dan tempat perkemahan. Bila perlu ada penamabahan homestay. Harus ada pula pengelolaan dari pemerintah desa. “Seperti untuk mengelola tiket parkir serta tiket masuk agar para pengunjung juga merasa aman,” ungkapnya.

Risco, sapaan akrabnya menyatakan hal yang perlu dilakukan saat ekspedisi semacam ini adalah kekompakan tim, perlengkapan, kekuatan fisik, serta managemen waktu yang pas. “Satu hal yang terpenting jika berpergian harus mempunyai jadwal yang free. Karena untuk melakukan ekspedisi ini harus menikmati keindahannya,” tuturnya.

Oleh karena itu, Risco berpesan kepada setiap backpacker yang berkunjung serta para wisatawan untuk selalu menjaga kelestarian hutan. Dengan tidak menebang pohon atau tumbuhan. Membuang sampah pada tempatnya dan mengambil sampah yang berserakan.

“Yang terpenting adalah menghormati  adat istiadat serta budaya setempat. Selalu ingat dan menjalani kode etik pecinta alam,” tandas Risco.

Menanggapi ekspedisi 6 Riam yang dilakukan Tim Aspal, Kepala Dinas Pariwisata dan Olahraga (Disporapar) Kalbar, Natalia Karyawati menyambut baik perjalanan itu. Karena menurutnya perjalanan semacam ini bisa membantu pemerintah dalam hal mempromosikan destinasi wisata yang ada di Tanah Borneo ini. Bisa manfaatkan kekuatan medsos untuk mempromosikan potensi wisata alam Kalbar. Dengan memposting foto atau video dari sana menggunakan hastag yang disepakati bersama. “Misal #wisataalamkalbar, atau yang lainnya yang mencerminkan branding pariwisata Kalbar,” tuturnya kepada Rakyat Kalbar.

Natalia mengaku pihaknya bersama generasi pesona Indonesia (Genpi) juga sudah mulai mempromosikan destinasi wisata alam. Baik melalui pembuatan video, lomba fotografi yang kemudian di upload ke medsos. “Dan tentu kita memerlukan dukungan banyak pihak untuk mempromosikan destinasi yang belum banyak terekspose. Seperti kehadiran komunitas semacam aspal ini,” tutur dia.

Sementara itu, untuk pembangunan akses jalan, Disporapar selalu berkoordinasi dengan Dinas PUPR. Karena untuk tupoksi pembangunan akses tersebut ada di dinas PUPR. Sehingga secara bertahap infrastruktur ini akan dibangun. “Tentu saja melalui program-program prioritas pembangunan,” tutup Natalia. (*)

 

Editor: Arman Hairiadi