eQuator.co.id – Perekonomian Indonesia diprediksi membaik. Hal itu seiring dengan mulai terlewatnya masa-masa pelemahan pertumbuhan ekonomi di level yang rendah. Menjelang akhir tahun, pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan akan tumbuh positif, meski belum mampu mendekati angka 6 persen.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Solikin M. Juhro mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada Indonesia telah mencapai puncaknya pada Juni 2015 lalu. “Nah di 2016 ini, sudah membaik sebetulnya kalau kita lihat di dua kuartal pertama, yang rata-rata 5 persen,” jelasnya usai diskusi bertema ‘Mewujudkan Ketahanan Finansial Indonesia Dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi Global di Abad ke-21’ kemarin (5/11).
Pada kuartal I 2016 lalu, perekonomian Indonesia tercatat tumbuh 4,92 persen, lalu naik menjadi 5,18 persen pada kuartal berikutnya. Pada kuartal III, Solikin memprediksi pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5 persen. “Angka detailnya berapa, kita tunggu saja (rilis dari Badan Pusat Statistik). Jadi kami melihat memang tidak sekuat yang sebelumnya, tapi cukup tinggi juga,” lanjutnya.
Kondisi ekonomi yang seolah merangkak naik ini, salah satunya didukung oleh kebijakan moneter dan makroprudensial. Seperti pelonggaran loan to value (LTV) untuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB), pelonggaran giro wajib minimum (GWM), serta penurunan suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate. Hal itu, menurut Solikin, sedikit demi sedikit cukup mampu membawa perekonomian Indonesia tumbuh positif dan bangkit dari keterpurukan yang terjadi pada 2015 lalu.
Dibandingkan dengan negara lain seperti India dan Tiongkok, Indonesia cukup mencatatkan pertumbuhan yang positif. “Kita tumbuh memang tidak sekuat tahun-tahun yang kemarin. Kalau di asumsi tahun depan, di R-APBN kan juga disebutkan 5,1 persen, itu juga sudah cukup bagus untuk kondisi saat ini,” paparnya. Optimisme konsumen pun, tambah dia, masih akan tetap bagus seperti historis di tahun-tahun sebelumnya.
Di awal kuartal III, tepatnya Oktober 2016, survei konsumen BI mengindikasikan optimisme konsumen yang meningkat dibanding pada September. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) naik 6,8 poin, menjadi 116,8. Peningkatan itu didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang sama-sama naik, masing-masing sebesar 7,2 poin dan 6,4 poin. Besaran IKE dan IEK per Oktober lalu masing-masing 103,2 dan 130,4.
“Optimisme konsumen meningkat, dengan peningkatan IKK paling tinggi di Surabaya dan DKI Jakarta. Keyakinan paling tinggi terjadi pada responden yang mempunyai pengeluaran sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per bulan,” papar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara. (rin)