Dunia Berebut Pangan, Energi, dan Air

Tahun Depan Kalbar Tuan Rumah Hari Pangan Sedunia

PANGAN SEDUNIA. Gubernur Kalbar Cornelis di dampingi Ketua TP PKK Kalbar Frederika Cornelis beserta Kadis Pertanian, Kadis Badan Ketahanan Pangan, Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan, berfoto bersama usai mengikuti kegiatan Hari Pangan Sedunia ke 36 di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (29/10). Humas Pemprov for RK

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Tahun depan, untuk pertama kalinya Kalbar akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-37. Penunjukkan ini pun disambut baik oleh Gubernur Kalbar, Drs Cornelis MH.

Kepastian Kalbar sebagai tuan rumah, didapat Cornelis setelah ia menghadiri HPS ke-36 di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, minggu, (30/10), yang dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo. Bahkan, orang nomor satu di Pemerintahan Provinsi Kalbar ini mengucapkan terima kasih atas kepercayaan pemerintah pusat kepada Pemprov Kalbar untuk menjadi tuan rumah HPS ke-37.

“Ini menunjukan bahwa Kalbar memiliki potensi-potensi bagi keberlangsungan program pertanian dan lain sebagainya guna mendukung kedaulatan pangan,” ujarnya di Kantor Gubernur Kalbar, Senin (31/10).

Menurut Cornelis, tiga hal penting seperti pangan, energi, dan air di sampaikan Jokowi pada Puncak HPS ke 36. Ketiga hal tersebut harus menjadi perhatian dan membutuhkan perencanaan serius.

“Makin hari pertumbuhan manusia semakin meningkat, dan negara-negara pasti akan berebut-rebut dengan tiga hal tersebut, kalau kita tidak bergerak dan membuat perencanaan dengan baik kita akan sulit,” ungkap Cornelis.

Berkaitan dengan pangan, Cornelis mengatakan, dalam beberapa tahun ini, iklim ekstrim melanda berbagai belahan dunia. Dampak langsung perubahan iklim ini pada pertanian. Terjadi degradasi sumber daya pertanian dan infrastruktur. Seperti degradasi dan penciutan sumber daya Iahan, potensi sumber daya air, kerusakan sumber daya genetika, kapasitas irigasi, epidemi hama atau penyakit tanaman dan hewan.

“Selain itu, kondisi hujan dan pengelolaan yang kurang tepat akan menyebabkan banjir, Iongsor dan kekeringan,” jelasnya.

Dampak tersebut berlanjut kepada gangguan terhadap sistem produksi pertanian, terutama pangan. Seperti terjadi penurunan dan ketidakpastian produktivitas dan luas panen. Sehingga berujung pada ancaman rawan pangan serta peningkatan kemiskinan.

Di era perubahan iklim ini, peran pertanian terlebih sektor pangan sangat strategis. Karena sektor pertanian merupakan penyedia pangan dan bahan baku pengolahan aktivitas utama. Baik usaha tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, maupun perikanan.

“Hampir semua usaha tani ini rentan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, perubahan iklim merupakan salah satu ancaman serius terhadap ketahanan pangan,” katanya.
“Peran Pemerintah dalam penguatan kapasitas adaptasi pertanian antara lain memulai inovasi teknologi pengembangan kemampuan manajerial, penyediaan infrastruktur, kebijakan harga dan perbaikan kelembagaan pendukungnya,” sambung Cornelis.

 

Laporan: Isfianyah

Editor: Arman Hairiadi