Dukungan Pengusaha hingga Wartawan

USAI DIPERIKSA SEBAGAI SAKSI. Dahlan Iskan di Kejari Jatim, Kamis (27/10). F-Galih Cokro/Jawa Pos

eQuator.co.id – Penetapan tersangka dan penahanan semena-mena terhadap Dahlan Iskan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Sejumlah kalangan memberikan dukungan moril kepada mantan menteri BUMN itu. Mulai penggalangan petisi hingga aksi simpatik di jalan.

Erick Antariksa, penasihat hukum grup band Slank, termasuk yang memberikan dukungan moril untuk Dahlan. Dia menyebut penetapan dan penahanan Dahlan dalam kasus PT PWU menunjukkan sebuah kesewenang-wenangan Kajati Jatim. Penegakan hukum tersebut sengaja dilakukan hanya sebagai ajang unjuk gigi.

Erick menyatakan, unsur terpenting dalam sebuah kasus korupsi adalah adanya kerugian keuangan negara. Nah, sampai hari ini, BPK atau BPKP belum menyatakan secara resmi nilai kerugian yang dialami negara dalam urusan tersebut.

Kejanggalan lain, kata Erick, PT PWU adalah sebuah korporasi. Dalam korporasi, untung rugi tidak bisa dilihat secara sekilas saja. Kalau mau adil, total kekayaan PT PWU harus dilihat. Saat Dahlan masuk ke PWU, asetnya hanya sekitar Rp 63 miliar. Nah, ketika ditinggal Dahlan, aset perusahaan menjadi Rp 250 miliar.

“Sejak dipimpin Dahlan juga tak ada lagi modal dari APBD. Jadi, di mana sebenarnya kerugian negaranya?” ungkapnya.

Lantaran nilai kerugian negara belum jelas, Erick menilai penetapan Dahlan sebagai tersangka sangat menyalahi Surat Perintah Larangan Kriminalisasi yang dikeluarkan Presiden Jokowi. Dalam butir 4 terdapat larangan penetapan tersangka tanpa nilai kerugian negara yang jelas.

“Masak, belum jelas kerugiannya, tapi sudah di-TSK-kan (ditersangkakan, Red), ditahan pula. Prematur. Terlalu tergesa-gesa,’’ kecam Erick.

Selain itu, dalam surat edaran tersebut juga dijelaskan larangan mengekspos dugaan korupsi ke media secara berlebihan sebelum proses penuntutan di pengadilan. Erick menilai, Kajati Jatim Maruli Hutagalung melanggar poin tersebut. Sebab, Maruli sudah membuat heboh di media sejak awal.

Ekspose di media heboh sejak masa pemanggilan Dahlan sebagai saksi. Apalagi Maruli sempat aksi pamer terima telepon dari Jaksa Agung M. Prasetyo di hadapan awak media.

’’Rasanya kurang elok seorang Kajati memamerkan pembicaraan dengan jaksa agung tentang penyidikan Dahlan Iskan di hadapan banyak awak media,’’ ujarnya.

Menurut Erick, Presiden Jokowi pernah bertitah langsung di hadapan para Kapolda dan Kajati se-Indonesia bahwa dia tidak akan segan-segan memecat Kapolda atau Kajati yang melanggar surat perintah presiden tentang larangan kriminalisasi tersebut.

”Jadi, sekarang kita tunggu saja realisasi janji Pak Presiden Jokowi yang berkata akan memecat penegak hukum yang masih nekat melakukan kriminalisasi,” tandas Erick.

Dukungan terhadap Dahlan juga disuarakan para relawan Dahlanisme. Mereka, Jumat siang (28/10), turun ke jalan untuk melakukan aksi simpatik di sekitar Monumen Polri di Jalan Darmo, Surabaya. Dalam aksi itu, mereka membagikan brosur sebagai bentuk dukungan kepada mantan direktur utama PLN tersebut.

Brosur tersebut berisi tulisan #SaveDahlanIskan dan #PercayaDahlanIskan. Para Dahlanis tersebut menyerukan kepada pengguna jalan untuk mengetik dua tulisan itu di seluruh akun media sosial.

”Aksi ini bentuk rasa prihatin kami atas penahanan Dahlan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Tidak seharusnya beliau ditahan,” kata Daniel Rorong selaku koordinator aksi. Para pendukung Dahlan pun meminta kejaksaan menegakkan hati nurani. Mereka meminta status Dahlan diganti dengan tahanan kota.

”Perhatikan kesehatan beliau. Jangan paksakan menahan beliau. Apalagi, kami percaya Dahlan tidak bersalah,” tegas Daniel.

Aksi di Monumen Polri itu disebut Daniel sebagai aksi pertama dan akan dilanjutkan dengan aksi berikutnya. Rencananya, Minggu (30/10) mereka kembali turun ke jalan. Tepatnya di arena car free day Taman Bungkul, Surabaya.

”Kami akan kumpulkan sejuta tanda tangan dukungan untuk Dahlan,” ujar Daniel.

Tak berselang lama, dukungan juga mengalir dari kalangan wartawan yang dulu pernah berkiprah bersama Dahlan. Mereka dulu bekerja di media massa yang berbeda dengan Dahlan. Para wartawan itu menyampaikan petisi keprihatinan.

Hadiaman Santoso, perwakilan Wartawan Indonesia, menyatakan bahwa penetapan Dahlan sebagai tersangka terkesan mengada-ada. ”Kami ini mendukung segala gerakan pemberantasan korupsi. Tapi, apa yang dilakukan kepada Dahlan Iskan itu di luar nalar dan bertentangan dengan perikemanusiaan,” jelasnya.

Perlakuan kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jatim terhadap Dahlan dinilai tidak profesional dan tidak proporsional. Atas dasar itulah, mereka mengecam keras tindakan Kejati Jatim yang telah menetapkan dan menahan Dahlan dalam kasus PT Panca Wira Usaha (PWU) Jatim.

”Kami juga memohon kepada Presiden, segera menata kembali kinerja aparat penegak hukum,” ujarnya.

Tuntutan juga disuarakan kepada jaksa agung. Mereka meminta jaksa agung secepatnya mengevaluasi penetapan tersangka dan penahanan Dahlan. Selain Hadiaman, pembacaan petisi juga diikuti Prof Sam Abede Pareno, Ali Salim, Herman Rivai, Ferry Is Mirza, Oki Lukito, dan Yamin.

Beberapa pengusaha dari Perkumpulan Masyarakat dan Pengusaha Indonesia Tionghoa (Permit) Jatim kemarin juga berkumpul untuk memberikan dukungan kepada Dahlan. Mereka, antara lain, Yoshie Halim (konsultan arsitek nasional sekaligus ketua Permit Jatim), Sutiadji Yudho (wakil ketua dewan penasihat), Erlin Dharmayanti (ketua eksekutif), dan Silvia Gondo Wijoyo (bendahara).

Para pengusaha itu khawatir akan kondisi kesehatan Dahlan Iskan selama menjalani penahanan. Sutiadji menuturkan, tidak sampai sejam setelah berita penahanan Dahlan muncul di televisi Jumat malam (28/10), dia menghubungi salah seorang rekannya di Singapura, Robert Lay.

Pria itu dikenal sebagai salah seorang kawan dekat Dahlan yang sangat ketat mengatur makanan dan aktivitas Dahlan selama penyembuhan pascaoperasi. Saat Sutiadji memberitahukan kondisi Dahlan, respons Robert Lay sangat mengejutkan.

”Kalau di tahanan, orang ini bisa mati,” tutur Sutiadji menirukan Robert Lay.

Sutiadji termasuk tahu kondisi Dahlan karena pernah mendampingi langsung sekitar tiga bulan pascaoperasi. Sutiadji juga pernah mendengar langsung dari dokter yang menangani Dahlan, dr Zheng. Dia mewanti-wanti Dahlan agar jangan sedikit pun terinfeksi virus ataupun penyakit. Meski cuma virus ringan.

”Virus yang tidak bisa membunuh orang normal bisa membunuh Pak Dahlan,” kata Sutiadji.

Selain Sutiadji, Setia Budhijanto, arsitek kenamaan dari Surabaya, tahu persis bagaimana ketatnya disiplin yang harus diterapkan Dahlan agar terus hidup. Untuk minum obat, mantan menteri BUMN itu harus tepat waktu. Tidak boleh terlambat sedikit pun.

Pria yang akrab dipanggil Budi tersebut ingat pada tahun yang sama Dahlan masih dalam proses penyembuhan. Waktu itu dia masih menjabat direktur PT Panca Wira Usaha (PWU) Jatim. Dahlan menyempatkan menghadiri rapat bersama anggota DPRD Jatim meski masih menjalani penyembuhan.

Dahlan khawatir rapat akan memakan waktu lebih lama dari yang dijadwalkan. Sementara itu, waktu minum obat semakin dekat. Dahlan pun mengontak Budi untuk mengambilkan obat di rumahnya di kawasan Sakura Regency, Surabaya.

”Kami janjian ketemu di tengah jalan biar jamnya pas,” tuturnya.

Budi masih ingat, dirinya menenteng sepuluh macam obat dan bertemu Dahlan di ruas tol Surabaya–Gempol, dekat bundaran Satelit. Begitu obat diserahkan, Dahlan meminum sepuluh macam obat tersebut di tempat.

”Sepuluh macam itu tidak boleh terlambat lima menit pun,” katanya.

Sepengetahuan Budi, risiko kematian bagi seseorang yang menjalani transplantasi liver bukan pada operasi. Namun, pada masa setelah operasi. Lebih dari 60 persen pasien meninggal karena tidak disiplin, baik dalam makanan maupun berinteraksi dengan orang lain.

”Pak Dahlan sudah bertahan 10 tahun lebih, jangan sampai semua usaha itu kandas gara-gara ditahan,” ungkapnya.

Senada, Sutiadji menegaskan bahwa dukungan para pengusaha tidak bermotif politik. Mereka tetap menghormati proses hukum yang sedang berjalan. Namun, dia berharap penegak hukum punya hati nurani untuk melonggarkan penahanan Dahlan sehingga menjadi tahanan rumah atau kota.

”Saya murni ngomong tentang kemanusiaan,” katanya.

Menurut dia, proses hukum yang ada saat ini bertujuan mendapatkan kebenaran utuh. Itu berarti, Dahlan harus sehat agar mampu memberikan keterangan dengan jernih dalam pengadilan.

Ketua Permit Jatim Yoshie Halim menyatakan akan terus menggalang dukungan untuk Dahlan. Menurut dia, hukum bisa terus berjalan, tapi hak individu untuk hidup juga harus diperhatikan. Tidak terkecuali hak kesehatan Dahlan.

Di mata Yoshie dan kalangan pengusaha Jatim, Dahlan adalah sosok penasihat yang senantiasa membantu rekan pengusaha lain. Mantan Dirut PWU itu adalah senior yang sangt dihormati sekaligus seorang chief executive officer (CEO) terbaik di Indonesia. ”Kalau sampai beliau kenapa-napa di tahanan, itu great loss buat bangsa ini,” tutur Yoshie. (Jawa Pos/JPG)