eQuator.co.id – Malang nasib Nani Lestari. Perempuan berusia 28 tahun itu ditelantarkan pasangan hidupnya. Dugaan Nani telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga pun mencuat.
Nani, suaminya bernama Iswandi, mertuanya, dan buah hati mereka Weni yang baru berumur sebelas bulan, tinggal di Dusun Sumsung, Sambas. Ditemui di RSUD dr. Abdul Azis Singkawang kemarin, tulang di bidang dadanya terlihat, wajahnya pun cekung. Tampak jelas kekurangan nutrisi dan mengalami tekanan batin yang luar biasa.
Bicara pun, Nani kurang lancar. Infus terpaksa diberikan untuk memberikan cairan yang cukup dan sedikit gizi pengganti. Sesekali, ibunya Nani, Marni memegang tangan anaknya. Dugaan sementara, Nani mengalami sakit paru-paru dan jantung.
“Sebelum anak saya dibawa ke rumah sakit, saya sempat ditelponnya, dia mengabarkan sedang sakit di Sambas. Namun saya tak punya uang untuk pergi ke Sambas,” ujar Marni (49 tahun), di RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang, Selasa (24/5).
Kasih ibu memang sepanjang hayat. Berbekal akomodasi seadanya, Marni akhirnya melakukan perjalanan lintas kabupaten untuk menemui anak pertamanya itu di Sambas, Sabtu (21/5). Perempuan asal Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, ini sempat menginap di tempat kerabatnya di Pemangkat.
Keesokan harinya (22/5), ditemani familinya itu, Marni menuju ke Dusun Sumsung, Sambas. Betapa terkejutnya dia ketika bertemu Nani. Kondisi anaknya tersebut sungguh memprihatinkan, tak segar bugar seperti dulu.
Sayang, ketika hendak membawa anak dan cucunya, Sang Menantu, Iswandi, menolak keinginan Marni. Cekcok pun terjadi. Iswandi bahkan sempat meninju dinding rumah tersebut.
Namun, akhirnya Nani dilepaskan. Tapi, anak mereka tidak. Dengan sangat terpaksa, Marni merelakan cucu perempuannya itu tetap berada dalam cengkeraman Iswandi. Nani dibawa ke RSUD Abdul Azis Singkawang untuk mendapatkan perawatan medis.
Berdasarkan cerita Nani kepada Marni, Iswandi yang bekerja sebagai buruh bangunan sering marah-marah dan membentak-bentak tanpa sebab yang jelas. Pun makanan yang diberikan ke Nani ala kadarnya, jauh dari kata empat sehat lima sempurna. Nasi putih saja.
Menurut Marni, Nani melahirkan Weni di kediamannya. Tiga bulan di Mandor, Neni baru kembali ke Sambas bersama Iswandi.
“Anak saya dua kali menikah, yang di Sambas itu suami keduanya. Dulu pernah menikah dan mendapatkan seorang anak. Sekarang dengan suami barunya, anak saya mendapat anak perempuan lagi,” tutur dia.
Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Peka Kalbar, Rosita Nengsih, yang mendampingi Marni membenarkan Nani ditelantarkan suaminya. “Ini sebuah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kalau kondisi korban sudah sehat, kami akan melaporkan peristiwa ini ke Polres Sambas,” ujarnya. (*)
Suhendra, Singkawang