TRUMP sudah pulang –Alhamdulillah.
Bahwa ia sudah sembuh atau belum itu urusan dokter.
Yang jelas Presiden Donald Trump –yang terkena Covid-19 itu– Senin petang sudah meninggalkan rumah sakit militer di Maryland. Berarti hanya tiga hari Trump di rumah sakit.
Politik membuatnya harus tampak sehat, kuat, dan perkasa. Politikus takut diberitakan sakit. Agar jabatannya aman. Pengusaha besar takut diberitakan sakit. Agar harga sahamnya tidak merosot. Menantu takut diberitakan sakit. Agar tetap disayang mertua. Atau sebaliknya.
Maka kalau Trump memaksa pulang bukan berarti ia kangen istri. Sang istri memang tidak menengoknya ke rumah sakit tapi itu karena juga terkena Covid-19. Yang dia juga harus karantina diri.
Sama-sama terkena Covid-19, Melania sangat baik. Itu, menurut Trump, karena Melania sedikit lebih muda dari dirinya. Yang dimaksud sedikit itu adalah: selisih 24 tahun.
Selama tiga hari di RS, Trump dua kali bikin video dan sekali memaksa bermobil untuk menyapa pendukungnya yang memenuhi tempat di seberang RS. Ia juga dua kali marah. Pertama, saat Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows memberikan keterangan yang mengisyaratkan sakitnya Trump serius.
Kedua, saat ia lihat di televisi, kok tidak ada orang dekatnya yang tampil membelanya. Pembuatan video dan sapaannya ke seberang RS itu adalah cara Trump untuk membela dirinya sendiri.
Selama di RS, Trump memang tetap mengikuti siaran TV. Menurut media di AS, alokasi waktu Trump menonton TV justru lebih banyak. Rupanya ia kesal melihat tayangan yang dipenuhi berita dirinya sakit. Orang kuat kok sakit. Terkena Covid-19 lagi.
Tapi syukurlah. Orang kuat itu sudah kembali kuat. Setidaknya kuat kembali ke Gedung Putih.
Yang menjadi spekulasi adalah: apakah paru-parunya cacat akibat Covid-19 ini. Kan kadar oksigen dalam darahnya sempat di bawah level 94. Dua kali pula. Yakni Jumat pagi lalu. Itulah sebabnya, Trump diberi obat yang mestinya untuk golongan penderita Covid-19 agak berat. Ia juga diberi obat anti-pembengkakan. Berarti ada infeksi di paru-paru itu.
Dan itulah pula yang membuatnya diterbangkan dengan helikopter ke rumah sakit.
Tapi bisa saja semua itu sekadar langkah kehati-hatian. Bukan karena benar-benar serius.
Yang jelas, Trump sudah keluar dari rumah sakit. Meski ia tetap harus minum obat steroid (untuk anti bengkak akibat infeksi), remdesivir dan dexamethasone. Itu obat-obat untuk pasien yang tidak tergolong ringan.
Apa pun Trump sudah bisa membela dirinya sendiri dari serangan kanan kiri. Ia sudah pula ancang-ancang untuk melakukan serangan balik. Mungkin bisa 100 kali lebih berat dari sebelumnya. Tanda-tandanya sudah dimulai.
Ia menganggap terkena Covid ini sebagai sekolah yang penting. “Saya bukan lagi hanya disuruh membaca buku pelajaran, tapi saya masuk ke sekolah,” katanya.
Ini berarti Trump akan punya ”legalitas” bahwa ia berhak berbicara tentang Covid-19 melebihi siapa pun. Ia adalah pelaku. Yang lain hanya komentator.
“Jangan ketakutan berlebihan,” ujar Trump setelah lulus sekolah itu. “Jangan ketakutan itu mendominasi kehidupan Anda,” katanya seperti dikutip secara luas oleh media di Amerika.
Pernyataan ”jangan takut” adalah bentuk tangkisan atas serangan umum bahwa ia terlalu meremehkan Covid-19.
Pokoknya, Trump kini punya bahan untuk kampanye baru. Dan untuk debat kedua tanggal 15 Oktober nanti: bahwa Amerika yang hebat harus punya presiden yang kuat dan pemberani. Termasuk kuat ketika diserang Covid-19 dan berani melawannya. Setidaknya berani meninggalkan RS dengan status pasien sekadar untuk teater politik di depan pendukungnya.
Saya juga pernah meninggalkan RS dalam status sebagai pasien –tidak tahan ingin nonton Persebaya di stadion Tambaksari. Dan saya juga berani melek jam 1 malam untuk nonton Liverpool yang kalah kok sampai kebobolan 7 gol.
Trump memang punya adrenalin yang hebat. Tapi ia juga harus membuat semua staf di Gedung Putih untuk memiliki adrenalin yang sama. Begitu banyak staf Gedung Putih yang terkena Covid-19. Ia harus bisa mempertahankan jangan sampai ada salah satu di antara mereka itu yang meninggal dunia.
Trump harus tetap bisa mengatakan bahwa terkena Covid-19 itu baik-baik saja: lebih ringan dari terkena flu.(*)