Urin Dona Negatif Narkotika, Bermotor Bugil karena Depresi?

Beda Pengakuan dengan Hasil Tes Air Seni

Lanjutnya, gangguan kejiwaan apa yang muncul itu bergantung banyak faktor. Mulai dari berapa lama menggunakan, berapa dosisnya, apa yang dia alami, kepribadiannya, dan sebagainya.

Apakah bisa sampai berkendara bugil? “Ya, bisa saja terjadi. Tapi tidak semua pengguna narkoba akan melakukan dan mengalami hal itu ya”, terang Maria.

Pada umumnya, ia menyebut, seseorang yang telanjang di depan publik bisa karena stres berat atau karena gangguan jiwa berat (psikotik). “Kalau pengguna narkoba sampai telanjang, berarti dosis obatnya sudah sampai merusak kesadaran dan dia tidak dapat mengontrol perilakunya,” paparnya.

Imbuh Maria, “Sebenarnya, berdasarkan kode etik psikolog, saya tidak boleh menjelaskan sesuatu yang tidak ditangani langsung. Jadi, untuk tahu kenapa si perempuan itu naik motor tanpa busana, harus ada pemeriksaan psikologi juga”.

Di sisi lain, Kasat Reskrim Polresta Pontianak, melalui Kanit Ekonomi Iptu Siko menduga Dona mengalami depresi. “Ada tekanan pada diri yang bersangkutan. Yang bersangkutan saat bicara belum stabil,” tutur Siko, kemarin.

Meski begitu, proses hukum kasus asusila yang ditimpakan ke Dona tetap berlanjut. Ia dikenakan pelanggaran pasal 281 KUHP tentang tindak pidana merusak kesopanan di muka umum.

“Kasus tetap lanjut, kita tinggal menunggunya kembali sadar. Mungkin butuh waktu seminggu yang bersangkutan akan kembali normal,” ujarnya.

Dona, lanjut dia, tidak ditahan mengingat ancaman hukumannya di bawah lima tahun penjara. “Maksimal dua tahun delapan bulan,” tegas Siko.

Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalimantan Barat, Nasrullah menyebut, yang terjadi pada Dona bukan sesuatu yang umum terjadi. “Itu kasuistik ya, karena jika benar pengakuannya kalau dia pakai narkoba dua hari sebelumnya, harusnya masih bisa dideteksi dengan tes urine,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya di kantor BNNP Kalbar, jalan Parit H. Husin II, Pontianak, kemarin.

Lanjut dia, tes urine harusnya masih bisa mendeteksi seseorang telah terpapar narkotika hingga 7 hari setelah ia menggunakannya. “Tapi jika hasil pemeriksaannya negatif, ya kita tidak berani berandai-andai,” paparnya.

Apakah efek narkoba dapat memberi efek seperti yang terjadi pada Dona, Nasrullah menyatakan bahwa ia tidak bisa memastikan karena bukan pihaknya yang melakukan pemeriksaan. “Ya, semua narkoba, tidak hanya sabu yang merusak kesadaran. Jadi bisa saja aksi itu merupakan dampak narkoba yang dipakainya, tapi kan hasilnya negatif,” terang Nasrullah.

Tapi apakah seorang yang sedang menggunakan narkoba masih bisa berkendara dengan lancar? “Itu kembali lagi tergantung orang dan kasusnya, berapa lama dia sudah make, apa barang yang dipake, dan kapan dia makenya? Itu semua kan harus dilihat, jadi sulit digeneralisir,” tukasnya. “Secara umum, narkoba jenis apapun ya seperti itu, tapi reaksinya pada masing-masing orang akan berbeda-beda,” tegas Nasrullah.

Ia menyatakan, polisi sebaiknya mencari kemungkinan penyebab lain dari perilaku abnormal yang ditunjukkan Dona berhubung hasil tes urinnya yang berseberangan dengan pengakuan yang bersangkutan. “Entah itu hanya alibi, atau bisa juga mabuknya karena minuman keras, atau dia mengalami depresi, itu harus ditanyakan ke psikiater,” tegasnya.

Yang pasti, BNN tidak punya peran dalam penanganan kasus tersebut. “Kalau hasilnya tadi positif, kita bisa turun, bisa tawarkan rehabilitasi kepada dia. Tapi hasilnya negatif, ya kita tidak bisa,” pungkas Nasrullah.

 

Laporan: Ocsya Ade CP, Achmad Mundzirin, Kharisma Yudha Dharma, Iman Santosa

Editor: Mohamad iQbaL