eQuator.co.id – Horee, Olimpiade sudah berlangsung dan berakhir. Horee, Indonesia berhasil merebut satu medali emas. Habis ini hore apa lagi?
Olimpiade Rio sudah berakhir. Indonesia bisa lebih berbangga. Merebut lagi satu medali emas. Berkat olahraga andalan kita sejak zaman dahulu kala: bulu tangkis.
Senang rasanya melihat semua media kita heboh membicarakan emas Indonesia. Di negara yang seolah-olah minim berita menyenangkan ini, senang ketika punya sesuatu yang sangat membanggakan.
Saya sempat bertukar pesan dengan teman saya bos Djarum, Victor Hartono, mengucapkan selamat dan terima kasih atas kontribusi perusahaannya yang begitu panjang serta konsisten di bulu tangkis. Tanpa bulu tangkis, kita tetaplah negara tanpa emas di Olimpiade.
Ya, ini bukan kiprah satu pihak saja. Victor pun mengucapkan bahwa ini hasil kerja banyak pihak. Tapi bagaimanapun, kita harus mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat di bulu tangkis. Sekali lagi, tanpa bulu tangkis, kita adalah bangsa tanpa emas.
Senang pula rasanya melihat betapa besarnya perhatian yang diberikan kepada para atlet kita. Bonus miliaran rupiah, uang bulanan seumur hidup. Dahsyat!
Bisa menjadi motivasi bagi atlet-atlet lain untuk tampil habis-habisan, meraih yang terbaik, di kesempatan-kesempatan selanjutnya. Selamat tinggal, Rio. Selamat tinggal, Brasil.
Kesempatan selanjutnya ada di Tokyo. Di Jepang. Masih empat tahun lagi. Tapi, rasanya Olimpiade Tokyo nanti lebih mengasyikkan. Paling tidak, dalam hal organisasi dan penyelenggaraan, rasanya Jepang akan lebih bisa menghindari berbagai kontroversi dan problem seperti yang dihadapi Brasil (atau negara berkembang lain).
Perkenalan untuk Olimpiade Tokyo juga sudah begitu menjanjikan. Bayangkan, perdana menteri Jepang sampai muncul dengan dandanan superkeren sebagai Super Mario. Doraemon ikut tampil, begitu pula berbagai ikon pop culture Jepang yang lain.
Sekarang saya bertanya: Beranikah kita membayangkan seperti apa performa kontingen Indonesia di Jepang 2020? Semoga saja bulu tangkis masih bisa mempersembahkan emas. Semoga, Tuhan, semoga…
Tapi, bagaimana yang lain? Angkat besi sudah hampir. Mungkin dari sana kita bisa menuai emas. Bagaimana yang lain?
Bukan, itu bukan pertanyaan untuk mereka yang terlibat di berbagai cabang tersebut. Pertanyaan itu bukan untuk memojokkan, menambah beban, dan lain sebagainya.
Itu pertanyaan untuk KITA SEMUA bangsa Indonesia. Termasuk untuk saya sendiri. Itu pertanyaan untuk memojokkan, menambah beban, dan lain sebagainya untuk KITA SEMUA. Termasuk saya sendiri.
Walau kita punya emas, saya pribadi masih iri kepada negara tetangga kita yang sebenarnya berukuran mini: Singapura. Mereka juga punya satu emas. Tapi, emasnya sepertinya lebih menghebohkan daripada emas Indonesia. Mereka meraih emas dari cabang yang sangat populer, renang, dan itu mengalahkan salah satu bintang terbesar Olimpiade, Mr Phelps.
Ya, kita punya satu emas. Tapi, ketika membaca liputan-liputan asing (dan saya sangat banyak membaca), rasanya kok tidak ada –atau tidak kelihatan– yang ikut menghebohkan emas cabang bulu tangkis.
Emas renang Singapura rasanya lebih mendapat sorotan dari media internasional. Benar-benar bikin iri.
Ya, emas renang Singapura itu mungkin emas kebetulan. Sedangkan emas bulu tangkis Indonesia adalah emas konsisten. Media exposure secara internasional? Rasanya menang emas Singapura.
Penduduk Indonesia ini di kisaran 300 juta. Kurang lebih sama dengan Amerika, yang menjadi juara umum. Penduduk Australia tak banyak, di atas 20 juta, tapi mampu meraih peringkat kesepuluh dengan delapan emas.
Hukum probabilitas? Seharusnya kita bisa lebih.
Walau banyak berkecimpung di dunia olahraga, saya tidak akan sok menjadi pakar olahraga. Semoga saya juga tidak dianggap sok tahu. Ada lebih banyak orang yang lebih paham dan tahu tentang olahraga Indonesia daripada saya.
Saya punya pendapat kira-kira mengapa. Dan pendapat saya mungkin tidak beda jauh dengan orang-orang yang lebih hebat itu. Malah mungkin kebanyakan orang juga sudah tahu kenapa. Tapi, saya tidak akan menulisnya di sini.
Daripada mengkritik dan sok tahu, saya akan mengakhiri tulisan ini dengan beberapa doa.
Ya Tuhan, kami bangga telah mendapatkan medali emas dan berkahilah orang-orang yang telah bekerja keras untuk meraihnya.
Ya Tuhan, kami bangga kepada atlet-atlet kami yang telah memberikan segalanya, berkahilah hidup mereka di kemudian hari.
Ya Tuhan, semoga bangsa kami segera mendapat pencerahan, bagaimana secara kumulatif bisa meraih prestasi yang lebih baik lagi, lebih konsisten lagi.
Ya Tuhan, semoga semakin banyak anak bangsa kami yang semakin terinspirasi untuk serius berolahraga, bukan hanya untuk lifestyle, tapi juga memburu prestasi.
Ya Tuhan, semoga semakin banyak opportunity bagi anak-anak bangsa kami untuk berkiprah di dunia olahraga. Semoga semakin banyak kompetisi diselenggarakan, dalam cabang apa pun, memacu semakin banyak partisipasi dan itu mendorong prestasi serta industri olahraga.
Ya Tuhan, kalau semoga yang terakhir itu terwujud, semoga itu menjadi titik balik, di mana akhirnya di Indonesia ini akan ada lebih banyak olahragawan seriusnya daripada pengurus olahraganya… (*)