Divonis Leukimia Diusia Belia, Jalani Kemoterapi di Yogyakarta

Rela Tinggalkan Pekerjaan Demi Kesembuhan Anak

PERAWATAN. Audrey Danesha Pangabean alias Audy berada di kasur perawatan RS dr. Sardjito Yogyakarta menjalani kemoterapi, Rabu (18/4). Emy Fitrianty for RK
PERAWATAN. Audrey Danesha Pangabean alias Audy berada di kasur perawatan RS dr. Sardjito Yogyakarta menjalani kemoterapi, Rabu (18/4). Emy Fitrianty for RK

eQuator.co.idPontianak-RK. Audrey Danesha Pangabean merupakan gadis cilik cantik yang ceria. Diusia yang amat belia, kehidupan bocah yang karib disapa Audy itu berubah 180 derajat.

Anak pasangan Alexander Pangabean dan Emy Fitrianty ini sekilas memang biasa saja. Audy tampak kece, manis dan semangat dalam menjalani hari-harinya. Putri sulung dari dua bersaudara ini juga masih bisa bermain, meski tak seperti bocah kebanyakan.

Audy  yang saat ini berumur 3 tahun 10 bulan ini divonis menderita leukimia atau kangker darah tipe Acute Lymphocytic Leukemia (ALL)  pada 27 Maret lalu. Awalnya ibundanya, Emy hanya mengira Audy demam biasa. Sehingga Audy dibawa ke Puskesmas.

“Audy itu awalnya sakit, hangat tengah malam, keringatan saya. Kemudian saya bawa ke Puskesmas. Dicek darahnya, trombosit sama HB-nya rebdah banget,” kata Emy kepada Rakyat Kalbar, Selasa (17/4).

Ternyata kondisi Audy tidak ada perubahan. Kedua orangtuanya merujuk Audy ke RSUD dr Soedarso Pontianak. Hasil cek darah di RSUD dr Soedarso ternyata lebih jelek lagi. “Selama 5 hari dia ditrasfusi darah sebanyak 7 kantong,” ujarnya.

Setelah melakukan transfusi darahpun kondisi Audy belum membaik tingkat HB (hemoglobin) maupun trombositnya. Sehingga dokter membuat hipotesis sementara bahwa Audy terkena anemia aplastik. Disarankan agar Audy melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit yang ada di luar Kalimantan.

“Habis Audy keluar dari Soedarso itu saya kira udah biasa aja, ah bisa nanti-nanti periksanya. Tapi gak lama habis itu Audy kakinya sakit gak bisa jalan. Ya sudah dari situ kita langsung bawa ke luar, minta rekomendasi lagi sama dokter ke rumah sakit yang ada dokter spesalis enkologi,” terangnya.

Audy dirujuk ke RSUP dr. Sarjito Jogjakarta. Di sana ia mendapatkan perawatan intensif dengan pengecekan darah mulai 6 jam sekali hingga 24 jam. Dalam pemeriksaan BMP (Bone Marrow Puncture) Audy di vonis mengidap leukimia. “Hasilnya setelah dilakukan BMP itu ternyata terdapat 98 persen sel kanker leukimia di sumsum tulang belakangnya Audy,” tutur Emy.

BMP adalah sebuah proses pemeriksaan sumsum tulang belakang. Dengan cara mengambil sedikit sampel massa dari sumsum tulang belakang seorang pasien yang terindikasi menderita leukimia. Untuk diperiksa apakah dalam sumsum tulang tersebut terdapat sel-sel kanker atau tidak.

“Saya ditanya dokter sering mimisan, pucat, cepat lelah atau sakit sendi gak Audy? Saya jawab tidak,” jelasnya.

Tapi setelah pulang dari rumah sakit itu, ia merasa semua yang dokter tanyakan terjadi. Waktu membersihkan seprai habis Audy bangun tidur, sering ada darah 1 atau 2 tetes. Emy berpikir, Audy cuma mainkan lukanya. “Terus dia itu pernah ngeluh tangannya sakit waktu main, saya kira keseleo, saya bawa ke tukang urut. Kalau dia ngeluh capek juga saya pikir biasa anak-anak,” kisahnya.

Orangtua mana yang tidak merasa terpukul ketika anaknya biasa bermain dengan ceria tiba-tiba divonis penyakit mematikan. Tapi ia harus tetap semangat. Demi fokus terhadap kesehatan Audy, sang Bunda rela meninggalkan semua perkerjaanya.

“Perasaan saya ketika tahu Audy sakit gini pasti gak nyangka, di Pontianak masih bisa joget-joget. Tapi namanya orangtua kita harus bangkit, move on,” ucapnya. “Kalau saya sedih nangis terus gimana anak saya, nanti dia yang harus lebih saya kuatin,” timpal Emy.

Audy harus mendapatkan perawatan dan perhatian khusus. Hidup sehat dan tidak boleh terkena penyakit ringan lain adalah kunci keberhasilan kemoterapi yang dijalankan Audy. Karena menurut dokter yang menanganinya, Audy masih ada peluang sembuh sekitar 80 persen. “Audy sekarang keadaanya emang lebih sensitif, lebih sering marah. Dia lebih parnoan melihat dokter dan perawat. Pasti dia pikir bakalan disuntik dan dikasi obat,” pungkasnya.

Selaku orangtua, tentu besar harapan agar Audy dapat sembuh total.

“Pasti kita sebagai orangtua berharap agar anak kita dapat sehat, punya kesempatan seperti anak lainnya untuk sekolah dan menggapai cita-citanya,” harap Emy.

Emy juga berpesan agar para orangtua dapat lebih peka terhadap anaknya. Apalagi dengan perkembangan zaman, jenis penyakit yang semakin banyak membuat orangtua harus semakin menjaga dan mengawasi apa saja terhadap anaknya. Apakah permainan, makanan dan aktivitas lain si anak.

Beberapa orang-orang terdekat dan relawan yang ada di Kota Pontianak terketuk pintu hatinya terhadap kondisi Audy. Apalagi penyakit leukimia membutuhkan banyak perhatian lebih baik dari segi moral maupun materil. Bukan hanya dari segi penyembuhan Audy, tapi juga beberapa prosedur sebelum pengobatan kemoterapi serta keperluan kehidupan di luar kota.

Para relawan Audy menjual gelang warna-warni. Hasil dari penjualan gelang tersebut akan diberikan untuk pengobatan Audy.

“Kalau orang biasanya kumpulkan dana hanya begitu-begitu saja. Tapi ini idenya biar menarik,” ujar Layla Lubis, salah seorang teman SMA orangtua Audy kepada Rakyat Kalbar. Dengan cara ini diharapkan menggugah orang mau menyumbang.  “Makanya kita coba jualan gelang, yang bisa dipakai wanita maupun laki-laki,” sambungnya.

Gelang yang dijual seharga Rp10.000 ini bertuliskan “Audy (3yo), Leukimia Thank you For Care. Lets Fight Cancer!!!”. Biasanya dijual para relawan di warung-warung kopi, tempat umum dan media sosial. “Ga hanya saya, kadang ada juga teman-teman yang lain mau bantu jualan gelangnya, tergantung mereka adanya dimana,” jelasnya. “Terus bisa juga kalau mau beli gelangnya via saya di ig : @ilaylubis atau nomor hp 0852598246,” sambung Layla.

Laporan: Suci Nurdini Setiowati

Editor: Arman Hairiadi