eQuator.co.id – Jakarta-RK. Pengungkapan pabrik pembuat pupuk palsu di Majalengka terus dikembangkan. Bareskrim meyakini bahwa distributor pupuk palsu masih banyak yang bebas berkeliaran. Apalagi, mengingat distribusinya yang menyentuh Aceh dan Kalimantan. Serta, hanya satu distributor yang baru diamankan.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Brigjen Agung Setya menjelaskan, distribusi yang begitu luas membuat penyidik berasumsi distributor pupuk palsu ini jumlahnya banyak. Karena itu, pengembangan akan dilakukan untuk menangkap para distributor tersebut. “Ya, distributor lain harus dikejar,” tuturnya.
Apalagi, bila dilihat alur distribusi pupuk palsu, maka pihak yang paling untung sebenarnya adalah distributor. Produsen untuk Rp40 ribu per karung, tapi distributor untung Rp60 ribu per karung. “Hal ini menjadi pertimbangan,” ungkapnya jenderal berbintang satu tersebut.
Dia memastikan, kasus pupuk palsu ini tidak akan hanya berhenti pada empat orang tersangka saja. Tapi, semua pihak yang terlibat harus mempertanggungjawabkannya. “Dari hulu ke hilir, semualah,” tutur mantan Wakil Dirtipideksus tersebut.
Yang juga penting, Bareskrim akan mendeteksi keberadaan pupuk palsu di lapangan. Bisa jadi, sudah banyak pupuk palsu yang beredar dan masih dijual. “Kapasitas produksinya 300 ton per bulan, pasti yang sudah diedarkan begitu banyak,” tuturnya.
Sementara Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian Moh. Rizal menjelaskan, dengan kejadian pupuk palsu ini, maka Kementan berencana untuk mendata petani yang menjadi korban. “Perlu pendataan agar mereka tidak menjadi korban lagi,” ujarnya.
Sebenarnya, petani yang rentan menjadi korban adalah petani yang memiliki lahan lebih luas dari dua hektar. Sebab, untuk petani yang lahannya dibawah dua hektar mendapatkan pupuk bersubsidi. “Yang tidak bersubsidi ini lebih rentan, mereka membeli sendiri,” tuturnya.
Dia menuturkan, kemungkinan besar petani sawit menjadi korban terbesar. Sebab, petani sawit memang memerlukan pupuk yang cukup banyak. “Itulah mengapa distribusinya pupuk palsu sampai ke Sumatera dan Aceh,” paparnya.
Sebelumnya, Ditipideksus mengungkap pabrik pemalsu pupuk yang dikendalikan residivis berinisial E. Selain itu ada tiga orang lagi yang ditangkap, ML dan R yang membantu memproduksi. Lalu, satu distributor berinisial M. (Jawa Pos/JPG)