Disbun Kalbar Kembangkan Kopi Liberika

Sulit Dijumpai tapi Berpotensi

Kopi Liberika Ilustrasi

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Melihat permintaan kopi yang dinilai meningkat, namun pasokannya terbatas, Dinas Perkebunan (Disbun) Kalbar saat ini melakukan pengembangan. Di Kecamatan Batu Ampar, Kubu Raya. Sejak tahun lalu. Khusus untuk kopi berjenis Liberika.

“Diprediksikan komoditas ini sudah dapat berproduksi dua hingga tiga tahun mendatang, yang mana dari dana APBN kami sentrakan satu wilayah untuk pengembangan kopi Liberika, yakni di Padang tikar, Batu Ampar, di lahan seluas 400 hektare,” ungkap Kabid Pengembangan Tanaman dan Penyuluhan Disbun Kalbar, Juniar, Sabtu (2/2).

Juniar menilai, kopi Liberika cocok untuk ditanam di daratan Kalbar. Memiliki rasa asam dan pahit yang khas, dia menilai kopi ini potensial untuk dikembangkan.

“Jenis kopi ini juga kita yakin pasarnya ada, baik itu secara lokal maupun luar negeri, sebab kopi ini penikmatnya juga cukup banyak, dan yang kita kembangkan ini sekitar dua tahun sampai tiga tahun lagi baru bisa produksi,” ucapnya.

Untuk saat ini, kata dia, pihaknya memang sedang mengembangkan kopi. Meski komoditas tersebut bukan menjadi unggulan. Pengembangan komoditas ini berangkat dari menjamurnya warung-warung kopi, khususnya di Kota Pontianak.

“Menjamurnya warung kopi ini, menandakan kebutuhan akan biji berwarna hitam tersebut cukup banyak, namun disayangkan, dari banyak kopi kebanyakan kopi yang digunakan disuplai dari luar Kalbar, padahal kita juga memiliki potensi yang cukup kalau bicara soal kopi,” papar Juniar.

Selain kopi Liberika, jenis kopi lainnya juga dikembangkan. Saat ini, kata Juniar, beberapa daerah di Kalbar sudah mengembangkan komoditas ini. Seperti Singkawang, Sambas, dan Sintang. Ada pula Ketapang, yang oleh Disbun Kalbar dijadikan pusat pengembangan kopi.

Sementara itu, pengusaha kopi asal Kota Pontianak, Abdurrahman, memuji langkah Disbun Kalbar ini. Mengingat permintaan akan biji kopi untuk kebutuhan lokal sangat potensial. Terlebih, Kota Pontianak telah dikenal sebagai kota tujuan untuk ngopi. Untuk itu, perlu kiranya menghadirkan kopi ciri khas kota berjuluk Kota Khatulistiwa ini.

“Kebanyakan brand kopi lokal yang ada di sini, mendapatkan pasokan biji kopi dari luar daerah, hanya ada beberapa saja yang lokal,” kata Owner Kopi Sepok itu.

Para pelaku usaha perkopian, kata dia, bukannya tidak mau menggunakan kopi yang ditanam di daratan sendiri. Stoknya sulit didapat.

“Walaupun ada, yang menjadi persoalan lain yaitu belum tentu si pemasok dapat memasok secara konsisten, hal inilah yang menjadi alasan sehingga mau tidak mau mendatangkan dari luar, namun untuk membedakannya tergantung dari racikan yang dibuat,” sebutnya.

Untuk kopi Liberika, dia menilai permintaanya sangat potensial. Meski jenis kopi ini masih kalah terkenal dengan kopi Robusta dan Arabika, namun seiring dengan meningkatnya produksi jenis kopi ini, maka permintaannya diyakini akan meningkat.

“Untuk kopi Liberika sendiri, memang jarang dijumpai di warkop-warkop, hanya tertentu saja yang menyediakan, sebab untuk memperoleh kopi ini juga sangat sulit, dan adanya langkah yang dilakukan  oleh Disbun untuk pengembangan kopi jenis ini tentu kita sambut baik, bahkan kita berharap kopi juga dapat menjadi varietas unggulan di provinsi ini,” pungkasnya.

 

Laporan: Nova Sari

Editor: Mohamad iQbaL