Disambut Penari Cilik

King Salman dan 15 Pangeran Tiba di Bali

DI BALI. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud saat tiba di Bandara Ngurah Rai, Bali, Sabtu (4/3). Netizen for JPNN

eQuator.co.id – Denpasar-RK. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud telah berada di Bali. Kini, pria berjuluk Penjaga Dua Kota Suci Islam itu beristirahat di kawasan Nusa Dua hingga 9 Maret mendatang.

Raja Salman mendarat di Bandara Ngurah Rai pada Sabtu (4/3) pukul 17.53 waktu Indonesia tengah (WITA) setelah melakukan lawatan singkat di Brunei Darussalam. Begitu mendarat di Ngurah Rai, pesawat Saudi Arabian bernomor penerbangan HZ-HM1 yang mengangkut Raja Salman langsung merapat di apron Bravo 27 Base Ops.

Raja Salman turun menggunakan eskavator khusus melalui pintu samping kiri pesawat. Di apron sudah ada Menteri Pariwisata Arief Yahya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Kapolda Bali Irjen Petrus Golose, Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Kustanto Widiatmoko serta para tokoh lintas agama yang menyambut kedatangan raja kelahiran 31 Desember 1935 itu.

Tarian pendet juga menyambut Raja Salman begitu menjejakkan kakinya di Bali. Ada 50 anak-anak dari Sanggar Savitri Denpasar yang menari pendet di hadapan raja dari negeri kaya minyak itu.

Dalam pesawat pembawa Raja Salman juga ada 76 orang anggota rombongan dan 32 kru. Setidaknya ada 15 pangeran yang dalam satu pesawat dengan raja ketujuh dalam Wangsa Al-Saud itu.

Nama-nama pangeran Kerajaan Arab Saudi yang ikut ke Bali antara lain Talal bin Saud al-Saud, Saud bin Salman al-Saud, Faisal bin Khalid al-Saud, Abdullah bin Bandar al-Saud, Mohammed bin Abdurrahman al-Saud, Ahmad bin Fahad al-Saud, Mohammad Bin Fahad al-Saud, Mansour bin Muqrin al-Saud, Saud Bin Fahad al-Saud, Mansour bin Saud al-Saud, Nayif bin Salman al-Saud, Rakan bin Salman al-Saud, Sattam bin Saud al-Saud, Khaled bin Bandar al-Saud, serta Khalid bin Fahad al-Saud.

Selain itu ada pula pejabat Kerajaan Arab Saudi lainnya. Yakni Tamim bin Abdulaziz al-Salem (sekretaris pribadi Raja Salman), Khalid Saleh, Agla Ali, Fahad Abdullah Alaskar dan Ibrahim Abdulaziz Alassaf.

Menteri Pariwisata Arief Yahya yang mengutip keterangan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi menuturkan, Raja Salman benar-benar menginginkan suasana yang tenang untuk beristirahat. “Beliau ingin ketenangan dan suasana pantai yang romantis,” ujar Arief menirukan penuturan Dubes Osama.

Arief yang ditemui di Bandara Ngurah Rai menambahkan, Raja Salman benar-benar terlihat ceria. Senyum langsung mengembang di wajah mantan Gubernur Riyadh itu.

Ahlan wa sahlan wa marhaban … alhamdulillah ala salamah. Itulah yang saya ucapkan kepada Raja Salman di tangga pesawat,” ujar Arief.

Menteri asal Banyuwangi itu juga memperkenalkan satu per satu pejabat dan tokoh yang ikut menyambut Raja Arab Saudi pengganti Raja Abdullah tersebut. “Beliau bilang, ‘alhamdulillah, syukron katsiran’, “ kata Arif menirukan balasan Raja Salman.

Arief menambahkan, senyum tak henti-hentinya mengembang di wajah Raja Salman ketika disambut oleh 50 anak-anak penari pendet di apron Bandara Ngurah Rai. Perhatian sang raja seolah memang tak beralih dari para penari pendet.

“Bahkan setelah saya perkenalkan dengan seluruh penyambut, beliau masih menikmati tarian pendet sebelum masuk ke mobil. Ketika mobil sudah berjalan, beliau membuka kaca jendela untuk melambaikan tangan kepada para penari pendet,” kata Arief.

Tepat pukul 18.15 WITA, Raja Salman dan rombongan meninggalkan Bandara Ngurah Rai melalui pintu darurat Base Ops dengan menggunakan Mercedes-Benz S600 berpelat nomor Kerajaan Arab Saudi 1114 ZLS. Di sepanjang jalan sejak pintu keluar Base Ops Ngurah Rai, Raja Salman disambut warga Bali yang berdiri menyemut hingga menjelang bundaran pintu masuk Tol Bali Mandara.

Raja Salman dan rombongan langsung dibawa melintasi Tol Bali Mandara yang langsung tembus ke kawasan Nusa Dua. Sejak pintu keluar tol hingga jelang kawasan Nusa Dua, warga Bali juga berdiri di pinggir jalan untuk menyambut mantan menteri pertahanan di Kerajaan Arab Saudi itu.

UBAH CITRA EKSPORTIR TKI

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) langsung yang melepas Raja Salman ketika pemimpin Arab Saudi itu bertolak dari Jakarta. JK yakin kunjungan tersebut bisa merubah citra Indonesia di mata warga Timur Tengah. Selama ini, Indonesia dianggap sebagai negara belum berkembang dan hanya eksportir tenaga kerja.

Tidak ada upacara khusus dalam pelepasan Raja Salman di Bandara Halim Perdanakusuma. Mobil Mercedes-Benz S600 Guard yang ditumpangi Raja Salman, tiba di bandara pukul 09.32, langsung menuju ke bibir eskalator yang telah disiapkan. Raja keluar dari mobil dan disambut Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat.

Sedikitnya sepuluh pangeran dan enam menteri kerajaan Arab Saudi yang sebelumnya bertemu secara khusus dengan JK, juga langsung menghampiri raja untuk bersalaman. Termasuk para penyambut lain dari kedutaan Arab Saudi di Indonesia yang telah menunggu. Raja Salman ke Brunei Darussalam terlebih dahulu sebelum menikmati liburan di Bali mulai sore kemarin.

JK menuturkan, kunjungan Raja Salman itu bukan semata dinilai dari nilai investasi. Tapi, kehadiran raja bisa meningkatkan citra positif Indonesia di Timur Tengah. Khususnya Arab Saudi. Misalnya soal tenaga kerja Indonesia (TKI)

”Umumnya orang Saudi itu membayangkan kita itu daerah, negara terbelakang karena yang ke sana hanya TKI. Jadi dipikir seperti negeri TKI lah kita ini,” ujar JK.

JK juga menyebutkan, data kunjungan warga Indonesia ke Arab Saudi termasuk yang paling tinggi di antara negara lain di dunia. Dalam setahun bisa 1,2 juta orang yang datang ke negeri petro dolar tersebut. Itu termasuk para jamaah haji dan umrah. Selain untuk beribadah juga berbelanja.

”Jangan kira kita hanya minta sama mereka, mereka juga mengharapkan itu (kunjungan orang Indonesia, Red). Banyak orang Indonesia berkunjung ke sana,” imbuh dia.

Data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI), jumlah tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi pada Januari 2017 ada 518 orang. Bandingkan data pada Januari 2016 sebanyak 1.324 orang. Penempatan TKI yang paling tinggi di Malaysia 5.688 orang pada Januari 2017.

JK berharap posisi Indonesia dan Arab Saudi bisa setara setelah kunjungan Raja Salman itu. Sebab, ternyata para tamu dari Arab Saudi itu cukup terkejut melihat banyaknya gedung-gedung pencakar langit di Jakarta. Meskipun daerah kumuh juga tetap ada. ”Gedung-gedung tinggi itu lebih banyak di sini daripada di Riyadh atau Jeddah,” ujarnya.

Selain itu, selama kunjungan Raja Salman, situasi keamanan juga terkendali. Bahkan, raja berjuluk penjaga dua kota suci itu sangat gembira dengan penyambutan yang luar biasa di Indonesia. Raja menyebut sambutan itu yang paling meriah selama kunjungan kenegaraan ke luar negeri.

“Raja Salman menganggap ini rumahnya yang kedua,” ujar JK. Persepsi semacam itu diharapkan bukan hanya berdampak pada investasi. Tapi, juga pada kunjungan turis Timur Tengah ke Indonesia. ”Rajanya saja tinggal di sini selama sembilan hari, apalagi rakyatnya, mungkin tinggal sebulan,” tambah JK.

Pengamat Hukum Internasional Hikmahanto Juwana menuturkan, persepsi tentang Indonesia sebagai negara penghasil TKI itu memang tidak bisa dihindari. Karena selama ini yang ditemui oleh orang Timur Tengah, bisa jadi hanya para TKI saja. Kondisi secara utuh Indonesia belum diketahui secara langsung. ”Kunjungan Raja Salman bukan hanya mendapatkan ekspose yang luar biasa di Indonesia tapi juga di Arab Saudi,” ujar dia kemarin.

Guru Besar Universitas Indonesia itu membandingkan persepsi sebagian besar orang Amerika Serikat terhadap Indonesia cenderung kurang baik. Indonesia dianggap sebagai negara yang kerap terjadi serangan terorisme. ”Karena yang ditampilkan hanya melalui layar televisi yang terbatas,” tambah dia.

KOMPENSASI INSIDEN

CRANE HAJI 2015?

Di sisi lain, kabar tak sedap yang mengatakan bahwa dana korban insiden Crane saat musim haji 2015 tertunda karena pemerintah RI beredar di masyarakat. Kabar tersebut tampaknya membuat pemerintah berang. Mereka kembali menegaskan bahwa titik permasalahan klaim justru ada di pemerintah Arab Saudi.

Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk menindaklanjuti kompensasi bagi korban jatuhnya crane di Masijidil Haram, Mekah, September 2015 lalu. Upaya tersebut dilakukan melalui KBRI Riyadh yang terus meagih janji tersebut.

Bahkan, lanjut dia, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi selalu mengungkit permasalahan kompensasi dalam pertemuan bilateral dengan pihak Arab Saudi. Dia selalu menyampaikan bahwa pemerintah RI sudah mengirimkan nota tertulis yang menyatakan proses verifikasi korban WNI telah selesai dilakukan. Mereka tinggal menunggu penerbitan cek oleh Kementerian Keuangan Arab Saudi.

’’Namun demikian, ini terkendala oleh adanya korban dari negara lain yang terlambat menyampaikan dokumen yang diperlukan. Pemerintah Arab menyatakan akan membayar jika semua korban dari seluruh negara sudah tercatat,’’ ujarnya di Jakarta kemarin (4/3).

Iqbal menampik adanya kabar bahwa pemerintah Indonesia sebenarnya telah menerima uang kompensasi namun ditahan. Menurutnya, dia juga sudah melakukan koordinasi dengan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) yang diklaim yang mengeluarkan pernyataan itu.

’’Kami sampaikan bahwa semua hal itu tidak benar. Kami juga sudah meminta klarifikasi GNPF-MUI. Ternyata mereka tidak pernah membahas itu apalagi membuat statemen,’’ tegasnya.

Saat ini, lanjut dia, pihaknya terus menjalin hubungan tokoh-tokoh agama seperti MUI untuk membahas apa saja isu yang ditangani termasuk kompensasi korban crance. ’’Pembayaran kompensasi crane merupakan salah satu hal yang dibahas Kemenlu bersama tokoh agama dan ormas Islam,’’ imbuhnya.

Seperti yang diketahui, sebagian korban jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekah, mulai menagih janji Arab Saudi untuk membayar kompensasi. Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz sempat menjanjikan akan menyalurkan kompensasi senilai 1 juta riyal atau Rp 3,8 miliar untuk korban crane yang meninggal dan 500 ribu riyal  atau Rp 1,9 miliar untuk yang cacat fisik. (JPNN/Jawa Pos/JPG)