eQuator.co.id – PUTUSSIBAU-RK. Bupati Kapuas Hulu, AM Nasir SH membuka kontes Arwana Super Red di Gedung Indoor Bulu Tangkis Putussibau, Kamis (25/18). Kegiatan itu rangkaian Festival Danau Sentarum dan Betung Kerihun (FDSBK) 2018.
Bupati mengatakan, kontes Arwana Super Red ini membuktikan bahwa Kapuas Hulu kaya akan potensi sumber daya alam. Salah satunya endemik ikan Arwana. “Potensi ini kita buktikan pada masyarakat lokal dan internasional, habitat arwana adalah Kapuas Hulu,” terangnya pada acara yang turut dihadiri Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono, Asisten I Setda Kalbar Alex Rambonang, dan pejabat Kementerian Pariwisata RI.
Kontes Arwana Super Red ini kata Bupati harus jadi agenda tahunan. Oleh karenanya, perlu dukungan para pihak, termasuk OPD terkait. Agar bisa menganggarkan untuk event kontes seperti kemarin. “Dinas Perikanan jangan tidak menganggarkan kontes Arwana ini, NGO juga harus berpartisipasi,” seru Bupati.
Nasir juga mendesak agar Dinas Perikanan Kapuas Hulu mengurus sertifikasi endemik Arwana Super Red. Jangan sampai sertifikat itu malah dikeluarkan dari negara lain. “Kerupuk basah bisa kita urus, masa’ Arwana tidak bisa,” ketusnya.
Dikatakan Nasir, kegiatan ini memang spontan dan minim anggaran. Kendati begitu, bisa terselenggara dengan sukses. “Kita apresiasi Dinas Pariwisata Kapuas Hulu, sehingga kontes arwana bisa dilaksanakan,” ucapnya.
Nasir mengharapkan, kedepan penangkar Arwana juga harus berpartisipasi. Ini dalam rangka mengangkat harga dan eksistensi ikan habitat asli Bumi Uncak Kapuas tersebut.
Kontes ini diselenggarakan Komunitas Pencinta Arwana Indonesia (Kompai) Kapuas Hulu. Peserta terdiri dari domestik maupun mancanegara. “Habitat asli Arwana adalah Kapuas Hulu jadi dilaksanakan seperti ini, kontes bertaraf internasional,” ujar Ketua Kompai Kapuas Hulu, Junaidi.
Dikatakannya, kontes Arwana tersebut digelar dari 25 Oktober hingga 26 Oktober. Ada 80 peserta berpartisipasi untuk kontes arwana tingkat Internasional ini. 20 Warga Negara Asing (WNA) juga terlibat, baik sebagai juri atau pengunjung. Berasal dari negara Tiongkok, Singapura, Malaysia dan Korea. Mereka datang ke Indonesia menggunakan dana pribadi.
“Terkait WNA yang dari Tiongkok, Malaysia dan Singapura masing-masing satu orang juri. Sementara dari Indonesia ada 3 orang jurinya,” ujarnya.
Dalam kontes ini ada enam kategori yang diperlombakan. Kategori Small yaitu ikan yang berukuran 25-30 cm, Medium ukuran 31-40 cm, Large ukuran 41-50 cm, dan Extra Large ukuran di atas 51 cm. Berikutnya kategori unik ukuran bebas dan sub body ukuran mulai dari 12 cm.
“Kita berharap dengan adanya kontes Arwana kedepan dapat menjadi daya ungkit ekonomi bagi masyarakat Kapuas Hulu, khususnya para penangkar arwana. Agar kedepan harga ikan tersebut tetap berkelas,” tuntas Junaidi.
Tim penilai kontes arwana Putussibau, Agus Setiawan mengatakan, penilaian dilakukan per kategori kontes. Untuk kategori large dan extra large lebih memperhatikan warna ikan. Selain itu, melihat keseluruhan fisik dan anatomy ikannya. Sementara untuk kategori lain, tidak terlalu berorientasi pada warna. “Namun lebih memperhatikan anatomy dan fisik keseluruhan ikan,” tuturnya.
Pola penilaian tersebut sudah terstandar kontes. Penilaian tidak memperhatikan ikan milik siapa dan latar belakang pemilik.
“Keseluruhan ikan dimasukan ke aquarium kontes, kita sebagai juri tidak tahu, kita melakukan penilaian sesuai kriteria yang sudah terstandar,” terangnya.
Kemudian para penilai tergabung dari beberapa negara. Seperti Cina, Singapura dan Malaysia. “Kami sudah biasa jadi juri di kontes arwana,” ucapnya.
Pria yang juga merupakan penangkar arwana di Kapuas Hulu ini mengaku menyambut baik adanya kontes arwana tersebut. Ia berharap kegiatan tersebut dapat jadi event tahunan.
“Sebab ini juga akan berimplikasi dengan warga Kapuas Hulu yang sekarang banyak menangkar ikan,” tuturnya.
Dengan adanya kontes, otomatis meningkatkan harga jual ikan. Apalagi ikan yang berhasil memenangkan kontes, harganya sangat fantastis. “Untuk yang grand champion ukuran XL itu harganya pasti di atas Rp100 juta. Sementara yang juara satu, dua dan seterusnya itu harganya kisaran Rp 50 juta,” tutup Agus.
Laporan: Andreas
Editor: Arman Hairiadi