-ads-
Home Features Dipercaya Sebagai Tempat Makhluk Halus Bersemayam dan Minta Hajat

Dipercaya Sebagai Tempat Makhluk Halus Bersemayam dan Minta Hajat

Pahajatan, Kampung Kecil Mistis di Desa Tungkap Balangan

KAMPUNG LILIPUT. Kampung kecil Pahajatan di Desa Tungkap, Paringin Selatan, Balangan. Situs menjadi tempat mereka yang meminta hajat dikabulkan. Wahyudi/Radar Banjarmasin

Di Desa Tungkap, Paringin Selatan, Balangan, ada sebuah kampung kecil yang dipercaya menjadi kampung orang halus. Situs aneh itu bernama Pahajatan. Dipercaya menjadi kampung tempat hajat bisa dikabulkan.  

WAHYUDI, Balangan

eQuator.co.id – AROMA dupa sudah menyerbak saat penulis tiba di halaman rumah si juru kunci Kampung Pahajatan. Malam baru saja turun Selasa (4/12) tadi. Asran (43), juru kunci  yang berumah di samping Pahajatan, menyambut penulis dengan hangat.

-ads-

Ayah dari dua anak ini, baru menyelesaikan salat Magrib, ia mempersilakan penulis masuk ke rumahnya yang masih sedang tahap renovasi. Cukup berantakan.

“Semenjak direnovasi ini saya menolak beberapa tamu yang ingin meminta bimbingan spiritual. Kurang sopan memanggil ‘beliau’ di tengah tumpukan material,” ujarnya sambil menunjuk ke sudut ruangan dengan tasbih melilit di tangan kanan.

“Beliau” yang dimaksud adalah sosok gaib bertubuh besar gempal tanpa kepala yang biasa duduk di sudut ruangan itu. Awal pertemuan Asran dengan “beliau” adalah saat dia melihat ada ular bermahkota yang melilit tiang rumah.  Asran yang menguasai ilmu bela diri pencak silat berusaha menghunuskan tombak ke arah ular tersebut, namun sia-sia. Makhluk itu seketika menghilang. “Malamnya, dalam alam antara mimpi dan sadar seorang sosok kakek berjubah putih hadir dan berbicara ke saya, ‘Cu, kenapa mau melukaiku? Kakek Cuma mau bertamu’,” tutur Asran.

Orang-orang dari alam sebelah itu, kata Asran, tidak akan mengganggu manusia kecuali ada sebab. Belakangan, ada beberapa pengunjung Pahajatan yang datang tanpa permisi dan meninggalkan sampah. Tidak sedikit ‘dihantui’ oleh penampakan-penampakan.

 “Tapi kalau mau nyoba uji nyali di sini (Pahajatan) silakan, nanti saya bantu arahkan,” tantang Asran. Kontan, penulis menolak tawaran itu.

Dulu, kata dia, pernah ada yang mencoba ingin mengetahui keangkeran Pahajatan. Ada tiga orang. Asran hanya memberi mereka waktu 30 menit. Namun para penantang dengan sombong menjamin bisa bertahan lebih dari itu.

Penantang pertama, keluar dari lokasi sebelum genap lima menit. Kedua, sedikit lebih tangguh tapi tak lebih dari 15 menit. Yang ketiga hampir mencapai menit ke 30 sebelum lari terbirit-birit.

“Badan saya seperti ada yang menarik-narik ke atas,” ujar Asran menirukan perkataan penantang paling akhir keluar. Sehari sesudahnya, salah satu dari mereka menelepon Asran, dan menyatakan bahwa ketiganya sedang demam.

Kejadian aneh juga pernah dirasakan oleh warga yang melintasi Pahajatan saat tengah malam. Madi (40), ia mengaku saat sampai rumah kehilangan tas dalam bagasi mobil yang seharusnya terkunci rapat.

Ia tak menemukan apa pun saat menyisir kembali jalan yang dilintasi pulang, termasuk di kawasan Pahajatan. “Tapi saat saya kembali menyisir jalan itu paginya, tas itu ada di depan gerbang Pahajatan,” ceritanya sambil memegang belakang leher.

Ternyata, cerita mistis tentang Pahajatan sebanyak intensitas kunjungan para pencari hajat ke sana.

Sedikit kilas balik.Pahajatan berlokasi di Desa Tungkap, Kecamatan Paringin Selatan. Dinamakan Pahajatan karena orang-orang selalu datang ke sana dengan membawa sebuah hajat atau keinginan dan berharap agar hajatnya tercapai. Biasanya setelah keinginannya tercapai mereka membangun rumah kecil di sana.

“Lebih tepatnya mereka datang ke sini bertawasul seperti berziarah ke makam para wali, jadi bukan menuhankan tempat ini. Saya orang pertama yang menentang apabila ada yang menuhankannya,” tegas Asran.

Memang kata dia, setiap pengunjung yang mempunyai hajat dianjurkan membawa bahan makanan mirip sesajen seperti nasi ketan, kopi, telur dan lainnya. Namun, makanan tersebut tidak untuk ditinggal di sana, tetapi untuk selamatan dan dimakan bersama-sama. Serta tidak boleh meninggalkan sampah makanan sedikit pun.

Di dalam Pahajatanterdapat rumah-rumah kecil berderet dengan rapi laksana miniatur sebuah perkampungan. Beragam jenis replika rumah adat ada di Pahajatan, dari desain rumah khas Kalsel, Kalteng hingga Joglo. Beragam jenis miniatur rumah itu lantaran yang datang pun dari berbagai daerah. Bentuk rumah sendiri terserah kepada yang membangunnya. Berdasarkan tulisan yang ada pada setiap rumah,  bangunan tertua yang masih kokoh berdiri hingga sekarang dibangun pada tahun 1940-an, atau sekitar 70 tahun silam.

Meskipun rumah itu terlihat halus (Kecil, Red) di alam nyata, namun Asran percaya, di alam sebelah ukurannya selayaknya seperti rumah pada umumnya.”Percaya boleh, tidak percaya juga boleh tetapi jangan dihina penghuni orang di sini,” tukasnya.

Terlepas dari itu, kata Asran, ia  selalu memantau rumah-rumah kecil ini setiap hari. Ia khawatir ada yang menaruh makanan atau sesajen di sana. Kalau ada biasanya langsung dia bersihkan.

Pemilik hajat sendiri tidak bisa setiap hari berkunjung ke sana, melainkan hanya pada hari tertentu. Senin dan Jumat. “Hanya pada hari itu ‘penghuni’ Pahajatan berada di sana,” ucap Asran.  (*/Radar Banjarmasin)

Exit mobile version