eQuator.co.id – Tangerang–RK. Keinginan Din Syamsuddin untuk mundur dari jabatan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban dikabulkan Presiden Joko Widodo. Presiden menghormati pilihan yang diambil mantan ketua umum PP Muhammadiyah tersebut.
Jokowi menyatakan, pihaknya sudah menerima surat sekaligus bertemu langsung dengan Din pada Selasa sore (25/9). Dalam kesempatan itu pula, Din menyampaikan alasan di balik keputusannya.
“Beliau tentu sudah banyak pertimbangan, pertimbangan matang ya, untuk mundur dari jabatan itu,’’ ujarnya setelah membagikan sertifikat tanah di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, kemarin (26/9).
Mantan wali kota Solo itu kemudian menceritakan, alasan mundurnya Din berkaitan dengan momen pemilihan presiden. Menurut dia, cendekiawan kelahiran Sumbawa itu tidak ingin terkesan terlibat dalam satu kubu.
’’Pertimbangan yang bersifat politis, beliau ingin di tengah, ingin netral. Saya sangat menghargai apa yang sudah diputuskan,’’ imbuhnya.
Terkait dengan keberlangsungan lembaga Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, Jokowi memastikan bahwa unit tersebut tidak akan dibubarkan. Posisi tersebut masih sangat dibutuhkan untuk kondisi hubungan antaragama dalam menghadapi tantangan.
Untuk itu, lanjut Jokowi, pihaknya segera mencari sosok penggantinya. Dia memastikan bahwa pergantian tidak memakan waktu yang lama.
’’Secepatnya saya akan tunjuk penggantinya. Kalau bisa hari ini (kemarin) atau besok (hari ini),’’ tuturnya.
Soal sosok penggantinya, Jokowi mengaku tidak terlalu sulit. Bahkan, sudah ada sejumlah nama yang masuk di sakunya dan segera diputuskan. Saat ditanya apakah penggantinya juga berlatar belakang Muhammadiyah, dia enggan membocorkan.
’’Nanti setelah diputuskan saya umumkan,’’ tuturnya.
Sementara itu, Din menuturkan bahwa mundurnya dia dari istana bukan berarti ingin menunjukkan dirinya tidak mendukung Jokowi. Sosok yang bergerak menyemai keberagaman idealnya berada di posisi netral. Namun, posisi di istana membuatnya sulit menghilangkan kesan berkubu.
Dengan lepas dari istana, Din mengaku bisa lebih leluasa. Alumnus California University itu menegaskan untuk terus menjalankan kerja-kerja menjaga kebaragaman.
Terkait dengan pengganti dirinya, Din memilih untuk tidak melibatkan diri. Menurut dia, itu hak prerogatif presiden. ’’Saya serahkan kepada beliau. Apakah ini tetap diadakan karena sebelumnya juga tidak ada, ataukah mau diteruskan oleh orang lain,’’ imbuhnya. (Jawa Pos/JPG)