Diguyur Hujan, Jalan Budi Karya Digenangi Air

Pak RT Kesal Ada Pemilik Armada Ekspedisi Cuek

TERGENANG. Jalan Budi Karya tergenang air setelah diguyur hujan seharian, Selasa (26/6) siang—Bangun Subekti/RK
TERGENANG. Jalan Budi Karya tergenang air setelah diguyur hujan seharian, Selasa (26/6) siang—Bangun Subekti/RK

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Beberapa hari terakhir, sejumlah kawasan di Kota Pontianak diguyur hujan deras. Lokasi yang memiliki drainase kurang baik, dipastikan akan digenangi air. Seperti di Jalan Budi Karya, Kecamatan Pontianak Selatan tepat di depan Cafe Win One.

“Sudah biasa lah, kalau hujan deras jalan depan kafe pasti banjir. Sama seperti JAlan Ahmad Yani, Purnama dan lain-lain,” ungkap Yusuf, Ketua RT 03 RW 023 saat ditemui Rakyat Kalbar di Jalan Budi Karya, Selasa (26/6).

Dia bercerita, dahulunya di kawasan Jalan Budi Karya tidak mudah digenangi air. Biar diguyur hujan sederas apapun. Namun belakangan ini kerap banjir pada jalanan yang cekung bila diguyur hujan. Hal itu sejak adanya armada pengangkut muatan (ekspedisi) yang lalu lalang di jalan tersebut.

“Banjir ini disebabkan oleh sistem drainase jalan yang tidak efektif. Parit tersumbat, itu yang paling sering. Ditambah pihak armada yang mangkal di sini, ada bersikap acuh tak acuh. Padahal jalan itu murni hasil kerja warga RT. Mereka cuma numpang saja. Sudah tiga tahun di sini,” ujar Yusuf dengan nada sedikit kesal.

Walau begitu, ada juga pihak armada ekspedisi yang bersedia membantu warga membenahi jalan. Mereka terkadang memberi bantuan untuk memperbaiki jalan yang cekung akibat lalu lalangnya truk pengangkut barang.

“Terkadang warga sendiri juga usil dengan menutup saluran drainase. Kalau mereka bikin kios bensin atau yang lain, parit-parit itu mereka tutup. Kan jadinya banjir lagi,” kesal Yusuf.

Namun ia bersyukur bahwa pemerintah cukup memperhatikan kondisi lingkungan RT-nya dengan menurunkan bantuan perbaikan jalan.

Kekesalan yang sama juga diungkapkan Sutarman, salah satu warga di Jalan Budi Karya. Menurutnya, salah satu solusi agar jalan tidak digenangi air adalah dengan membuat saluran pembuangan air yang menuju Parit Bansir. Karena bila dialihkan menuju Parit Tokaya, hal itu tidak memungkinkan.

“Parit Tokaya itu sudah kepenuhan air dari berbagai wilayah. Jalan lainnya ya alirkan ke Bansir yang terhubung ke Sungai Kapuas. Tapi ya gitu, pihak armada ogah-ogahan menanggapi hal ini,” ujar Sutarman.

Bila mengenang sikap pemilik armada ekspedisi, Sutarman tampak begitu emosi. “Pernah truk dari salah satu armada menabrak pipa utama ledeng warga di sini. Ya, jadinya semua warga nggak bisa pakai ledeng. Saat itu saya demo itu armada, saya pagari daerah tempat mereka mangkal. Saya minta pertanggungjawaban saat itu, tapi kayaknya nggak diindahkan,” kisah Sutarman dengan emosi. (bek)