Dibanding WiFi, LiFi Diklaim Lebih Aman

Besutan BPPT Launching 2019

ilustrasi. net

eQuator.co.idJakarta-RK. Perkembangan teknologi data nirkabel melahirkan LiFi (light fidelity). Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menargetkan LiFi kreasi mereka meluncur ke publik tahun depan.

Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material (TIEM) BPPT, Eniya Listiyani Dewi, menuturkan LiFi lebih aman ketimbang WiFi (wireless fidelity) yang sangat populer saat ini. “LiFi lebih save karena mengurangi gelombang elektromagnetik,” katanya di forum Business Gathering BPPT di Jakarta kemarin (15/8).

Eniya menuturkan, dalam teknologi WiFi lalu lintas dipancarkan melalui gelombang radio. Pemanfaatan gelombang radio ini mempunyai keterbatasan kapasitas spektrum dan bandwidth. Sehingga dalam penggunaan WiFi ada potensi rebutan bandwidth.

Sedangkan LiFi memanfaatkan sinar LED untuk memancarkan atau pengiriman data. LiFi juga memiliki kelebihan tidak membahayakan tubuh manusia.

“Selain itu juga tidak menimbulkan interferensi gelombang,” katanya.

Keunggulan lainnya spektrum cahaya lebih lebar dibanding spektrum gelombang radio. Selain itu LiFi juga menawarkan kapasitas bandwidth lebih besar.

Eniya mengatakan saat ini BPPT sudah memiliki prototipe LiFi. Tahun depan dia berharap BPPT bisa menggandeng industri untuk hilirisasi teknologi LiFi di Indonesia.

Upaya BPPT mengembangkan LiFi mendapat respons positif dari Prof Anton Satria Prabowono. Guru besar di Departement of Information Technology King Abdulaziz University, Arab Saudi, itu mengatakan teknologi LiFi memang sedang menjadi perbincangan di dunia.

“Dari aspek teknis penembakan cahaya lebih cepat,” katanya ketika dihubungi Jawa Pos setelah mengikuti kegiatan diaspora di Politeknik Negeri Semarang (Polines) kemarin.

Dia menjelaskan pemanfaatan gelombang radio untuk WiFi selama ini sudah cepat. Tetapi, pamfaatan sinar LED bisa membuat lebih cepat lagi.

Dia mencontohkan teknologi fiber optik yang sama-sama berbasis pancaran sinar. Kecepatan transmisi serat fiber optik lebih cepat dibandingkan tembaga. Anton berharap rekayasa teknologi LiFi oleh BPPT bisa berjalan lancar.

Menurut kajian BPPT ada sejumlah titik yang potensial menerapkan LiFi untuk menggantikan WiFi. Diantaranya adalah di area medis. Dimana di sejumlah lokasi di area medis, ada yang sensitif terhadap keberadaan pancaran gelombang radio. Kemudian bisa diterapkan juga di gedung perkantoran, aviasi, dan kegiatan bawah laut.

Untuk pemanfaatan di bidang aviasi, selama ini perangkat yang memancarkan gelombang radio wajib dimatikan di dalam pesawat. Dengan pemanfaatan LiFi komunikasi atau lalu lintas data tetap bisa dilakukan di dalam pesawat. (Jawa Pos/JPG)