Di Trans Kalimantan, Sales Tertimpa Pohon

Kecepatan Angin 22-35 Knot

eQuator.co.id – Pelataran Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kartika Kodam XII/Tanjungpura, Kubu Raya, tampak sepi, Selasa (30/8). Pukul 17.06 WIB suasana tampak lengang, meski habis diterpa angin dan hujan cukup kencang. Tak lama, beredar informasi mengenai korban pohon tumbang di Desa Kapur.

Oleh petugas IGD, wartawan yang mencari informasi diarahkan ke petugas jaga. Dengan ramah, Serma Rasyid, petugas jaga Rumkit memberikan keterangan.

“Hanya ada satu orang yang masuk.Tadi pada saat ujan lebat,” katanya.

Saat sedang berbincang dengan Rasyid, tiba-tiba ramai sejumlah pekerja dengan seragam sebuah perusahaan distributor berbondong-bondong menuju IGD.

Para pewarta pun kemudian mengikuti ke teras IGD. Ternyata rekan kerja mereka sedang di rawat di sana.

“Kami tadi dapat info dari teman sesama sales yang kebetulan liat,” tutur seorang dari mereka, menolak untuk dikorankan brand perusahaannya.

Belakangan diketahui korban seorang pria, bernama Hendri. Dia diperkirakan sedang dalam perjalanan kembali ke kantor setelah keliling jualan.

“Sore kan kita bikin laporan,” kata salah seorang rekan korban. “Sesama sales dari perusahaan lain yang liat. Trus hubungi ke kantor kita,” tambahnya disertai anggukan teman yang lain.

Menurut keluarga, saat ini Hendri sudah sadar. Sebelumnya sempat pingsan. “Tangannya yang parah nih. Sekarang lagi kita urus mo pindah ke Antonius,” ujar keluarganya. “Kita pun tak tau gimana kejadiannya,” tambahnya lagi.

Tempat kejadian pun ditelusuri, berdasarkan arah yang dibicarakan rekan kerja Hendri. Lokasi di depan Kompleks pergudangan kapur Jalan Ali Anyang Trans Kalimantan. Namun, sekuriti gudang di samping TKP dan karyawan bengkel di seberang juga kurang mengetahui detail kejadian.

“Tidak lihat jelas sih, hanya tadi sempat ada orang ramai,” kata petugas keamanan gudang.

Pohon yang tumbang menimpa Hendri berdiameter kurang lebih 40-60 centimeter. Batang kayunya masih sangat keras. Tingginya lebih dari tiga meter. Sudah tidak ada satu daun pun. Kelihatannya pohon yang sudah lama kering.

Patahannya ada di dekat pangkal pohon. Kurang lebih 20-30 centimeter tunggul yang tersisa. Tampaknya patahan dahan dan ranting telah dibersihkan. Namun, sampah kulit kayu masih terlihat membentuk alur di tengah jalan raya lebih dari lima meter.

Di sekitar pangkal patahan kayu di antara ranting-ranting dan kulit kayu tampak pecahan yang berasal dari sepeda motor yang ditumpangi Hendri. Menilik kecilnya serpihan dan cukup banyak serpihan yang ada, diperkirakan kondisi motor Hendri mengalami kerusakan yang cukup parah.

Sebelum terjadi angin kencang disertai hujan lebat di Kubu Raya, terdapat tiga hotspot, yakni dua di Kecamatan Sungai Ambawang dan satu di Sungai Raya. Data tersebut dari hasil sensor modis pada pukul 07.00 hingga 14.00 WIB. Sementara, di Kota Pontianak nol.

Kondisi panas ini seketika berubah setelah angin kencang disertai hujan deras yang melanda di beberapa wilayah, sejak pukul 15.00 WIB. “Hujan sedang kemudian lebat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat di wilayah kecamatan Rasau Jaya, Sungai Raya, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Ambawang, Kuala Mandor B, Kubu Raya dan Kota Pontianak. Dan meluas kecamatan di kabupaten lainnya hingga petang,” kata Sutikno, Prakirawan Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, Selasa (30/8) sore.

Kondisi hujan ini, tidak terjadi di Ketapang, Kayong Utara, Melawi, Sintang dan Putussibau. Sutikno mengatakan, dari data pengamatan di Stasiun Meteorologi (Stamet) Supadio Pontianak, kecepatan angin maksimal mencapai 35 knot. Untuk pengamatan Stasiun Maritim (Stamar) Pontianak, kecepatan angin maksimum mencapai 22 knot.

Sedangkan untuk pengamatan Statiun Klimatologi (Staklim) Siantan kecepatan angin maksimum mencapai 30 knot. “Jadi, definisi angin kencang adalah angin di atas 25 knot,” tuturnya.

Untuk angin puting beliung yang terjadi di Kubu Raya dan Pontianak, dapat diartikan bahwa penyebabnya karena siklon menjauh. Untuk siklon, kata Sutikno, justru saat ini sudah menjauh di posisi sekitar Jepang.

“Justru karena siklonnya menjauh, maka massa udara di Kalbar tidak ikut tertarik siklon tersebut. Akibatnya terdapat perlambatan kecepatan angin lapisan 1.000 meter. Kemudian, akibat darinya juga awan-awan yang biasanya tumbuh di ketinggian 1.000 meter tersebut bisa tumbuh dengan baik,” paparnya.

Artinya, kalau lokasi yang dekat sekali dengan siklon, terjadi angin kencang di wilayah tersebut. “Tapi kalau kita di Kalbar misal ada siklon di Utara, angin lapisan 1.000 meternya secara umum memang kencang. Tapi justru kalau ada siklon membuat Kalbar beberapa minggu ke belakang atau seringnya tidak hujan,” jelas Sutikno.

Lanjut dia, jika siklon menjauh, sama artinya dengan kecepatan angin lapisan 1.000 meter melambat. Dengan demikian, hujan akan banyak terjadi di Kalbar.

“Jadi intinya bukan siklonnya, tapi perlambatan kecepatan angin lapisan 1.000 meter di Kalbar penyebabnya,” ungkapnya.

Karena, perlambatan kecepatan angin lapisan 1.000 meter menyebabkan awan penghujan tumbuh subur. Awan tersebut mengakibatkan hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir atau guntur.

“Intinya kalau siklonnya dekat atau jauh banget sama kita, biasanya Kalbar hujannya banyak. Sebaliknya, kalau jarak siklonnya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh, malah kita kering,” tutup Sutikno. (*)

Marselina Evy dan Ocsya Ade CP, Kubu Raya