eQuator – Menjadi tenaga dokter di kawasan perbatasan memang memiliki tantangan tersendiri. Medan kerja yang berat, terisolir dan jauh dari akses informasi adalah beberapa di antara tantangan itu.
Kendati begitu, mendedikasikan diri di kawasan terpencil, seorang dokter diganjar upah yang cukup tinggi. Kisaran gaji yang diterima mencapai Rp7 juta per bulan. Itu belum termasuk insentif yang besarannya ditentukan berdasar wilayah kerja seorang dokter. Misalnya, dokter dengan status Pegawai Tidak Tetap (PTT) di daerah terpencil dan sangat terpencil, berhak atas insentif yang lebih besar ketimbang dokter PTT di perkotaan.
“Kalau gaji mungkin hampir sama yah. Yang membedakan antara dokter PTT di perkotaan dengan dokter PTT di daerah terpencil dan sangat terpencil ada insentif,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan, dr Rustam.
“Insentif seorang dokter PTT antara Rp4 juta sampai Rp5 juta per bulan,” sambung Rustam.
Tenaga dokter di perbatasan dijabarkan dalam tiga zonasi kerja. Yakni dokter di daerah perkotaan, dokter di daerah terpencil dan dokter di daerah sangat terpencil. Lantaran sedang tidak memegang data lengkap, Rustam hanya menyebut gambaran-gambaran gaji dokter secara global.
Akumulasi tenaga dokter se-Kabupaten Nunukan saat ini sebanyak 55 orang. Jumlah itu mencapuk dokter PTT, dokter spesialis dan dokter umum. Kendati 13 orang diantaranya sedang mengikuti tugas belajar di luar daerah, jumlah dokter yang siaga di seluruh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSU) sebanyak 42 orang dokter.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan saat ini memiliki 16 unit Puskesmas. Jika berbicara angka ideal, tiap-tiap puskesmas memiliki minimal dua orang dokter.
“Tapi karena kurangnya tenaga dokter kita saat ini, maka hanya beberapa puskesmas saja yang dokternya lebih dari satu orang,” ungkap Rustam.
Berbicara infrastruktur kesehatan di kawasan pedalaman dan terpencil, diakui Rustam masih banyak kekurangan. Namun begitu, pemerintah daerah tahun ini masih berkonsentrasi penuh memenuhi kekurangan sarana dan prasarana kesehatan di tingkat kecamatan.
Mengenai kendala berarti terhadap pelayanan kesehatan di perbatasan, yakni ketersediaan obat-obatan. Dalam beberapa peristiwa, seringkali puskesmas di kawasan terpencil terlambat menerima suplai obat dari kabupaten. Penyebabnya keterbatasan transportasi dan topografi beberapa kecamatan pedalaman.
“Beberapa masalah yang kerap kami hadapi adalah pengiriman obat ke puskesmas di kawasan pedalaman. Medan yang berat dan transportasi yang tidak menentu selalu menjadi penghambat,” keluh Rustam.
Keluhan apa yang paling banyak dikeluhkan dokter-dokter di kawasan pedalaman? “Soal keluhan saya kira relatif. Tapi lebih seringnya soal keterlambatan obat-obatan yang tentu mengganggu tugas mereka. Kalau keluhan soal gaji, saya kira belum ada,” ucap Rustam. (jpnn)