Banyak cara berbuat kebaikan. Di antaranya melakukan penggalangan dana untuk orang-orang yang membutuhkan.
Bangun Subekti, Pontianak
eQuator.co.id – Sore itu, Senin (18/6), rumah Awaludin Razab terlihat ramai anak-anak bermain. Ada pula beberapa tamu yang datang berlebaran. Walau begitu, tidak menghalangi dia menerima kunjungan Harian Rakyat Kalbar bersilaturahim dan mewawancarai dirinya.
Awaludin merupakan Ketua Komunitas Mulia Hati di Kalbar. Komunitas ini sudah sekitar lima tahun berdiri di Kalbar. Komunitas ini juga tergabung dalam sebuah gerakan nasional yang bernama Gerak Bersama “Namun untuk Gerak Bersama, baru dua tahun ini berdiri,” ujarnya.
Komunitas Mulia Hati bergerak di bidang sosial. Kegiatannya berupa penggalangan dana. Bantuan yang terkumpul akan disalurkan kepada korban isu-isu sosial yang tengah marak.
“Sistem kerjanya, kami mengadakan penggalangan dana dan bila dirasa cukup, kami titipkan pada lembaga lain yang memiliki akses mudah menuju target yang kami incar. Itu bila kami belum memiliki akses ke sana,” terangnya.
Gerakan ini berpusat di Jakarta dengan misi yang sama ‘Mulia Hati’. Saat ini, isu sosial yang ia dan rekan-rekannya sedang garap adalah penggalangan dana untuk pengungsi Rohingya. Korban kerusuhan rasial di Myanmar ini berada perbatasan Bangladesh. Sayangnya, untuk penyerahan bantuan ke sana mengalami hambatan. Beberapa hari lalu kawasan pengungsian Rohingya di Bangladesh ada longsor.
“Kami tidak bisa menuju ke sana. Namun dengan itu kami juga telah menyusun program untuk memulihkan trauma anak-anak akan kejadian yang menimpa mereka selama ini,” ujar Awaludin.
Pria ini juga menuturkan bagaimana keadaan para pengungsi etnis Rohingya serta keadaan relawan Indonesia di sana. Diantaranya terjadi lagi penyerangan terhadap warga Rohingya di Myanmar. Bahkan penyerangan tersebut mengakibatkan salah seorang relawan meninggal tertembak. Belum lagi dengan adanya kemelut di lautan. “Penderitaan pengungsi Rohingya ditambah bencana longsor di Bangladesh,” ujarnya.
Tidak hanya Rohingya, komunitas ini juga mengangkat isu Suriah, Palestina dan konflik lainnya. Dalam menjalankan program kemanusiaanya, Komunitas Mulia Hati juga bekerja sama dengan lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan lembaga lainnya. “Kita belum punya untuk ke sana. Jadi dana yang telah digalang, kita titipkan kepada mereka,” tuturnya.
ACT kata dia, memiliki akses ke Suriah lewat Turki. Kalau Golden Future yang berpusat di Jogja, aksesnya langsung ke Suriah.
Sedangkan untuk program di dalam negeri, terutama di Kalbar, Komunitas Mulia Hati sedang menggalakkan program syiar Alquran. Berupa penyerahan Alquran daerah pedalaman Kalbar. Targetnya tujuh ribu mushaf Alquran yang akan dikirim ke seluruh pedalaman Kalbar. “Untuk masyarakat perbatasan, sekitar delapan ratusan akan dikirim,” jelas Awaludin.
Dalam menjalankan program mulianya di perbatasan, komunitas ini bukan tidak menghadapi kendala. Yang menjadi masalah terbesarnya adalah pendampingan para mualaf. Ustadz-ustadz yang ada terkendala jarak. Antara tempat tinggalnya dan lokasi binaannya berjauhan.
Kalau untuk masyarakat, diakuinya memang ada konflik. Tapi sifatnya horizontal. Hanya di internal keluarga para mualaf tersebut.
“Hal ini biasanya bisa kami selesaikan dengan bantuan kepala desa yang sudah mengenal kami. Kalau belum mengenal kami, memang agak rumit,” demikian Awaludin. (*)
Editor: Arman Hairiadi