Lebih baik mencegah daripada mengobati. Pepatah ini juga berlaku bagi Anda yang ingin jauh dari bayang-bayang kanker mulut rahim atau serviks. Caranya dengan rutin melakukan pap smear, sebuah screening yang berfungsi mendeteksi sel kanker serviks sedini mungkin.
KALTIM POS, Balikpapan
eQuator.co.id – INFEKSI dari human papiloma virus (HPV) diduga kuat menjadi penyebab munculnya kanker serviks. Virus ini membuat perubahan sel dan infeksi di sekitar mulut rahim. Jika semakin parah, virus akan menggerogoti organ lainnya.
Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi Siloam Hospitals Balikpapan Ervintiyanto mengungkapkan, proses pengobatan penderita kanker serviks juga bergantung dari kondisi masing-masing. Apabila pasien berada di kanker stadium 1 dan 2, maka ada kemungkinan untuk melakukan operasi sebagai bentuk pengobatan.
Sebab pada tahap stadium 1 dan 2A, kanker masih berada di area lokal dan tidak menyebar hingga dinding panggul. “Jadi, bisa langsung operasi angkat kandungan. Kalau sudah stadium 2B bisa operasi, tapi tetap harus ada kemoterapi dulu untuk mengecilkan tumor,” ucapnya.
Ervin bercerita, jarang sekali pasien datang dengan kondisi yang masih dini. Kebanyakan pasien baru berkonsultasi saat kanker serviks sudah memasuki stasium 3 atau 4. Di mana, penderita sudah merasakan pendarahan dan lemas.
“Gejala yang sudah parah terlihat dari keputihan dengan aroma yang busuk hingga pendarahan saat senggama,” bebernya. Hal itu menunjukkan sel kanker sudah mulai menyebar hingga dinding panggul.
Dokter biasanya hanya dapat melakukan tindakan berupa kemoterapi, itu pun sudah tak maksimal. Berdasarkan literatur, penderita yang sudah berada di stadium 4 hanya memiliki harapan hidup hingga lima tahun. Sebagai informasi, kanker serviks adalah pembunuh kedua bagi kaum perempuan di Indonesia.
Salah satu penyebab, karena kesadaran untuk mencegah kanker serviks masih minim. Misalnya, melakukan pemeriksaan sejak dini dengan pap smear. Tes ini termasuk bagian tindakan medis yang dilakukan untuk memeriksa kondisi leher rahim hingga panggul rahim.
Harapan dari pap smear, cikal bakal kanker serviks dapat ditemukan sebelum kondisi bertambah parah. Sebab, jika sel kanker ditemukan sejak dini, potensi untuk sembuh bisa mencapai 100 persen. “Kalau ditemukan cikal bakal sel, kita bisa mencegah kerusakan hingga ke tahap kanker stadium 1, istilahnya tahap prakanker,” tuturnya.
Dalam tindakan pap smear, dokter akan mengambil sampel di area mulut rahim. Tepatnya di antara serviks luar dan dalam dengan bantuan alat khusus. Jika ditemukan potensi virus tersebut, dokter dapat melakukan tindakan cauter dan konisasi. Kedua tindakan ini hanya dapat dilakukan apabila penderita masih dalam tahap prakanker.
Ia menjelaskan, cauter yakni memberikan efek pemanasan di mulut rahim. Dengan bantuan alat khusus, pemanasan bertujuan mematikan sel yang telah terkena virus. “Sementara konisasi, yakni tindakan untuk membuang sel yang rusak,” ucapnya. Tinggal memilih metode mana yang cocok dengan kasus. Sebagian besar dengan tindakan cauter.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya tersebut menyarankan, pap smear bisa dilakukan segera mungkin. Tes ini berlaku bagi mereka yang sudah pernah kontak seksual. Kriteria selanjutnya adalah perempuan yang berusia di atas 40 tahun, mereka rawan dengan kanker serviks.
“Berdasarkan literatur, hampir tidak ditemukan kasus pada orang yang belum pernah kontak seksual karena potensinya masih utuh dari paparan. Tidak ada faktor pemicu infeksi,” ujarnya.
Pria asal Surabaya ini menambahkan, sebaiknya pap smear dilakukan selama satu tahun sekali atau selambat-lambatnya setiap tiga tahun sekali. Sebagai upaya proteksi dan mencegah munculnya kanker serviks.
“Harapan dengan pap smear bisa mendeteksi kanker sedini mungkin. Kemudian segera menemukan sel yang rusak, sehingga penderita bisa sembuh 100 persen. Karena sel mungkin baru menyebar di area lokal,” sebutnya.
Selain pap smear, ada pula vaksin gardasil dan cervarix yang dapat mencegah virus HPV. Kedua virus ini bertujuan menangkal HPV tipe 16, 18, 6, dan 11. Ervin menuturkan, sejauh ini di dunia, total HPV mencapai 300 tipe. Namun, sebagian besar merupakan keempat tipe virus itu. “Pasien bisa melakukan pap smear dan vaksin sekaligus. Apalagi vaksin sudah bisa dilakukan untuk anak berusia minimal 12 tahun,” pungkasnya. (*)