Desa Nanga Awin Raih Juara III di Lomba Perpustakaan Tingkat Provinsi

Penghargaan. Pengelola Perpustakaan Desa Nanga Awin, didampingi Yohanes Telajan (kiri), menerima trofi juara III Lomba Perpustakaan Desa/Kelurahan tingkat Provinsi tahun 2019 di Hotel Gajah Mada Pontianak, Kamis (27/6). Dinas Perpustakaan KH for RK.

eQuator.co.id – PUTUSSIBAU-RK. Desa Nanga Awin, Kecamatan Putussibau Utara menyabet juara tiga Lomba Perpustakaan Desa/Kelurahan Tingkat Provinsi tahun 2019.

Penghargaan diserahkan oleh Sahroni Perwakilan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kalbar di Hotel Gajah Mada Pontianak, Kamis (27/6) lalu.

Kasi Pembinaan dan Pengembangan Perpustakan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kapuas Hulu, Yohanes Telajan mengatakan, terpilihnya Desa Nanga Awin menjadi juara III dikarenakan beberapa hal. Diantaranya, desa tersebut aktif mengelola perpustakaan, ada petugas yang di SK oleh Kepala Desa, juga ada kerjasama antar sekolah dengan perpustakaan desa.

“Selain itu inovasi petugas perpustakaan menjajakan buku-buku ke rumah-rumah, adanya gedung dan adanya pengadaan buku dari desa melalui dana desa yg terencana di APBDDes,” papar Yohanes, Minggu (30/6).

Lanjut Yohanes, secara administrasi tertulis kepengurusan (struktur) data buku, peminjam dan adanya laporan secara berkala tentang kemajuan perpustakaan tersebut juga dibuat oleh Desa Nanga Awin. “Untuk penilaian lomba Perpustakaan desa dan kelurahan ini dilakukan oleh tim dewan juri yang independen tanpa intervensi pihak manapun, penilaian dilakukan dengan meneliti perpustakaan lewat kroscek lapangan secara langsung,” ujarnya.

Pada lomba perpustakaan desa tersebut juga diadakan lomba bercerita anak TK SD/MIN se-Kalbar. “Tapi sayang kita Kapuas Hulu kurang beruntung,” ucapnya.

Yohanes berharap dengan adanya lomba perpustakaan desa tingkat provinsi ini,  ke depan setiap desa menyiapkan anggaran disertai dengan sarana prasarana serta petugas perpustakaan yang handal dalam mempromosikan buku. Selain itu, juga memberikan inovasi dalam pelayanan sehingga mampu mendorong minat membaca dan mengenal perpustakaan kepada masyarakat umumnya. “Jangan sampai buku yang sudah ada tidak pernah dibaca. Menganggarkan buku juga harus melihat kebutuhan,  misalnya jika masyarakat petani harus kebutuhan buku sesuai dengan profesi yang bersangkutan,” pungkas Yohanes. (dRe)