DI’s Way genap berumur 1 tahun. Pada 9 Februari 2019. DI’s Way merupakan catatan harian Dahlan Iskan. Yang selalu terbit setiap hari.
Abdul Halikurrahman, Surabaya
eQuator.co.id – ULANG tahun DI’s Way digelar di lapangan basket DBL Academy, Surabaya. Lapangan basket tersebut mendadak disulap menjadi ballroom megah. Tak kalah mewah dari ballroom hotel-hotel ternama di Surabaya.
Dahlan sangat takjub dengan dekorasi itu. Apalagi dihadiri ribuan orang-orang hebat yang menginspirasi. “Terimakasih DBL,” kata Dahlan Iskan mengawali pidatonya di acara ulang tahun DI’s Way .
Hari ulang tahun DI’s Way juga menjadi momen bagi Dahlan untuk mengenang peristiwa penyakitnya. Yang menyerangnya tiba-tiba setahun lalu. Penyakit itu nyaris saja merenggut nyawanya.
Pengalaman tersebut persis terjadi tanggal 9 Februari 2018. Saat ia sedang umrah. Bersama istri, anak dan cucu-cucunya. Saat di Madinah tiba-tiba punggungnya terasa berat. Dadanya juga terasa sesak dan nyeri.
Persis seperti ciri-ciri serangan jantung. Namun bukan. Yang terjadi adalah ia terkena aorta dissection: pembuluh darah utamanya pecah. Penyakit itu, tergolong bahaya dan mematikan. Kalau bernafas, dia harus mendongak. “Pikiran saya, saya terkena serangan jantung,” tuturnya.
Mengapa Dahlan punya pikiran itu? Karena seminggu sebelumnya sepupu dia meninggal dunia. Karena serangan jantung. “Katanya sakitnya seperti itu,” kisah Dahlan.
Ketika itu, ia langsung minta anak-anak segera membawanya ke dokter. Dia pun dilarikan ke rumah sakit di Madinah.
“Saya langsung bilang dokter. Saya kena serangan jantung,” ceritanya.
Dokter tanya? Apakah anda dokter. Dahlan bilang bukan. Dokter bertanya: dari mana anda tau kena serangan jantung? Dahlan bilang dari sepupunya.
Trik itu cukup berhasil meyakinkan Dokter. Peralatan untuk mengecek jantung Dahlan segera dipasang. Hasil diagnosa dokter di Rumah Sakit Madinah meyatakan serangan jantung yang semula diyakini Dahlan rupanya negatif. Alhamdulillah. “Jantung saya baik-baik saja. Dokter malah bilang, jantung saya excellent,” ujar Dahlan.
Setelah itu, dia disuruh pulang saja. Istirahat di hotel tempatnya menginap. Namun Dahlan keukeuh menolak. Dia merasa sakitnya belum reda. Bahkan bernafas saja masih terengah-engah. “Saya bilang tidak bisa. Nafas saja saya tidak bisa,” katanya.
Dokter itu kembali memeriksanya. Dahlan mengatakan kalau perunya terasa sesak. Latas ia diberi injeksi. Supaya bisa lega bernafas. Namun injeksi itu juga tak mempan. Meski sudah dua kali dilakukan.
Terakhir, dia kelihatannya diberi morfin. Sehingga ia bisa istirahat sebentar. “Setelah itu saya kembali ke hotel” ucapnya.
Saat sampai di hotel, Dahlan langsung muntah. Banyak sekali. Setelah muntah ada rasa lega. Tetapi rasa sesak dan nyeri di dada masih belum hilang.
Dahlan memutuskan ia bersama istrinya tidak melanjutkan perjalanan ke Mekkah. Meski umrah itu merupakan baru pertama kali bareng keluarganya. “Akhirnya saya putuskan, saya dan istri tinggal di Madinah,” tuturnya.
Sedangkan anak-anak dan seluruh cucu, Dahlan minta untuk ke Mekkah. Melanjutkan ibadah umrah. Namun satu anak perempuannya tidak mau berangkat ke Mekkah. Karena khawatir dengan kondisi kesehatan ayahnya.
Si anak perempuanya itu lantas mencarikan ayahnya tiket. Agar pulang saja ke Surabaya. Akhirnya Dahlan bersama istri terbang dari Madinah ke Surabaya. Tiba di Surabaya ia langsung masuk rumah sakit.
Tiga hari di rumah sakit, dokter tak menemukan penyakit serius di tubuh Dahlan. Tetapi Dahlan tetap tidak bisa BAB. Sudah lima hari. “Dokter sudah pasang alat tetapi tetap tidak bisa BAB,” kisahnya.
Malam hari, Dahlan memutuskan untuk mencoba melakukan pengobatan sendiri. Dengan cara ritual meditasi. Sebanyak 99 kali. Sesuai Asmaul Husna. “Dan besok paginya, langsung bisa BAB,” ceritanya.
Di acara ulang tahun DI’s Way itu, banyak tokoh-tokoh penting di kehidupan Dahlan yang hadir. Salah satunya Robert Lai dari Singapura. Dahlan pun memanggil Robert Lai naik panggung.
Dahlan mengatakan Robert Lai adalah orang yang berjasa di hidupnya. Saat ia sakit, sosok Robert Lai ini lah yang selalu sigap merawatnya.
Sampai-sampai waktu ia melakukan cangkok hati di Bangkok, Robert Lai setia menjaganya. Istri Dahlan saja dilarang Robert masuk kamar rawat usai ia selesai operasi cangkok hati itu. “Dokter pun takut pada dia. Perawat pun takut pada dia,” ujarnya.
Saat itu, Robert Lai tidak percaya kamar Dahlan bersih. Sehingga Robert yang ngepel sendiri. “Toilet dia pel. Karena dia tidak percara perawat membersihkan dengan baik,” tuturnya.
Saat terkena aorta dessetion di Madinah, Robert juga yang memaksanya agar segera terbang ke Singapura. Untuk melakukan pengecekan medis secara detail. “Di sana (Singapura) pak Robert Lai sendiri yang langsung menjemput saya. Dan memang saya takut sama dia,” kata Dahlan sembari berkelakar.
Di Singapura, Robert sudah menyiapkan dokter yang akan dituju. Tak perlu lama antre, ia segera mendapat panggilan untuk diperiksa dokter. Dahlan langsung di CT Scan. Setelah itu, disuruh langsung masuk ICU. “Saya tanya kenapa. Dokter bilang tak usah tanya. Sampai sana baru dijelaskan,” kisahnya.
Setelah di ICU dan alat sudah dipasang di tubuh, dokter baru jelaskan penyakit yang sebenarnya dialami Dahlan sewaktu berada di Madinah. Dokter bilang, dirinya ini bisa meninggal saat terkena aorta dissection itu di Madinah. Atau meninggal di penerbangan perjalanan Madinah ke Surabaya. “Bersyukur itu tidak terjadi,” ucap Dahlan.
Dokter tersebut lantas menggambarkan proses penanganan medis yang akan dilakukan untuk menyembuhkan penyakit seriusnya itu. Semula, proses operasi juga direncanakan akan lakukan pada leher. Sebab harus dibuat pencabangkan pembuluh darah leher ke otak. Sehingga saat dilakukan operasi, darah yang ke otak tetap jalan.
Dokter di rumah sakit Singapura itu sangat teliti dan berhati-hati sebelum melakukan tindakan. Untuk kembali mendapat analisa detail, CT Scane kembali dilakukan. Agar tindakan medis yang diputuskan benar-benar tepat.
Hasil CT Scan ke dua, ketahuan bahwa pecahnya pembuluh darah utama setelah cabang ke otak. Dokter bilang ini keberuntungan kedua. Sehingga tidak perlu operasi di leher. “Langsung dipasang selang setengah meter di ourta saya,” jelasnya.
Saat proses-proses penanganan medis itu, Dahlan tak lupa mendokumentasikannya dalam beberapa foto. Di momen ulang tahun DI’s Way, ia turut menampilkan dokumen tersebut. Temasuk selang sepanjang setengah meter. Yang terpasang di aortanya ketika itu.
Pasca pengobatan itu, sampai saat ini Dahlan harus minum obat setiap hari. Peracik obat yang dikonsumsinya tak sembarang. Ada dua orang apoteker handal. Khusus meracik obat untuk Dahlan. Dua orang itu juga diundang Dahlan naik panggung di momen perayaan satu tahu DI’sway kemarin.
Setelah mengisahkan panjang lebar soal penyakit berbahaya hingga orang-orang setia mendampinginya, Dahlan juga bercerita banyak soal kisah sosok-sosok hebat dan menginspirasi yang dekat dengannya. Seperti bigg bos Pakuwon Jati, Melinda Teja. Kemudian, Salman subakat yang sukses membangun usaha kosmetik Wardah. Dan Sudomo sang big bos Kapal Api. (*/Bersambung)
Editor: Arman Hairiadi