Delapan Supermarket Ramayana Bakal Close Bulan Ini

Digerus Retail Online dan Menurunnya Daya Beli

Ilustrasi-net

eQuator.co.id – Pontianak. Kabar supermarket PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. di Pontianak akan berhenti beroperasi dibenarkan pengelolanya. Unit bisnis supermarket jaringan ritel papan bernama besar seperti Ramayana, Robinson, serta Cahaya itu dikabarkan merugi.

Hal ini diakui Supervisor Area Ramayana Mall Pontianak, Marta Hutabarat, Senin (28/8). Secara nasional, kata dia, penghentian operasional ini dilakukan lantaran manajemen di pusat mengaku mengalami kerugian.

“Jadi manajemen memilih menutup khusus supermarket saja. Memang ada sebanyak delapan toko seluruh Indonesia yang akan tutup,” bebernya.

Ia menjelaskan, masih menunggu instruksi dari pimpinan di Ramayana pusat. Pihaknya sampai saat ini belum mengetahui kapan pastinya supermarket ditutup. Dan, akan digunakan untuk apa ke depannya.

“Terkait peruntukannya, belum keluar surat dari pusat,” tutur Marta.

Senada, seorang pegawai Ramayana yang enggan namanya dikorankan. “Informasinya memang tutup, tapi karyawannya yang bekerja di situ hanya sekitar 7 orang saja,” tuturnya.

Informasi tambahan yang didapat Rakyat Kalbar dari sumber ini, delapan supermarket yang bakal tutup atau beralih fungsi, selain di Pontianak antara lain di Banjarmasin, Bulukumba, Gresik, Bogor, dan Sabang. Sedangkan, dua toko di Surabaya telah close duluan. Pada Senin itu, supermarket yang terletak di lantai tiga masih buka sebagaimana biasa.

Di sisi lain, seorang konsumen, Laila Puspitasari menyatakan biasa berbelanja di minimarket yang katanya akan ditutup ini. “Kami (keluarga dan kolega) kalau belanja di sini, sambil jalan-jalan sekaligus berbelanja. Kalau informasinya mau ditutup, memang kita sudah baca beritanya di internet,” aku warga Pontianak tersebut.

BELANJA SECARA FISIK MULAI DIGANTIKAN ONLINE

Pakar ekonomi Kalbar, Ali Nasrun menganalisa kebijakan yang diambil manajemen PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. ini. Menurut dia, hal tersebut disebabkan dua faktor, yakni perubahan struktur belanja masyarakat dan terjadinya peralihan cara berbelanja.

Kalau beberapa tahun sebelumnya, dipaparkan Ali Nasrun, masyarakat lebih banyak berbelanja yang barang-barangnya bersifat harian. Konsumsi rumah tangga yang memang untuk kebutuhan hidup.

“Namun saat ini, era tersebut telah berubah. Masyarakat yang kebutuhan hidupnya telah terpenuhi akan bergerak konsumtif ke arah trend, fashion, dan investasi,” tuturnya.

Artinya, dia menjelaskan, banyak masyarakat yang ketika mendapat penghasilan yang dibeli adalah sepatu, pakaian, rumah, bahkan menanamkan modal.

“Jadi kalau kita lihat terjadi perubahan dalam struktur belanja masyarakat, apalagi dalam kondisi ekonomi sekarang ini, semua pihak harus hati-hati,” ujar Ali Nasrun, ditemui di ruang kerjanya, Senin (28/8).

Perubahan dalam cara berbelanja yang ia maksud karena kini zaman sudah serba online. Dulu masyarakat harus berbelanja secara offline atau mengunjungi fisik pasar. Kini, kata Ali, hal itu berkurang secara drastis.

“Maka pengaruhnya ke dunia pasar akan kuat, karena pengunjung pasar modern merupakan orang-orang yang berpendapatan menengah ke atas. Di online, walaupun itu saya kira kontribusinya paling-paling 20-an persen, tetapi itu tetap berpengaruh,” paparnya.

Dengan terjadinya dua hal tersebut, ia menyampaikan, kondisi pasar modern atau mall menjadi berkurang pendapatannya. Belum lagi pertumbuhan mall yang semakin banyak di Pontianak.

Berkurangnya pengunjung, lanjut dia, akan berdampak pada penutupan beberapa gerai hingga pemangkasan karyawan. “Ya pasti bekurang, di mall itu makin sepi, maka owner atau pengelolanya akan mengurangi tenaga kerja,” terangnya.

Meski begitu, Ali meyakini, pasar retail akan tetap hidup. Hanya saja, jumlahnya sangat minim. Masyarakat atau konsumen tetap memerlukan toko atau pasar yang bisa dijadikan sebagai tempat jalan-jalan dan bertemu dengan masyarakat lainnya.

“Ada nilai-nilai, ada hal-hal tertentu yang masih tetap diperlukan orang. Tapi memang harus dipilah-pilah, sekarang yang mana orang yang perlu ke sana dan yang mana orang yang tidak perlu ke sana,” ungkap dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura ini.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih tersebut, ia melanjutkan, harus diikuti produsen atau pengelola dan masyarakat alias tenaga kerjanya dengan bijak. Adaptasi dengan pola-pola pasar online sudah saatnya diterapkan. Barang-barang yang diproduksi juga siap masuk pasar online.

“Tenaga kerja, ya mengubah diri. Jadi kalau dia masih menjadi pelayan toko, kemudian toko udah tidak lagi berkembang, dia harus berubah menjadi pelayan online,” ucap Ali.

Saat ini, ia menyebut, pasar online tidak hanya untuk barang-barang saja. Jasa agen tiket pesawat dan hotel pun sudah diambil alih pengusaha online.

“Agen-agen tiket pesawat kan sudah pada tutup, orang udah pada bisa beli sendiri, bahkan chek in aja tidak perlu harus ngantre di bandara,” pungkasnya.

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Kalbar menyayangkan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. yang akan menutup delapan tokonya. “Kita berharap supermarket ini tetap bisa bangkit, bayangkan berapa banyak karyawan harus berhenti bekerja,” ungkap Daniel Edward Tangkau, Ketua Aprindo Kalbar, Rabu (30/8).

Menurut dia, retail besar hingga kecil cukup kuat dan tidak mudah goyah. “Untuk sektor retail kita tidak khawatir karena yang kita jual adalah kebutuhan pokok masyarakat. Namun, mungkin dari 100 berkurang menjadi 75 dan hanya 25 pembeli besar,” paparnya.

Meski begitu, ia mengakui daya beli masyarakat memang menurun karena kondisi ekonomi yang belum stabil. “Kita berharap juga ekonomi di Indonesia bisa bangkit sehingga daya beli meningkat dan retail juga tetap tumbuh,” lugas Daniel.

Ia menyebut, mall, pasar modern, dan supermarket, saat ini cenderung ramai pada momentum hari besar saja. Sedangkan untuk hari – hari biasa masyarakat tidak terlalu antusias dalam berbelanja.

“Dalam era teknologi dan informasi ini memang menuntut inovasi. Jika tidak, lambat laun akan ditinggalkan. Menarik minat masyarakat bisa dengan bekerja sama dengan bank sebagai mitra, misalnya BRIlink dan juga BNI46,” pungkasnya.

Sedikit kesulitan dalam hal keuangan sepertinya juga terjadi di PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Perusahaan itu membawahi Hypermart, Foodmart Primo, dan Foodmart Fresh.

Manager Groseri Hypermart Pontianak, Didik menyebut, pengumuman atau wacana pemotongan gaji direksi sudah ada. Kata dia, didapati sekitar hari Senin bulan lalu.

“Tetapi pelaksanaannya belum ada, bahkan sebabnya pun tidak kita ketahui secara detail,” tuturnya singkat, Selasa (29/8).

Laporan: Gusnadi, Riko Saputra, Maulidi Murni

Editor: Mohamad iQbaL