Delapan Kecamatan Rawan Banjir

ilustrasi. net

eQuator – KETAPANG-RK. Masyarakat di delapan kecamatan khususnya di wilayah bantaran sungai Pawan berpotensi direndam banjir, akibat perubahan iklim dari kemarau ke musim penghujan yang saat ini sudah memasuki di wilayah Ketapang.
Kepala Pelaksana BPBD Ketapang, Soviar melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Ketapang, Triyoga mengatakan, masyarakat yang tersebar di puluhan Desa yang berada di beberapa Kecamatan, seperti Kecamatan Muara Pawan, Kecamatan Nanga Tayap, Kecamatan Sandai, Kecamatan Hulu Sungai, Kecamatan Tumbang Titi, Kecamatan Jelai Hulu, Kecamatan Marau serta Kecamatan Manis Mata tersebut rawan terkena banjir.
“Kecamatan-kecamatan tersebut rawan dan kerap kali dilanda banjir setiap tahunnya,” kata Triyoga Rabu (11/11).
Triyoga menjelaskan, yang mana saat ini pihaknya memang sudah mempersiapkan hal-hal untuk mengantisipasi terjadinya banjir di beberapa wilayah yang rawan terendam banjir pada saat musim pancaroba dari kemarau ke musim penghujan ini.
“Kita juga sudah mendapat imbauan dari BPBD Provinsi untuk mengantisipasi terhadap perubahan iklim yang menimbulkan angin kencang, petir serta hujan lebat yang dapat memicu menyebabkan banjir,” ungkapnya.
Menurutnya di Kabupaten Ketapang sendiri memang setiap tahunnya berpotensi dilanda banjir terlebih di lokasi di wilayah pinggiran Sungai Pawan, yang mana banjir yang melanda biasanya mencapai 1-2 meter.
“Yang paling rawan direndam banjir di Desa Tanjungpura dan Tanjung Pasar Kecamatan Muara Pawan, biasanya banjir disana mencapai 1-2 meter,” jelasnya.
Menurutnya, dari prediksi pihaknya kemungkinan banjir akan melanda di lokasi rawan banjir pada kisaran bulan Desember 2015 – Januari 2016, yang mana jika melihat perubahan iklim yang diprediksi akan ekstrim banjir juga kemungkinan dapat lebih besar dari sebelumnya. “Untuk itu dari sekarang sudah kita imbau masyarakat untuk waspada,” imbaunya.
Ia menuturkan, fihaknya juga sudah mempersiapkan soal peralatan seperti dua perahu karet, dua perahu fiber glass dan puluhan pelampung, tenda untuk posko keluarga atau pengungsian.
“Logistik seperti beras jika memang diperlukan dan keperluan lainnya yang sedang dipersiapkan,” katanya.
Menurutnya, yang menjadi kendala pihaknya selama ini jika banjir terjadi, masih banyaknya masyarakat yang enggan untuk dievakuasi lantaran mengaku sudah terbiasa dengan kondisi banjir sehingga kebanyakan masyarakat di lokasi banjir enggan untuk meninggalkan rumah
atau untuk menungsi.
“Jadi kita harus jemput bola dan aktif, banyak masyarakat terbiasa menghadapi banjir, namun walaupun demikian kita tetap pantau dan awasi, jika kondisi tidak memungkinkan maka akan kita lakukan evakuasi,” pungkasnya.

Reporter: Jaidi Chandra
Editor: Kiram Akbar

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.