Datangkan Penganyam dari Jawa Demi Transfer Ilmu

Tekad Membuka Usaha Kerajinan Rotan Sintetis

KURSI ROTAN SINTETIS. Salah seorang karyawan Paulus Lovry sedang membuat kursi rotan sintetis di Mebel Rotan Segedong di Jalan Raya Segedong, Mempawah, Senin (20/2). FOTO: Rizka Nanda-RK

Rotan menjadi salah satu bahan anyaman yang fleksibel. Tumbuhan hutan ini cocok dibuat berbagai furniture. Asiknya lagi, harga furniture rotan tidak semahal kayu, tetapi memiliki kekuatan yang sama.

Rizka Nanda, Segedong

eQuator.co.id – Salah seorang yang menggeluti kerajinan rotan yaitu Paulus Lovry. Pria 40 tahun kelahiran Segedong, Mempawah ini awalnya ingin membuka usaha mebel kayu. Namun setelah berdiskusi dengan temannya yang sudah punya usaha mebel kayu, kemudian muncul ide menggunakan bahan utama yang berbeda. Yaitu rotan sintetis.

“Dia bilang kalau kerajinan rotan di sini belum ada yang punya. Jadi kalau mau merintis pun, saingannya belum ada, peluang buat cepat naik cukup besar,” kisahnya kepada Rakyat Kalbar, Senin (20/2).

Paulus merintis usahanya ini sejak tiga bulan lalu, tepatnya November 2016 dengan nama Mebel Rotan Segedong di Jalan Raya Segedong, Mempawah. Namun untuk menggapai mimpinya itu tidak mudah.

Awal dijalankan, tak ada satupun karyawannya mampu menghasilkan anyaman yang memuaskan. Paulus akhirnya berpikir mendatangkan tenaga ahli anyam dari Jawa agar bisa sambil mengajarkan karyawan-karyawannya. Walaupun konsekuensinya ia harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

“Kerajinan rotan ini harus dikerjakan dengan orang ahli menganyam. Kalau enggak ya hasilnya pasti jelek. Jadi saya berpikir bagaimana caranya supaya mereka bisa belajar. Ya udah tambah modal buat narik ahli anyam dari jawa, hasilnya sebanding,” ujarnya.

Setelah tiga bulan sejak dirintis, saat ini Paulus telah memiliki karyawan tetap yang sudah bisa dikatakan profesional dalam anyaman dari rotan. Setiap karyawannya mampu mencetak satu kursi rotan sintetis. Pemilihan rotan sintetis karena lebih elastis, sehingga enak dibentuk. Hanya saja, pesan mesti ke Jawa karena di Pontianak belum produksi.

“Saya rasa pakai rotan sintetis pilihan tepat, kalau pakai yang asli lebih susah membentuknya, juga sayang kekayaan alam kita. Jika ada alternatif lain yang tak kalah bagus, kenapa tidak di manfaatkan?,” lugasnya.

Harga kursi rotan sintetis ditawarkan bervariasi sesuai keunikan bentuk dan warnanya. Mulai Rp700 ribu hingga Rp3 juta. Meski saat ini baru bisa bermain di areal Kota Pontianak dan sekitarnya, Paulus akan lebih giat lagi dalam mengembangkan usahanya. Dia pun bertekad menciptakan inovasi-inovasi baru demi memuaskan pelanggan. (*)