Dari Sentiong Jadi Coffee Street

Sampai beberapa puluh tahun lalu, rumah panggung kayu khas masyarakat Melayu masih bisa ditemui di sekitar Jalan Ketapang. “Jalan Siam itu dulu namanya Gang Hajito, lalu Jalan Setia Budi itu dulu Gang Borneo, kemudian Gang Ketapang dan Gang Hijas itu dari dulu memang namanya itu,” tukas Vincen.

Awalnya, Jalan Gajah Mada dinamai Jalan Kapitan. “Kapitan ini sebutan untuk kepala kampungnya orang Tionghoa waktu jaman Belanda. Dia ini yang disuruh narik pajak ke orang Tionghoa lalu dibayarkan ke Belanda,” ucapnya.

Kemudian, Jalan Gajah Mada sempat pula dikenal orang dengan sebutan gertak putih. “Karena gertaknya (jembatan) dicat putih. Kalau jalan Gusti Sulung Lelanang disebutnya gertak hitam, karena jembatannya dari kayu belian yang gelap,” tambah Vincen.

Dulu transportasi sungai adalah pilihan utama masyarakat untuk beraktivitas. Meski begitu, jalur parit di Jalan Gajah Mada bukanlah jalan yang sering dilewati lalu lintas perahu masyarakat.

“Sungai jawi itu sering, parit besar juga,” ujarnya. Baru sekitar 90-an lah Jalan Gajah Mada mulai berubah wajah. Pertokoan dibangun di sana-sini.