eQuator.co.id – Sadar wisatawan Malaysia yang datang ke negara ini jauh lebih sedikit dibanding orang Indonesia yang melancong ke negeri jiran itu, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) menggelar Festival Produk Indonesia 2016.
Menteri Muda Pelancongan (Pariwisata) Sarawak, Datuk Lee Kim Shin, termangu di depan stan batu akik Singkawang, Minggu (12/6) sore. Cukup lama dia mengamati kilau kecubung khas Kalimantan Barat.
“Batu itu sangat unik. Di sini kita tak ada. Saya suka, tapi saya memang tak pakai cincin, tak biasa pakai,” serunya, di Vivacity Megamall, Kuching, Sarawak, Malaysia.
Mall tersebut digunakan KJRI untuk perhelatan Festival Produk Indonesia yang ketiga kalinya itu. Berlangsung selama 25 hari, festival bertujuan membantu promosi pariwisata dan pemasaran produk-produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia. Diikuti 28 UKM dari Pontianak, Singkawang, Sambas, Sanggau dan Kapuas Hulu, serta dua asosiasi perhimpunan pedagang UKM.
Meski lumayan panjang waktu Datok Lee bertahan di stan batu akik, ia memuji produk Indonesia lainnya. Meski sama dengan di Sarawak, kata dia, produk Indonesia banyak yang lebih baik. Mulai dari kain, pakaian, hingga makanan. Bahkan, Datok Lee membeli sejumlah batik.
“Produk makanan Indonesia is the best (terbaik,red),” tuturnya, mengangguk-angguk.
Datuk Lee meyakini festival ini upaya yang luar biasa baik untuk mempererat hubungan perdagangan antardua negara. “Dengan cara begini, maka rakyat kita di Sarawak Malaysia ini boleh membeli produk daripada Indonesia yang terdapat dalam pameran. Ini merupakan cara kerja sama atau hubungan perniagaan yang baik,” papar dia. Datuk Lee berharap, dengan hubungan yang baik tersebut, nantinya Pemerintah Malaysia juga dapat membuat kegiatan serupa di Indonesia.
Stan-stan penjualan produk sudah didirikan sejak Rabu (8/6). Pembukaan festival pada weekend lalu pun berlangsung meriah. Dibuka dengan tarian Dayak Kapuas Hulu, dihadiri perwakilan Bupati plus Walikota peserta festival, pejabat pemerintah Sarawak, asosiasi pengusaha Sarawak, dan stakeholder lainnya.
“Kegiatan tahunan ketiga kalinya digelar di Kuching ini memamerkan kurang lebih 100 jenis produk-produk UKM berkualitas. Ada produk fashion, garmen berbagai macam. Terus handicraft (kerajinan tangan), serta produk makanan-minuman dalam kemasan,” tutur Konsul Jenderal Jahar Gultom usai memotong pita tanda festival resmi dihelat.
Produk fashion khas yang dipamerkan untuk dijual mencakup batik, kain tenun dan songket. Gultom meyakini di Sarawak banyak produk yang persis buah tangan Kalbar. Namun karena distribusinya melalui jalur berbeda, harga yang diberikan jauh lebih mahal.
“Nah, dengan festival ini kita berikan kesempatan kepada masyarakat luas yang ada di sini untuk membeli produk kita dengan harga yang bersaing. Beberapa hari ini saja, penjualan produk kita meningkat. Pembelinya banyak dari masyarakat Malaysia dan ada juga warga kita yang kangen dengan produk Indonesia,” ujarnya.
Gultom mengatakan, sementara ini baru beberapa kota/kabupaten di Kalbar yang dilibatkan dalam festival. Kedepan, semua kabupaten maupun provinsi di Indonesia akan diikutsertakan. Bagi dia, hal itu penting mengingat kedekatan geografis Sarawak-Indonesia, khususnya Kalbar.
Seharusnya, kedekatan itu membuat hubungan Sarawak-Kalbar terjalin erat di segala bidang. Tak hanya koneksi sosialnya, kerja sama dalam bidang ekonomi khususnya perdagangan dan pariwisata seharusnya menguntungkan dua belah pihak.
Di sektor ekonomi, volume perdagangan antara Indonesia dan Sarawak menunjukkan tren peningkatan. Volume ekspor produk Indonesia ke Sarawak pada tahun 2014 meningkat sebesar 38,7%. Dari RM671.628.000 atau USD167.907.000 menjadi RM931.598.000 atau USD232.899.500.
“Target kami salah satunya adalah banyak permintaan produk kita di sini. Seperti tadi, ada permintaan pasokan kain khas kita dan minuman aloevera. Jadi, kegiatan ini tidak sampai di sini saja, diharapkan nanti permintaan atau pesanan produk kita dalam partai besar. Yang kita pamerkan ini contoh untuk calon pembeli,” papar Gultom.
Untuk sektor Pariwisata, berdasarkan data statistik kunjungan wisatawan ke Sarawak dari Kementerian Pelancongan setempat, pada 2014 jumlah kunjungan wisatawan asing ke Sarawak sebanyak 4,1 juta orang, dan pada 2015 sebanyak 4,2 juta orang. Dari angka tersebut, wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Sarawak pada 2014 tercatat sebanyak 415.267 orang, dan 2015 sebanyak 417.072 orang. Namun, wisatawan Sarawak ke Indonesia masih di bawah jumlah tersebut.
“Maka dari itu, melalui festival ini, pada tahun 2016 ditargetkan dapat meraih wisatawan sebanyak 12 juta orang hingga pada akhir tahun 2019 ditargetkan menjadi 20 juta orang wisatawan yang ke Indonesia,” tukasnya.
Lanjut Gultom, pelaksanaan festival akan dievaluasi. Untuk mencatat produk mana saja yang banyak digemari masyarakat Sarawak.
“Sehingga pada tahun depan kita akan perbanyak produk yang disukai masyarakat. Kita akan buat berbeda setiap tahun dan hadirkan dari berbagai provinsi lainnya,” tutup dia.
Konsul Fungsi Ekonomi KJRI di Kuching, Henny Mullyani menambahkan, produk UKM Kalbar sebenarnya banyak yang berkualitas baik. Peminatnya di Sarawak inipun cukup banyak.
“Perlu dikemas lebih baik lagi agar produk kita semakin dikenal,” ujarnya.
Dari pengamatan Sekretaris Himpunan Pengusaha UKMK (Himpu) Pontianak, Vivi Susanti, jumlah pengunjung di stan produk yang dipamerkan pihaknya terus meningkat dari hari ke hari. Bahkan, tak hanya membeli produk, beberapa dari pengunjung menawarkan kerja sama. Banyak keuntungan yang diraih saat mengikuti festival tersebut.
“Kami dapat channel (saluran) untuk memperdagangkan produk di sini. Bahkan petinggi Pemerintah Sarawak juga menawarkan kami stan atau outlet di kawasan Indian Street Water Front,” serunya.
Mungkin saja, menurut dia, stan Himpu laris manis karena produk yang dipamerkan tidak mengandung bahan pengawet. “Kedepannya, kami akan mempelajari produk-produk apa yang laku. Kita pahami selera masyarakat di sini. Seperti mereka di sini kurang suka yang terlalu manis dan berperisa, makanya rempeyek aloevera saya langsung habis,” ujar Vivi bangga.
Juga hadir di sana, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Singkawang, Dwi Putra Sumama. Ia menyatakan, produk andalan yang dipamerkan pemerintah Kota Singkawang adalah kerajinan batik tulis, baju kulit, aksesoris dari kayu, pomade lokal, serta makanan khas Tionghoa.
“Kita ada empat stan yang memamerkan produk khas Singkawang. Memang produk makanan yang banyak peminatnya, seperti kripik ubi, kerupuk Ikan Tawat, Amplang, abon ikan, dodol, dan kue khas warga Tionghoa,” terangnya. (*)
Ocsya Ade CP, Kuching