Dapat Jimat Pesugihan Semedi di Gunung Kawi

Ilustrasi.JPNN

Pada era multimedia manusia tak lepas dari alat komunikasi handphone, yang terbaru dengan layanan 4G. Namun Donjuan 57 tahun warga Lidah Kulon ini menolak peradaban modern yang serba menggunakan jaringan internet. Dia lebih percaya dengan jimat yang mampu menyalurkan energi jaringan dua kali lipat lebih kuat.

Umi Hany Akasah

eQuator.co.id – Si Donjuan memang lebih familier dengan tradisi-tradisi klenik. Bapak tiga anak itu yakin bahwa teknologi modern seperti handphone maupun jaringan internet itu bisa membuat keburukan dan kesengsaraan.

“Jadul itu (pakai handphone). Yang gaul itu pakai jimat. Tidak hanya bisa menembus dunia Eropa, tapi dunia ketiga di alam ghaib,” kata Donjuan.

Kakek dua cucu itu memang berbeda dengan manusia umum lainnya. Tampilannya bak dukun dengan puluhan akik di jari jemarinya.

Belum lagi lengan­lengannya yang penuh gelang model etnik terbuat dari kayu, daun-daunan dan anyaman. Usut punya usut, ternyata seluruh akik dan gelangnya adalah jimat yang ia buat sendiri.

“Jimat ini bisa menembus dunia manapun. Biasanya saya buat sendiri, tapi ada pula yang beli kemudian saya ‘isi’,” jelas Donjuan di sela­sela gugatan cerai istri keenamnya, Karin, 40 di Pengadilan Agama (PA), kelas 1 A Surabaya, Kamis (12/1).

Donjuan menceritakan kisah pembuatan jimat yang ia percayai mampu membuatnya bisa melihat dunia asing dan dunia lain. Untuk membuat satu jimat khusus, dia harus bersemedi di gua atau tempat pertapaan yang cukup sepi.

Misalnya, untuk jimat pesugihan ia akan bersemedi di Gunung Kawi, Malang. Sedangkan untuk jimat penolak balak ia bersemedi di Gunung Penanggungan, Pasuruan.

“Ritualnya sulit sekali. Saya bisa menghabiskan waktu di sana minimal seminggu, kadang tiga bulan,” jelas Donjuan.

Dengan jimat­jimat yang dipakai, Donjuan berprinsip tidak akan menggunakan teknologi apapun. Ia merasa damai dan nyaman tanpa melihat televisi maupun menggunakan handphone. Menurut Donjuan, dia bisa melihat dunia lain ketika bersemedi. Ia juga bisa mengetahui perasaan orang lain ketika ia memakai jimat.

“Energi jimat yang saya pakai itu kuat. Kalah mah teknologi moderen-moderenan gitu,” tegasnya.

Meski demikian, Donjuan mengaku tetap update pengetahuan tentang isu bangsa dan negara lewat media koran. “Membaca itu bisa mengetahui dimensi dunia lain. Masak pakai internet saja yang bisa. Kurang gaul tuh anak muda sekarang,” ungkapnya. (Jawa Pos/JPG)