Dada Cekung saat Bernafas, akan Dirujuk ke Malaysia

Kisah Bayi Ilyas yang Menderita Pneumonia

INFEKSI PARU-PARU. Ilyas sedang menjalani perawatan di kamar anak RSUD dr. Soedarso Pontianak. Suci Nurdini Setiowati-RK
INFEKSI PARU-PARU. Ilyas sedang menjalani perawatan di kamar anak RSUD dr. Soedarso Pontianak. Suci Nurdini Setiowati-RK

Sebulanan lalu, ada yang berbeda dari Ilyas. Buah hati pasangan suami istri Jamari (50) dan Hatlina (33), yang baru menghirup udara fana selama 2 bulan 10 hari itu tiba-tiba terserang paru-paru basah. Istilah medisnya: Pneumonia.

Suci Nurdini Setiowati, Syamsul Arifin, Pontianak

eQuator.co.id – Akibat penyakit yang dideritanya tersebut, kelahiran 18 Januari 2018 ini menjadi susah bernafas. Ketika ilyas berusaha menarik oksigen ke paru-parunya terlihat cekungan lumayan dalam. Suara tarikan dan hembusan nafas itu pun terdengar berat.

“Ilyas ini lahir sehat, biasa saja, tapi sebulanan yang lalu susah bernafas. Kadang dikasih susu muntah, terus sesak nafas dan rewel, saat itulah kita baru bawa ke rumah sakit,” tutur Jamari, ketika dikunjungi Rakyat Kalbar di kamar anak kelas 3 RSUD dr. Soedarso, Pontianak, Jumat (30/3).

Berat Ilyas kini sekitar 2,5 Kg. “Kan ada masalah juga di lambungnya, jadi sekarang asupannya dibatasi. Minum susunya 3 jam sekali, 30 CC persekali minum,” jelas sang ayah.

Demi menjaga buah hatinya ini, Jamani mau tak mau harus meninggalkan pekerjaannya. Ia pencari gula aren, sedangkan sang istri yang memasaknya.

“Karena jaga Ilyas, kita sedang gak bisa kerja. Tapi, kita selalu berdoa agar Ilyas dapat disembuhkan. Allah yang memberi cobaan, saya yakin Ia juga yang akan menyembuhkan,” tutur Jamari.

Ilyas telah berpindah-pindah rumah sakit. Sebelumnya sempat dirawat di Ruangan 508 RS Anugrah Bunda Khatulistiwa, Pontianak.

“Kemungkinan Ilyas akan kita rujuk ke Malaysia,” tutur Ardhy, koordinator donatur untuk Ilyas.

Ia memohon doa dan bantuan, sebab tindakan medis untuk kesembuhan Ilyas memerlukan biaya cukup besar. Tindakan medis tersebut, salah satunya adalah bronkoskopi. Memasukkan alat bronkoskop untuk melihat trakea dan bronkus. Ini merupakan prosedur diagnostik dan terapi penyakit paru-paru.

“Syukurnya, beberapa masyarakat sudah datang menjenguk dan memberikan bantuan secara langsung, melalui orangtuanya di saat jam besuk RS Soedarso,” ungkap Ardhy.

Selain dia, ada beberapa warga Kalbar yang peduli ikut menginisiasi donasi terbuka untuk Ilyas. Kata Ardhy, jika ada yang ingin menyampaikan donasinya, bisa datang ke Posko donasi di Cazanova Café, Jl. Irian.

“Di depan Polresta Pontianak, atau melalui BNI 0289887003 a/n Rahmad Budi Sucipto. Informasi mengenai Ilyas bisa menghubungi penanggung jawab yaitu Budiman Verry 089693462926 , Midun AL Fatih 085305640178 , dan saya sendiri di 082159561958,” pungkasnya.

Untuk membantunya bernafas, dua selang dihubungkan ke hidung dan mulut Ilyas. Selain pneumonia, ia juga terindikasi gizi buruk dan kelainan di lambung.

Dikatakan spesialis anak Kota Pontianak, dr. M. Budi Nugroho, Pneumonia memang merupakan penyakit yang kerap menyerang balita. Atau anak usia dini.

“Dari itu ada imunisasi, namanya vaksin PCV atau pnemokokus. Dilakukan sebanyak tiga kali untuk bayi usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan,” tuturnya.

Pneunomia ini penyakit yang serius. Banyak menyebabkan kematian pada bayi-bayi.

“Merupakan penyakit radang paru-paru yang disebabkan infeksi, biasanya karena mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Untuk gejalanya seperti batuk, demam, sesak nafas, dan demam,” jelasnya.

Untuk penanganan di Pontianak, biasanya dilakukan dengan memberikan antibiotik, obat penghilang gejala batuk dan demam, pemberian oksigen, dan infus nutrisi.

Lebih spesifik dijelaskan mantan Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya, dr. Nursyam Ibrahim. Kata dia, peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, toksin, obat-obatan) disebut pneumonitis.

“Pneumonia sangat bahaya, yang merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian pada anak. Bahkan, 5 tahun terakhir masuk di lima besar penyebab kematian anak,” ucap mantan Sekretaris Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalbar itu, Minggu (1/4).

Pneunomia terjadi pada bagian paru yang khusus berfungsi sebagai tempat pertukaran udara. Alhasil. penderita pneumonia mengalami gangguan pertukaran udara di paru-parunya.

“Pneumonia dibagi menjadi pneumonia komuniti (didapat di komunitas/di luar rumah sakit) dan pneumonia nosokomial (didapat di rumah sakit) yang mudah menyerang pada anak,” ungkapnya. Mikro-organisme penyebab kedua jenis pneumonia tersebut, dijelaskan Nursyam, berbeda.

Berdasarkan penyebab, lanjutnya, pneumonia dibagi menjadi pneumonia khas (disebabkan bakteri tertentu), pneumonia tidak khas (bukan disebabkan bakteri tertentu), pneumonia virus, pneumonia jamur, dan pneumonia parasit.

“Gejala pneumonia bervariasi dan dapat timbul dalam bentuk yang ringan sampai berat, tergantung dari tingkat infeksi, usia, dan penyebab,” paparnya.

Dia menambahkan, gejala klasik pneumonia yang disebabkan oleh bakteri tipikal/khas biasanya timbul mendadak dan berkembang dengan cepat. Gejala utama yang sering ditemui, seperti batuk berdahak maupun tidak berdahak, demam, sesak napas, dan nyeri pada bagian dada/perut.

“Batuk dapat disertai atau tidak disertai dahak. Batuk berdahak merupakan gejala yang paling sering pada penderita pneumonia. Dahak penderita pneumonia dapat berupa dahak kental, menyerupai nanah, atau disertai bercak darah. Umumnya, dahak penderita akan lebih menyerupai nanah,” terang Nursyam.

Dalam keadaan sehat, tidak terdapat mikro-organisme pada jaringan paru karena adanya mekanisme pertahanan jalan napas dan paru-paru. “Apabila terdapat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikro-organisme dan lingkungan, maka organisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit, bahkan bisa mengakibatkan fatal (kematian,red),” tukasnya.

Untuk pneumonia nosokomial (didapat di rumah sakit), dapat disebabkan berbagai macam mikro-organisme, namun sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Bakteri tipikal/khas penyebab pneumonia yang paling sering adalah Streptococus pneumonia, Haemophilus Influenza, Klebsiella, dan Staphylococcus.

“Disebut tipikal karena beberapa bakteri ini mempunyai kecenderungan menyerang orang yang peka dan menimbulkan gejala yang khas, seperti klebsiella pada penderita alkoholik atau staphylococcus pada penderita pascainfeksi influenza. Bakteri atipikal/tidak khas yang sering ditemui adalah Mycoplasma pneumonia, Legionella, dan Chlamydia,” beber Nursyam.

Ia menambahkan, virus merupakan penyebab 15 persen kasus pneumonia anak dan 30 persen pneumonia dewasa. Untuk kasus pneumonia yang disebabkan jamur, relatif jarang ditemui. Namun umumnya terjadi pada individu dengan sistem pertahanan tubuh yang lemah seperti penderita AIDS, pengguna obat-obat penekan sistem imun, dan penyakit berat lainnya.

“Yang terakhir, parasit penyebab pneumonia adalah Toxoplasma gondii, Strongyloides stercoralis, Ascaris lumbricoides, dan Plasmodium malariae, yang umumnya menginfeksi paru secara sekunder dari organ lain,” ungkap Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kubu Raya ini.

Penularan pneumonia yang paling sering adalah terhirupnya kelompok bakteri di permukaan lapisan lendir saluran napas atas, dan terhirupnya aerosol (semprotan parfum atau deodorant misalnya). “Jika terdapat kelompok bakteri di saluran napas atas (hidung, tenggorokan atas) dan kemudian terhirup ke saluran napas bawah, bakteri dapat menginfeksi jaringan paru–paru dan akhirnya menyebabkan peradangan,” ucap Nursyam.

Imbuh dia, “Terhirupnya sebagian kecil lendir tenggorokan dapat terjadi pada orang normal waktu tidur, penderita dengan penurunan kesadaran, peminum alkohol, dan pemakai obat-obatan terlarang”.

Faktor risiko tersebut antara lain gangguan paru lokal (seperti tumor, penyakit paru obstruktif konik, bronkiektasis), radang gusi kronis, riwayat merokok, diabetes mellitus, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit hati kronis. Kondisi-kondisi tersebut menurunkan daya tahan tubuh sehingga lebih mudah terinfeksi.

Selain itu, orang dengan gangguan kesadaran (seperti kejang, keracunan obat atau alkohol) atau gangguan saraf pusat (seperti stroke) mengalami penurunan refleks muntah, sehingga lendir pada saluran napas atas lebih mudah terhirup.

”Pneumonia ini bisa disembuhkan, jika ditemukan lebih awal. Makanya untuk antisipasi, bagaimana caranya untuk sang anak menghindari orang yang terkena flu. Itu yang perlu diantisipasi. Kalau kalau kekebalan tubuhnya tak kuat, itu bisa mudah masuk,” pungkas Nursyam.

 

Editor: Mohamad iQbaL