eQuator.co.id – Pontianak-RK. Waspadalah! Penculikan anak bukan berita hoax lagi, sebagaimana yang menimpa Afan Agung Susilo, 9 tahun. Saat itu, dia tengah bermain sendirian di halaman rumah, Sabtu (26/11) siang.
Siswa kelas 3 SD yang akrab disapa Awan itu diculik kawan lama ayahnya bernama Hendi bersama Agus dan Edi alias Pak Kumis. Disekap selama empat hari di Desa Jeruju Besar, Kabupaten Kubu Raya, kawanan penculik minta tebusan Rp800 juta.
Beruntung, Awan yang dicari aparat kepolisian akhirnya berhasil diselamatkan oleh Tim Jatanras Polresta Pontianak, Selasa (29/11). Ketiga penculik yang kabarnya akan membunuh dan mengambil organ tubuh si anak, itu berhasil dibekuk polisi.
Di Mapolresta Pontianak, Rabu (30/11), Awan menuturkan peristiwa penculikan dirinya . Seorang pria dari tiga penculik menyeret tangannya dan dimasukan ke mobil.
“Saya kenal salah satu pelaku, itu om Hen,” ungkap Awan kepada Rakyat Kalbar, adalah Hendi yang tak lain teman lama kedua orangtuanya.
Setelah disekap dalam mobil si bocah tak langsung dibawa desa terpelosok di Jeruju Besar. Ia dibawa berkeliling untuk jalan-jalan, alasan para pelaku kepadanya.
Puas berkeliling Awan mulai curiga lantaran tak dipulangkan ke rumahnya. Ia pun tambah ketakutan dan menangis dibawa ke sebuah rumah dan menginap. “Hari kedua, Awan menangis minta pulang, tapi dimarah sama Om Hen dan badan bagian belakang dipukuli,” tutur Awan.
Tiap hari menangis, Awan rindu ayah bundanya sehingga bukan lagi sedih tapi sudah didera ketakutan. Sehingga, diberi makan oleh para pelaku namun ia menolak, karena sudah tak tahan terpisah dari orangtua dan rumah.
“Saya nangis beberapa kali minta pulang, saya disuruh diam dan saya dipukuli,” kata Awan bercerita sambil duduk di Siaga Reskrim, Rabu (30/11) pagi.
Menolak makan, menangis ketakutan, membuat para penculik mulai naik pitam dan memukuli Wawan sehingga tambah ketakutan. “Awan takut, mau pulang tapi tak boleh,” tuturnya sedih.
Empat hari disekap di rumah Edi alias Pak Kumis di Desa Jeruju Besar, yang bisa dilakukan bocah cilik itu hanyalah menangis. “Ada dikasi makan, Awan tak mau makan,” ungkapnya.
Ketakutan diculik dan disekap membuatnya trauma. Awan menurut orangtua dan keluarga terlihat berubah menjadi pendiam dan tak seceria biasanya. Kemungkinan rasa takut amat sangat masih menjadikannya traumatis karena sikap kasar para penculik. Selain tak bisa ke sekekolah, tiap hari berhadapan dengan penculik.
Syukurlah, kemarin Awan mulai bisa tersenyum walaupun masih curiga melihat orang tak dikenalnya. Ia kembali ke pelukan orangtuanya, terlihat lebih tenang.
“Senang bisa ketemu Ibu dan Bapak lagi,” ucapnya.
Sementara itu, Kapolresta Pontianak Kombes Iwan Imam Susilo mengatakan Awan dipukul sebanyak dua kali. “Anak sekecil ini dipukuli di bagian belakang,” kata dia kepada sejumlah wartawan.
Suyatno, ayah Awan, awalnya sulit bisa percaya ketika mengetahui pelakunya adalah Hendi. “Itu teman lama saya, Awan sewaktu kecil sering digendongnya. Jadi tak menyangka, ternyata dia pelakunya,” ujarnya.
Akhirnya mulai terkuak, alasan awal motif penculikan anaknya. Suyatno membenarkan bahwa dia batal membeli mobil dari Hendi. Namun benar-benar tak menduga kalau yang menculik anaknya adalah orang yang kenal dekat.
“Saya sangat bersyukur, anak saya selamat dan saya mengucapkan terima kasih kepada polisi di sini (Polresta Pontianak),” ucapnya.
Bagaimanapun, sang ibu, Sri Sulaswati sangat terpukul dan tertekan ketika anaknya masih berada di tangan para pelaku, bersama suaminya tak bisa tidur hamper empat malam.
“Kita sangat khawatir, terus diteror dan diancam lewat telepon, mau dieksekusi kalau tidak serahkan uang Rp800 juta serta mau diambil organ tubuhnya. Itu yang saya makin syok,” tutur Sri.
Karena itu Pasutri ini hampir tidak melewatkan waktu tiap saat menunggu berita dari polisi. Mereka mengetahui betul Tim Jatanras bekerja dan akhirnya berhasil menyelamatkan anaknya dari tangan penculik.
“Polisi itu empat kali 24 jam mencari keberadaan pelaku, akhirnya tertangkap dan anak saya selamat. Terima kasih untuk polisi-polisi di sini,” tambahnya.
Padahal, kedua orangtua Awan ini sudah berupaya mengumpulkan uang sebesar Rp800 juta dan sudah siap untuk ditebus.
“Saya pinjam kesana kemari dengan teman, akhirnya terkumpul. Bagi saya anak adalah segalanya, walaupun tak ada demi keselamatan anak harus dicarikan. Alhamdullillah kepolisian berhasil menangkap pelakunya,” pungkas Sri Sulaswati.
Laporan: Achmad Munzirin
Editor: Mohamad iQbaL