Dusun Tanjung Wangi yang terletak di Desa Rasau Jaya Dua, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya terus berbenah. Dusun yang berada di ujung desa ini tengah berupaya menyulap diri menjadi dusun mandiri dan madani.
Ocsya Ade CP, Pontianak
eQuator.co.id – Perjuangan ini digagas dan dipelopori oleh Ikatan Remaja Masjid (Irmas) Babussalam Dusun Tanjung Wangi. Saat ini, mereka tengah berjuang untuk mempercepat perencanaan pembangunan dan pembentukan dusun yang diberinama Dusun Mandiri.
Kenapa ingin menjadikan dusun mandiri, kepada Rakyar Kalbar, Ketua Irmas Babussalam Dusun Tanjung Wangi, Mawardi bin Daeng Kamarudin menyatakan bahwa makna dari dusun mandiri itu mencerminkan kemauan masyarakat yang kuat untuk memajukan daerahnya.
“Nah, ini yang sedang dilakukan di dusun kami. Di dusun ini, kami ingin masyarakat menghasilkan produk dan karya yang membanggakan. Ingin menciptakan kemampuan dusun demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya,” ujar Mawardi, belum lama ini.
Dalam istilah lain, sambung dia, dusun mandiri bertumpu pada Trisakti Desa. Yaitu karsa, karya, sembada. Jika Trisakti Desa dapat dicapai, maka dusun dan desa itu disebut sebagai dusun dan desa berdikari. Karsa, karya, sembada desa sendiri mencakup bidang ekonomi, budaya dan sosial yang bertumpu pada tiga daya.
Yakni berkembangnya kegiatan ekonomi dusun dan desa serta antardesa, makin kuatnya sistem partisipatif desa, serta terbangunnya masyarakat di dusun dan desa yang kuat secara ekonomi, sosial-budaya dan religius serta punya kepedulian tinggi terhadap pembangunan, pemberdayaan desa, pendidikan dan kearifan lokal. “Kami berharap, pembangunan dan pemberdayaan dusun dan desa mampu melahirkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan,” harapnya.
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah konsep mengenai perkuatan dan kontribusi yang disumbangkan oleh sektor ekonomi riil. Sektor ekonomi riil yang tumbuh dan berkembang dari bawah karena dukungan ekonomi rakyat di dusun dan perdesaan.
Pertumbuhan ekonomi dari bawah bertumpu pada dua hal pokok. Yakni memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pelaku ekonomi lokal untuk memanfaatkan sumber daya milik lokal dalam rangka kesejahteraan bersama. Kemudian memperbanyak pelaku ekonomi untuk mengurangi faktor produksi yang tidak terpakai.
Karena pasar tidak bisa membentuk bahkan menstimulasi kesempatan dan pelaku dalam keadaan ketidakseimbangan modal, informasi, dan akses lain yang dimiliki, maka diperlukan campur tangan pemerintah dalam bentuk fasilitasi dan regulasi. “Pandangan kami, kurang adanya intervensi yang pantas dari pemerintah dalam daya ekonomi bawah ini telah menyebabkan permasalahan seperti kegagalan pasar, terjadinya monopoli, misalokasi sumberdaya, dan adanya sumberdaya yang tidak terpakai,” ucapnya.
Pemberian kesempatan yang seluas-luasnya, sambung Mawardi, tidak cukup hanya melalui treatment membuka akses permodalan. Akan tetapi juga akses produksi, akses distribusi dan akses pasar. Akses permodalan dibuka dan dikembangkan melalui pemberian bantuan, akses produksi dikembangkan melalui dorongan dan dukungan sektor industri lokal yang berbasis sumberdaya lokal, dan akses pasar dikembangkan melalui regulasi dan kebijakan yang memastikan terbentuk dan berkembangnya kondisi yang optimum dari perekonomian di dusun dan perdesaan.
Pertumbuhan ekonomi dari bawah menitikberatkan pada tumbuh dan berkembangnya sektor usaha dan industri lokal, yang mempunyai basis produksi bertumpu pada sumberdaya lokal. Bentuk-bentuk usaha yang telah berkembang seperti kerajian, pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan, industri kecil, makanan olahan sehat, adalah sektor ekonomi strategis yang harusnya digarap dusun dan kerjasama desa.
“Nah, inilah yang tengah digarap kami di Dusun Tanjung Wangi. Kami berupaya menumbuhkan kapasitas masyarakat dusun dan perdesaan yang mencerminkan sosok masyarakat dusun yang cerdas, berkarakter dan mandiri. Menempatkan manusia sebagai aktor utama sekaligus mampu menggerakkan dinamika sosial ekonomi serta kebudayaan dengan kesadaran, pengetahuan serta keterampilan,” ucapnya.
Irmas Babussalam, sambung Mawardi, juga sudah melakukan langkah-langkah nyata dalam upaya percepatan untuk mewujudkan cita-cita mengubah Dusun Tanjung Wangi menjadi dusun mandiri ini. Seperti perencanaan, pembentukan dan pembangunan suatu organisasi serta badan yang akan menjadi wadah bagi semua elemen masyarakat Dusun Tanjung Wangi untuk memulai kegiatan-kegiatan.
Salah satunya, pembentukan Koperasi Irmas Babussalam. Hal ini sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat Dusun Tanjung Wangi pada umumnya. “Juga bisa dibilang menjadi gerakan ekonomi rakyat dan ikut serta dalam membangun tatanan perekonomian nasional,” terang dia.
Koperasi ini, sambung Mawardi, berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat Dusun Tanjung Wangi. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian dusun, desa, kabupaten, provinsi dan nasional.
Langkah selanjutnya, pembangunan Pondok Tahfidz di Dusun Tanjung Wangi dan Desa Kubu, Kecamatan Kubu. Pondok Tahfidz ini dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sebuah lembaga pendidikan bagi anak usia dini yang profesional dan berkualitas. Membantu anak-anak usia dini agar dapat membaca, menulis dan memahami isi kandungan Alquran dengan baik dan benar. Juga untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam.
“Usia dini merupakan usia yang sangat potensial untuk menyerap ilmu pengetahuan, sehingga sangat penting untuk menanamkan pendidikan Islam pada anak-anak khususnya di dusun kami ini,” ucap Mawardi.
Lalu, pendirian Yayasan Darul Tahfidz. Tujuannya, untuk meningkatkan atau membangun Sumber Daya Manusia (SDM) dan fasilitas pendidikan serta kemasyarakatan demi tercapainya upaya peningkatan kualitas pendidikan dan indeks pembangunan manusia di Dusun Tanjung Wangi.
“Di Yayasan Darul Tahfidz ini nantinya juga dapat mengembangkan dakwah agama demi terciptanya masyarakat yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan mumpuni, cakap dan terampil serta bertanggungjawab terhadap agama, bangsa dan negara,” tuturnya.
Tak hanya itu, juga dapat merevitalisasi kebudayaan Indonesia di wilayah yayasan demi membendung kebudayaan asing yang bertentangan dengan syariat agama atau kepribadian bangsa Indonesia. “Tentunya, masyarakat yayasan nanti dapat memberikan bantuan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melakukan kegiatan di bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan,” ujarnya.
Kalau untuk wisata religi, atau suatu perjalanan yang bertujuan untuk meningkatakan kecintaan kepada agama dan melakukan aktivitas ritual seperti berzikir, berdoa dan lain lain, juga sedang digalakkan.
Belum lama ini, kata Mawardi, pihaknya sukses menggelar ‘Sholawat dan Tabligh Akbar’ di Tanjung Wangi dan Kubu. Pihaknya mengundang Syeikh Adam Elias dari London, Habib M. Fahmi Al-Muthahar, Syeikh Muhammad Abdellani dari Aljazair untuk memberikan tausiyah. Juga mengundang Ustadz Ahmad Zulkarnain Damiri dan Ustadz H. Muhammad Solihin serta Syech Razie Ali Maula Dawilah dari International Musician Gambus Instrumentalisme Songwriter & Singer.
“Pak Muda Mahendrawan, Bupati Kubu Raya terpilih juga kami undang untuk meletakan batu pertama pembangunan Yayasan Darul Tahfidz. Namun, karena beliau berhalangan hadir, maka kami undur kegiatan peletakan batu pertama ini. Rencananya April 2019 nanti,” terang Mawardi.
Objek wisata alam juga tengah dirancang dengan baik di sana. Irmas tengah mencari ide-ide cemerlang untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungannya sebagai objek tujuan wisata. “Kami tengah berupaya agar bisa menyuguhkan panorama keindahan alami di dusun kami. Berupaya agar bisa memberikan kesejukan, membuat kita merasa nyaman sehingga menghilangkan stress dan lain sebagainya,” ujarnya.
Untuk saat ini, Dusun Tanjung Wangi yang sebagian kawasannya terletak di pinggiran Sungai Kapuas sudah menyuguhkan wisata bahari. Seperti olahraga di air, memancing dan mendayung. Kegiatan-kegiatan di air ini, sudah bisa didapati setiap harinya. Banyak pemandangan alam sungai yang indah di Dusun Tanjung Wangi, bisa ditemui. “Nah, ini yang terus kami kembangkan,” tuturnya.
Wisata belanja dan kuliner juga tengah dirancang di sana. Hal ini penting, mengingat ketika seseorang setelah berkunjung di suatu tempat tidak membawa buah tangan, tentunya belum terasa lengkap.
“Di dusun tersedia beraneka ragam hasil olahan kerajian tangan, hasil budidaya pertanian, perikanan, dan lain sebagainya. Kami juga menyuguhkan variasi masakan khas kampung, buah-buahan tropis, hasil perikanan, dan alam,” tuturnya.
Di dusun ini turut mengangkat kembali nilai-nilai kolektif dusun dan budaya bangsa mengenai musyawarah mufakat dan gotong royong serta nilai-nilai manusia Indonesia yang tekun, bekerja keras, sederhana, serta punya daya tahan. “Dusun kami bertumpu pada bentuk dan pola peligius, komunalisme, kearifan lokal, keswadayaan sosial, teknologi tepat guna, kelestarian lingkungan, serta ketahanan dan kedaulatan lokal,” pungkas Wakil Ketua Irmas Nurul Iman Kecamatan Kubu ini. (*/bersambung)