eQuator.co.id – Pontianak-RK. Memperingati Hari Berkabung Daerah (HBD) yang jatuh pada 28 Juni, ribuan Aparatur Sipil Negara (ASN) Satuan Perangkat Pemerintah Daerah (SKPD), TNI/Polri dan pelajar di Kalbar berziarah di Taman Makam Juang Mandor, Landak, Kamis (6/7).
Kegiatan tersebut dimulai dengan upacara peringatan Hari Berkabung Daerah yang dipimpin Wakil Gubernur Drs. Christiandy Sanjaya, SE, MM di Taman Makam Juang Mandor. Rangkaian upacara ditandai dengan peletakan karangan bunga di monumen Tugu Pahlawan oleh Christiandy dan diikuti pejabat lainnya. Usai upacara, Wakil Gubernur Christiandy bersama rombongan berziarah ke sepuluh Makam Juang Mandor dan berdoa serta tabur bunga.
Christiandy mengatakan, sebagai generasi penerus jangan sampai melupakan sejarah. Ada dua nilai yang bisa dipetik bagi generasi saat ini. Pertama bila membaca biodata para korban, terdapat berbagai etnis, profesi dan kalangan.
“Artinya dari dulu kebersamaan sudah terjalin dengan baik dan terlihat kita semua membangun Kalbar,” katanya.
Kedua, menjadi pertanyaan mengapa para korban Mandor dibunuh oleh penjajah. Ini karena mereka adalah tokoh-tokoh pembangunan yang bisa memajukan Kalbar. Para penjajah tidak ingin masyarakat Kalbar pintar dan lebih baik, sehingga pemimpin-pemimpin ini yang mereka habisi.
“Ini yang seperti dikatakan bahwa kita pernah lost satu generasi yang bisa membangun kita dan sering dikaitkan dengan ketertinggalan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kalbar,” jelas Christiandy.
Dengan mengetahui sejarah seperti ini, Christiandy mengajak masyarakat bahu-membahu berjuang meningkatkan IPM. Sehingga masyarakat Kalbar semakin baik ke depan. “Dari berbagai kalangan, semua bersatu padu mulai membangun Kalbar,” ajaknya.
Juru kunci Makam Juang Mandor, Sakimin, 40 sedikit bercerita mengenai filosopi dari nama jalan kematian yang di bangun mengitari seluruh makam yang ada. “Dinamakan jalan kematian, karena di sini tempat pembantaian. Sebelum jadi kayak gini, ada sepuluh tumpukan tulang-belulang yang belum ditimbun, jalan kematian ini mulai dibangun sejak tahun 1977,” jelas Sakimin.
Dia mengaku telah bekerja sebagai juru kunci selama sembilan tahun. Setiap harinya pada pagi hari Sakimin membersihkan makam, ketika sore harinya mengurus kebun getah (karet).
“Saya digaji oleh Dinas Sosial, per bulan Rp1,9 juta rupiah. Ramainya pada Jumat malam dan Sabtu-Minggu, biasanya dari jauh-jauh dari Ketapang, Sambas pokoknya dari luar Kabupaten Landak,” tuturnya.
Sakimin mendapat mandat menjadi juru kunci Makam Juang Mandor dikarekan dia merupakan cucu dari Abdu Samad. Kakeknya merupakan orang pertama yang membuka hutan belantara di kawasan makam Mandor hingga menjadi seperti saat ini.
“Waktu zaman kepemimpinan Gubernur Sultan Hamid II, dia datang ke sini. Jadi ditemukanlah tumpukan tulang-belulang. Jadi baru percaya bahwa tentara Jepang itu mengumpulkan para sultan di sini,” ungkapnya.
Peringatan Hari Berkabung Daerah ini turut diramaikan para ahli waris yang setiap tahun rutin melakukan ziarah. Diantaranya Ida Farida, cucu dari Syarif Yusuf bin Abu Bakar Alkadrie yang merupakan menantu Sultan Muhammad. “Kakek saya itu menantu raja, zaman dulu itu kan setiap bangsawan selalu diambil jadi menantu. Dia itu juru tulis kerja di suapraja pada tahun 1942, jadi yang berkepentingan di kerajaan itu yang terikut diambil kemudian dibantai di sini,” tutur Ida.
Dia mengaku mengetahui cerita sang kakek melalui cerita dari mendiang ibunya yang baru saja wafat setahun yang lalu.
“Saya tahu cerita itu dari ibu saya. Saat kejadian, saya sendiri belum lahir, kalau ibu saya usianya delapan atau sembilan tahun. Dia yang paham ceritanya,” jelasnya.
Sebagai ahli waris, setiap tahun Ida beserta keluarganya selalu menyempatkan waktu untuk berziarah di Makam Juang Mandor. “Setiap tahun pasti ke sini, hari lebaran biasa juga berkunjung bersama keluarga,” katanya.
Ida berharap, ke depan pemerintah provinsi dapat lebih memperhatikan kondisi Makam Juang Mandor ini. “Terutama ahli warisnya untuk berkunjung ke sini. Supaya setiap tahun kita tetap bisa berziarah seperti ini,” ujar Ida.
Sementara Camat Mandor, Rajiman mengaku setiap tahun dalam upacara peringatan Hari Berkabung Daerah dihadiri keluarga ahli waris korban pembunuhan massal, para pejuang atau veteran. “Sesuai rapat panitia di provinsi memutuskan, karena masih dalam masa cuti bersama, tahun ini memang berbeda dengan tahun sebelumnya. Kalau tahun lalu tetap dilaksanakan pada tanggal 28 Juni,” kata Rajiman.
Laporan: Riska Nanda, Antonius
Editor: Hamka Saptono