eQuator.co.id – Kalau pun ada ‘CEO selebriti’, yang pertama adalah Lee Iacocca. Yang meninggal Selasa lalu. Di Bel Air dekat Hollywood. Dalam usia 94 tahun.
Di zaman modern ini selebriti tidak hanya bintang film. Bidang apa pun punya selebritinya sendiri. Dokter, pengacara, dosen filsafat dan tentu juga CEO perusahaan.
Saya sudah tidak tahu: siapa CEO selebriti idola anak muda sekarang.
Tapi era anak saya adalah era mengagumi Steve Job dan Bill Gate. Memang era anak saya adalah zaman Apple dan Microsoft.
Di zaman saya idola kami adalah Jack Welch. Dari General Electric. Sempat juga mengidolakan Iacocca. Tapi ketika Jack Welch naik daun pamor Iacocca memang sudah mulai menurun.
Harus diakui memang baru Iacocca yang pernah menjadi CEO di dua kerajaan mobil Amerika: Ford dan Chrysler.
Keajaiban di Ford bisa ia ulangi di Chrysler. Hanya saja di Ford ia dipecat oleh pemegang sahamnya. Di Chrysler ia berakhir tidak kalah tragisnya: dikalahkan mobil Jepang. Yang sempat ia ejek sebagai mobil ‘Teflon Kimono’.
Di Ford-lah Iacocca menjadi selebriti. Sejak meluncurkan program marketing aneh. Namanya, ’56-56′: beli mobil Ford model tahun 1956 dengan cicilan 56 dolar perbulan selama tiga tahun. Hanya perlu uang muka 20 persen.
Belum ada pabrikan yang jual mobil dengan cara itu.
Nama Iacocca kian top saat Ford meluncurkan merk Mustang. Di tahun 1962.
Belum ada mobil Amerika yang populernya melebihi Mustang. Pun sekarang ini. Masih banyak yang mengidolakan Mustang. Tiap lima tahun selalu ada muktamar penggemar Mustang besar-besaran. Di Concord. Pinggiran kota Charlotte, North Carolina.
Tanggal 17 April lalu adalah ultah ke 50 Mustang. Diperingati secara khusus: peresmian museum pemilik Mustang.
Lima tahun lalu 4 ribu Mustang kumpul di arena balap mobil di Concord.
Saya dengar di Indonesia pun ada penggemar Mustang. Tapi sampai hari ini saya belum pernah merasakan kemudinya.
Di usia tuanya Iacocca sendiri minta dibikinkan Mustang edisi terbatas. Warnanya silver. Sangat istimewa. Tapi Iacocca sudah tidak bisa menikmatinya. Mobil ‘Mustang Iacocca’ itu akhirnya dilelang.
Rebutan.
Iacocca lahir di Pensylvania. Keturunan Italia. Dari ayah seorang penjual hotdog. Ia sempat bisnis rental mobil. Antara lain menyediakan mobil Ford. Ternyata akhirnya ia bekerja di Ford. Bagian penjualan. Prestasinya luar biasa. Lama-lama jadi CEO-nya.
Kepopuleran Iacocca pun melebihi Henry Ford II, pemegang saham terbesarnya. Yang juga sering disebut HF2. Yang juga cucu pendiri perusahaan itu, Henry Ford.
HF2 tidak peduli prestasi Iacocca. Yang menekuni karir selama 32 tahun di Ford.
Iacocca diberhentikan.
Tidak ada alasan apa pun kecuali ini: ‘Saya tidak suka padanya’. Hanya itu kata-kata pemegang saham Ford.
Di Amerika memang biasa orang diberhentikan dengan cara seperti itu.
Beberapa bulan kemudian Iacocca sudah menjadi CEO Chrysler. Yang lagi terancam bangkrut.
Pemerintah Amerika sangat berkepentingan menyelamatkan Chrysler. Sebagai salah satu icon kehebatan Amerika.
Pemerintah pun siap memberi pinjaman sekitar Rp 20 triliun.
Tapi Iacocca tidak mau diberi pinjaman. Ia merasa cukup kalau diberigovernment guarantee. Dengan jaminan itu ia bisa cari pinjaman sendiri.
Top: menolak diberi uang.
Keselebritian Iacocca pun berlanjut. Apalagi ia bikin putusan aneh — untuk ukuran negara kapitalis: setahun pertama di Chrysler hanya minta digaji USD 1.
Chrysler pun selamat.
Setahun sebelumnya perusahaan itu rugi sekitar Rp 20 triliun. Empat tahun kemudian sudah bisa laba Rp 30 triliun. Hanya dalam waktu empat tahun (1980-1984) Iacocca bisa membalik telapak tangan Chrysler.
Jaminan pemerintah pun diselesaikan dalam empat tahun itu. Tujuh tahun lebih cepat dari perjanjian.
Nama Iacocca terus membumbung.
Di Chrysler-lah Iacocca memperkenalkan Minivan. Yang dianggap lucu di Amerika. Tapi nyatanya laris.
Lantas ia putuskan untuk membeli Jeep. Yang ditentang oleh para penasihatnya. Ternyata Jeep laris. Menjadi telur emasnya Chrysler saat itu. Jeep Cherokee sangat digemari.
Gaji Iacocca pun tidak lagi USD 1. Menjadi Rp 200 miliar setahun.
Lantas terjadilah apa yang harus terjadi: krisis energi. Negara-negara pengekspor minyak menaikkan harga gila-gilaan.
Si ‘Teflon Kimono’ tiba-tiba laris. Mobil Jepang dikenal sangat hemat bensin. Kebiasaan orang Amerika pun berubah: dari menyukai mobil besar ke mobil kecil.
Iacocca kehabisan akal. “Kami kena serangan makhluk alien,” katanya. “Dan orang Amerika terkena sindrom rendah diri,” keluhnya.
Era Iacocca berakhir. Lalu tenggelam pula. Dengan perubahan terbaru dunia bisnis. Semuanya beralih ke digital.
Tetap saja ada warisan abadi dari Iacocca. Untuk diri saya. Katanya: semua pemimpin yang baik akan menghargai staf yang berani mengatakan rencana sang pemimpin kali ini salah.
Mengapa?
Seorang pemimpin yang baik tidak ingin gagal. Tidak pula ingin terkena masalah.
Karena itu pemimpin yang baik tidak pernah membenci staf yang berani mengingatkannya.(Dahlan Iskan)