eQuator.co.id – JAKARTA – Pengecekan saldo berulang-ulang dan berlebihan di mesin ATM ternyata mengakibatkan biaya operasional bank membengkak. Presdir PT BCA Tbk Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, pihaknya akan menyosialisasikan kepada nasabah agar bermigrasi ke e-banking dan m-banking.
”Kita lihat secara individu ada yang cek saldo sampai 780 kali sebulan. Ada yang 100 kali lebih. Ada yang 200 kali. Kita dekati mereka supaya pakai e-banking dan m-banking,” ujarnya di Jakarta kemarin (7/4).
Berdasar analisis, setiap bulan nasabah BCA mengecek saldo rata-rata empat kali. Saat ini total ada 13 juta kartu debit BCA. Apabila jumlah pengecekan berkurang, otomatis biaya operasional ATM menurun. Menurut dia, setiap nasabah melakukan transaksi melalui ATM, BCA harus menanggung tarif Rp 2.000 hingga Rp 2.500 di luar biaya pengoperasian mesin.
”Biaya operasional satu mesin ATM bisa lebih dari Rp 144 juta per tahun. Itu termasuk biaya pemeliharaan mesin, kertas, AC, listrik, asuransi, dan lain-lain,” katanya. Apabila rata-rata transaksi pengecekan saldo hanya empat kali, pihaknya memutuskan tidak mengenakan biaya pengecekan saldo. ”Kan kita belum kenakan biaya. Jika mereka yang cek saldo melulu terus tobat, cost bisa turun. Kita enggak usah naikin fee based. Yang penting, kita sosialisasi literasi perbankan supaya mereka tahu cara gampang cek saldo,” ujarnya.
Selain itu, BCA membebankan biaya bagi nasabah yang melakukan transaksi pembelian pulsa melalui mobile banking. Biaya itu ditentukan provider yang bekerja sama dengan BCA. ”Ada kerja sama pengaturan rearrangement dengan Telkomsel. Jika ada kenaikan harga, ya kita ikuti. Tapi, kenaikan harga bukan dari kami, tapi operator,” katanya. (dee/c6/oki)