eQuator.co.id – JAKARTA – RK. Indonesia Corruption Watch (ICW) memberikan sudut pandang baru dalam mengenal para calon anggota legislatif, khususnya yang berlatar belakang incumbent di DPR. LSM antikorupsi itu kemarin memperkenalkan situs rekamjejak.net yang memuat caleg berlatar incumbent sebagai referensi para pemilih untuk menentukan pilihan.
Peneliti ICW Almas Sjafrina mengatakan, situs itu menyuguhkan pendekatan baru untuk mengenal caleg. Selama ini ada sejumlah situs yang memuat curriculum vitae (CV) dari seluruh caleg. Sementara itu, ICW fokus pada petahana dan menyuguhkan rekam jejak mereka selama menjabat. ”Kami fokus pada isu korupsi,” kata Almas di Jakarta kemarin (24/2).
Hadir juga dalam paparan itu Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, Koordinator Positive Movement Inayah Wahid, dan Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah.
Dalam rekamjejak.net, ditampilkan sejumlah data caleg petahana terkait isu korupsi. Misalnya, data Ketua DPR Bambang Soesatyo. Selain dia pernah menjabat ketua komisi III, rekamjejak.net menyediakan sejumlah tautan berita media terkait komentar maupun sejumlah proses pemeriksaan sebagai saksi di KPK. ”Kami tidak ada ajakan untuk tidak memilih caleg tertentu. Kami hanya sampaikan data, misalkan pernah diperiksa kapan dan dalam kasus apa,” ujarnya.
Dari rekam jejak itu, Almas menilai masyarakat bisa menentukan posisi mereka. Di satu sisi, caleg memasang banyak spanduk maupun poster dengan mengumbar janji. Di sisi lain, mereka punya latar belakang yang tidak mungkin bisa dimanipulasi. ”Tinggal dicek, apakah janji mereka sesuai dengan rekam jejak,” tandasnya.
Yunarto menilai, di satu sisi rekamjejak.net akan memunculkan persepsi bahwa ICW tidak adil karena hanya menyoroti caleg incumbent. Namun, di sisi lain, justru caleg petahana yang seharusnya layak untuk disorot lebih. ”Karena mereka punya modal besar saat kampanye, ditambah ada dana reses. Tingkat pengenalan mereka juga lebih tinggi,” kata Totok, sapaan akrabnya.
Meski begitu, Yunarto menyayangkan peluncuran rekamjejak.net yang dianggapnya terlambat. Sebab, hanya tersisa sekitar 53 hari lagi menuju pemungutan suara pemilu. Butuh upaya lebih agar masyarakat bisa tahu dan bisa mengukur seberapa jauh mereka mengenal caleg petahana. ”Budaya literasi Indonesia rendah, padahal pengguna medsos bertambah. Tantangannya adalah bagaimana rekam jejak ini bisa ditempatkan di berbagai kanal, yang bisa diajak kerja sama,” ujarnya.
Inayah menambahkan, salah satu pekerjaan rumah besar pada pemilu adalah isu pileg yang tidak pernah dibahas masyarakat. Padahal, DPR memegang peran krusial dalam menentukan kebijakan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. ”Ibarat kita punya barang, pengin dirapikan, tapi gak pernah tersentuh. Kita tidak pernah pay attention (menaruh perhatian, Red), kecuali mereka korup atau beritanya gede,” kata putri keempat (almarhum) KH Abdurrahman Wahid itu.
Menurut Inayah, rekamjejak.net bisa membantu para pemilih, asalkan mampu menjadi bagian dari masyarakat. Dalam arti, masyarakat juga bisa terlibat dalam rekamjejak.net, tidak hanya menjadi jendela informasi. ”Menurut saya, pileg jauh lebih krusial dari pilpres, karena mereka (DPR) menentukan RUU mana yang harus disahkan,” tandasnya.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah menambahkan, pihaknya mengapresiasi peluncuran rekamjejak.net karena menyertakan informasi yang berkaitan dengan laporan harta kekayaan caleg. Menurut dia, itu perlu diketahui pemilih. ”Inisiatif (membuat situs rekamjejak.net) ini penting karena website itu bisa dilihat masyarakat,” terang mantan peneliti ICW tersebut. (Jawa Pos/JPG)