Cegah Stunting dengan ASI

Instansi dan Perusahaan Harus Sediakan Tempat Menyusui

KETERANGAN PERS. Ketua TP-PKK Frederika Cornelis bersama ahli Laktasi, dr. Utami Roesli serta Kadiskes Andy Jap memberikan keterangan pers mengenai penyelenggaraan Kampanye ASI dalam upaya pengurangan stunting di Kalbar, Senin (22/8). ISFIANSYAH

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Pemprov Kalbar mengapresiasi Program Millennium Challenge Acccount (MCA) Indonesia di Kota Pontianak. MCA akan mereaslisasikan program cegah stunting (tubuh kerdil). Kemudian menetapkan tujuh kabupaten di Kalbar untuk melaksanakan program proyek kesehatan dan gizi berbasis masyarakat, untuk mengurangi stunting.
“Terpilih Kalbar, sesuai dengan program Pemprov, meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat,” ungkap Frederika Cornelis, S.Pd, Ketua Tim Penggerak PKK Kalbar ketika melakukan pertemuan dengan utusan MCA-Indonesia di Ruang Praja I Kantor Gubernur, Senin ( 22/8).
Frederika menjelaskan, kekurangan gizi pada usia dini akan meningkatkan angka kematian bayi dan anak. Mereka mudah terinfeksi dan sakit. Pastinya, postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Saat bersamaan, kemampuan kognitif anak pun berkurang. Secara global, berdampak pada kerugian ekonomi jangka panjang bagi perorangan dan Indonesia pada umumnya.
“Kehidupan anak sangat penting untuk mencegah dampak negatif jangka panjang. Jangan sampai tubuh anak pendek akibat kekurangan gizi,” tegas Frederika.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalbar, dr. Andy Jap mengimbau agar setiap pihak ikut andil dalam menyukseskan program ASI ekslusif. Dengan jalannya program ini, maka diharapkan bayi mendapatkan asupan gizi yang maksimal.
Imbauan ini sebagai bentuk dukungan pemerintah. Termasuk imbauan untuk semua kantor, baik swasta dan negeri untuk menyediakan pojok laktasi (tempat menyusui).
“Kami bekerjasama dengan Disnakertrans, agar perusahaan swasta bisa menyediakan pojok laktasi,” kata Andy.
Dia memastikan pojok laktasi yang disediakan, harus nyaman bagi ibu yang menyusui. “Jika tempatnya nyaman, kaum ibu betah menyusui anaknya,” tambah dia.

Penyediaan pojok laktasi, juga sebagai bentuk dukungan untuk para ibu, agar membawa anaknya ke tempat kerja. Sedangkan pola menyusui, menurut Andy, bisa membawa anaknya langsung dan menyusui di pojok laktasi atau menggunakan sistem perah dan disimpan.
Pemberian ASI eksklusif menjadi point penting untuk perkembangan anak. Manfaat yang diperoleh tidak hanya untuk anak, tapi juga ibu yang menyusui. “Makanya ini harus jadi komitmen kita bersama. Selama ini sudah jalan. Manfaat ASI itu, tidak hanya murahnya, tapi berkaitan dengan peningkatan kualitas generasi akan datang,” tegas Andy.
Cakupan ASI ekslusif di Kalbar mencapai 68 persen. Angka itu lebih tinggi dari target nasional. Untuk beberapa wilayah, Pontianak masih menempati urutan tertinggi dalam cakupan ASI eksklusif. Begitu juga Kabupaten Landak yang masuk empat besar cakupan ASI eksklusif.

Direktur MCA-Indonesia, Bonaria Siahanan mengungkapkan, lembaga yang dibentuk pemerintah RI dan pemerintah Amirika Serikat ini, mengelola bantuan pembangunan dari Amerika Serikat melalui Millenium Challenge Corporation (MCC). Salah satu program yang didukung, proyek kesehatan dan gizi berbasis masyarakat untuk mengurangi stanting (PKGBM). Proyek ini diselenggarakan di sembilan kabupaten di Kalbar.
“Pengurangan stunting, salah satu agenda pembangunan utama Pemerintah RI yang merujuk Perpres No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Gizi serta RPJMN Tahun 2015-2019. Cegah stunting salah satu target pembangunan Kesehatan Nasional,” kata Bonaria Siahanan.
Salah satu kegiatan PKGBM, Kampanye Gizi Nasional (KGN) yang diluncurkan secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Deasember 2015. Kemudian Agustus merupakan bulan ASI (Air Susu Ibu) sedunia. Indonesia memperingatinya dengan mengusung tema “Ibu Menyusui Sampai Dua Tahun Lebih Hemat, Anak Sehat dan Cerdas Dalam Rangka Mewujudkan Keluarga Sejahtera”. (fie)