eQuator.co.id – Pontianak-RK. Riendi Harya Azmanjaya mengaku kecewa dengan pelayanan Perum Damri Pontianak, lantaran barang berharga milik warga Gang Gunung Peramas, Jalan Tabrani Ahmad, Pontianak Barat hilang dalam royal bus yang ditumpanginya.
Pemuda 27 tahun ini bercerita, Rabu (15/3) sekira pukul 19.15, ia berangkat dari Sintang menuju Pontianak. Ia memilih duduk di kursi tunggal (single site). Di belakang kursinya juga terdapat penumpang lain.
Saat itu, fotografer freelance ini membawa perlengkapan fotografinya. Karena tak banyak dan bisa dijadikan satu tas ransel, ia simpan tas tersebut di bawah kursinya. Tadinya dia pikir aman, namun tenyata kamera DSLR Canon seri 70D dan lensa 18-135 mm miliknya raib begitu saja.
“Saya sampai di Pontianak, Kamis subuh. Setibanya di rumah, saya langsung istirahat tanpa kemas barang,” ceritanya kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
Pun kata Riendi, tak ada kejanggalan saat ia menginjakkan kakinya ke Damri Stasiun di Jalan Pahlawan, Pontianak Selatan. Tasnya juga dalam keadaan baik saja.
Bangun tidur, sekira pukul 15.00, Kamis itu, ia langsung bongkar tasnya. “Jam empat sore saya mau memotret. Saya langsung bongkar tas. Buka dulu waterproof (pelindung tas). Eh retsleting tas sudah terbuka. Dan kamera sudah tak ada,” kesalnya.
Sadar kameranya hilang, Riendi pusing bukan kepalang. Ia bertanya-tanya kepada ibu dan adiknya di rumah. Pun, mereka tak mengetahui. Bahkan menyatakan tiada satu pun yang masuk ke kamar Riendi saat ia tertelap tidur. “Saya juga ingat-ingat benar, bahwa memang ada bawa kamera. Lah wong itu kerjaan saya, kemana-mana pasti bawa kamera,” kisahnya.
Ia menduga, kehilangan disaat dan setelah bus yang ditumpanginya berhenti istirahat di kawasan Jalan Raya Sosok. Kala itu Riendi turun untuk memesan minum. Sementara ada beberapa penumpang di belakangnya berdiam diri. Setelah minum, dalam perjalanan menuju Pontianak ia manfaatkan untuk tidur. “Ini yang ambil, caranya rapi,” ungkapnya.
Atas kerugian ini, Riendi melapor ke Kantor Damri di Jalan Pahlawan tersebut. Oleh petugas di sana mengatakan, untuk pengaduan bisa disampaikan di Kantor Perum Damri di Jalan Sultan Hamid II, Pontianak Timur (sebelum Jembatan Landak). “Di Kantor Perum Damri saya ketemu dua petugas bagian pengaduan,” terangnya.
Kepada petugas itu, Riendi mengadu atas apa yang dialaminya dan meminta bukti CCTV. “Awalnya mereka bilang ada, dan akan dicek. Kemudian mereka bilang maaf tidak ada CCTV. Kebetulan bus yang saya naik ini habis dari bengkel,” ujar Riendi menirukan petugas Damri.
Ia menegaskan, bukan masalah ganti rugi yang menjadi dasar. Namun, perlu ketegasan pihak Damri, agar kejadian ini tak terulang kembali. Paling tidak dengan adanya CCTV, bisa ketahuan kejadian sebenarnya. “Kembali ya Alhamdulillah. Kalau pun tidak, ya saya minta pelayanan lebih diperbaiki lagi untuk memberikan rasa aman biar tak terulang. Karena saya rutin pulang, karena istri di Sintang,” tegasnya.
Karena, lanjut dia, dulunya dari Pontianak-Sintang (PP) selalu menumpang bus swasta. Ia berpindah ke Bus Damri, karena melihat adanya perubahan pelayanan ke arah yang lebih baik. “Belakangan ini naik Bus Royal Damri, karena fasilitas lengkap. Tempat duduk luas, ada Wifi dan CCTV. Tahunya begini. Saya kecewa. Laporan pun semacam tidak direspon,” kesalnya.
Dikonfirmasi, Kepala Pemasaran dan Pengembangan Usaha Perum Damri, Ahmad Buchari mengaku, bus Damri di Kalbar sudah beroperasi sejak tahun 80-an. Pihaknya pun masih terus berbenah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, khususnya yang menggunakan jasa angkutan mereka. Dia pun menanggapi kasus kehilangan barang yang dialami penumpang, Riendi Harya Azmanjaya.
“Kita punya tim di bagian pelayanan dan pengaduan. Kita akan follow up. Tapi kita juga kan gak sembarangan menanggapi laporan seperti kehilangan barang, ataupun ketidakpuasan terhadap pelayanan,” katanya.
“Itu pasti akan dicek, dilihat lagi kronologisnya seperti apa, terus meminta keterangan dari pihak-pihak terkait. Kalau itu memang kesalahan kita, maka kita akan bertanggungjawab, meskipun nilai ganti ruginya mungkin tidak sesuai ekspetasi pelanggan,” sambung Ahmad.
Diakuinya, kehilangan barang memang agak sulit ditangani. Biasanya penumpang baru tahu kehilangan barangnya, setelah tidak lagi berada di bus. “Kita juga tidak pernah memeriksa barang yang dibawa setiap penumpang,” ujarnya. (oxa/gde)