eQuator.co.id – Belum lama dirilis, telah jadi viral pembicaraan di berbagai media sosial. Aplikasi game android dan IOS teranyar Pokemon Go tidak hanya diminati anak-anak. Dewasa pun menyatakan ketertarikannya.
Game yang diproduksi Nintendo dan The Pokemon Company, Niantic, ini memang belum lama masuk pasar Amerika Serikat, Australia, dan Jepang. Sekitar beberapa pekan lalu. Tetapi, keseruannya sudah sampai ke Indonesia.
Pengguna smartphone berbasis Android dapat mengunduh via website. Sedangkan pengguna iOS harus mengganti region App Store-nya ke Amerika Serikat, atau Australia, maupun Jepang.
Pokemon Go tak sekadar memainkan game di telpon pintar semata. Aplikasi ini juga mengajak pemain berpetualang atau mengunjungi tempat-tempat untuk menemukan Pokemon (Pocket Monster) sesuai petunjuk Global Positioning System (GPS) di smartphone masing-masing.
Setelah dua hari mencoba, awak Rakyat Kalbar akhirnya berhasil mengunduh game tersebut kemarin (13/7). Berhubung perangkat yang digunakan adalah iPhone 6 Plus, maka prosedur membuat Apple ID baru pun dilakukan. Ketika membuka aplikasinya, ada petunjuk dari Profesor Oak yang kemudian diikuti peta jalan di Kota Pontianak meski tak sedetail aplikasi Waze.
Pokemon pertama yang berhasil ditangkap adalah Squirtle pemberian dari Profesor Oak. Itu tipe Pokemon air. Kemudian, setelah mencoba hunting, Pidgeotto yang mirip burung juga berhasil diamankan ke dalam Poke Balls (sejenis bola untuk menangkap Pokemon).
Berbeda dengan pasangan suami-istri Andi (30 tahun) dan Yani (31 tahun) di Kalimantan Timur. Mereka memainkannya sudah cukup lama hingga cenderung addicted. Sebab, keduanya mengaku sudah lama menantikan momen untuk berburu Pokemon. Meski tidak nyata, tetapi keseruan itu sangat terasa seperti animasi aslinya yang ada sejak 20 tahun silam.
Pasangan yang menikah tujuh tahun lalu inipun telah mengajarkan anak mereka memainkannya. Setiap hari mereka rutin bermain. Terhitung sejak tiga pekan terakhir. Kecanduan. Itu sangat dipahami Andi, sang suami, di awal memulai permainan itu. Namun, baru-baru saja dia mulai resah.
“Awalnya saya pikir wajar. Dan mungkin karena baru pertama kali main jadi sering lupa waktu. Tapi, kalau keterusan bahaya juga,” ujarnya kepada Kaltim Post, Rabu (13/7).
Ya, pria yang bekerja di salah satu perusahaan alat berat itu mengaku harus waspada. Terlebih bila buah hatinya sudah mulai bermain di luar rumah. Anaknya yang berusia tujuh tahun itu pernah hampir ditabrak sepeda motor, jatuh dari tangga, serta nekat memanjat pohon.
“Saat diberitahu, saya sempat marah ke istri karena kurang memerhatikannya,” ucapnya.
Yani, yang duduk di sampingnya pun tertawa. “Karena dia (Andi) juga pernah hampir ditabrak dan jatuh, jadi kita saling introspeksi,” celetuk Yani.
Perempuan berhijab ini mengaku pula pernah lupa waktu memasak di dapur hingga makanan yang dimasaknya jadi gosong. Tetapi, dia tidak ingin berhenti bermain. Bagi dia, Pokemon Go ibarat mewujudkan khayalan masa kecil. Dia juga menceritakan terinspirasi akan perjalanan Ash Ketchum yang mengumpulkan Pokemon.
Ash Ketchum adalah protagonis utama dari serial anime Pokemon yang selalu bermimpi menjadi seorang Pokemon Master. Begitu ia berusia sepuluh tahun, ia bergegas ke Laboratorium Profesor Oak untuk mendapatkan Pokemon pertamanya. Dia adalah karakter manusia pertama yang diperkenalkan dalam seri.
“Saya ingin punya Pikachu (salah satu karakter Pokemon) seperti Ash,” ucap ibu satu anak ini.
Andi dan Yani mengatakan, Pokemon Go memang tengah digemari masyarakat di dunia. Tapi, dia berharap para pemain agar mawas diri. Kini mereka berdua pun mulai mengurangi waktu bermain, dan lebih memerhatikan anak mereka. Walau tak ditampik keduanya kerap beradu memperebutkan Pokemon yang ditemukan.
“Lucunya kita sering battle satu sama lain, beradu Pokemon siapa yang paling kuat,” kata Andi.
Virus Pokemon Go dari Australia, Jepang, dan Amerika Serikat, ini juga “menular” ke Makassar. Tak sekadar menjadi viral, banyak yang sudah memainkan aplikasi game ini.
Kemarin, sekumpulan remaja menikmati kesejukan pepohonan di kawasan kampus Universitas Hasanuddin. Mereka terlihat sibuk memainkan gawai di tangan. Sesekali gawai atau smartphone-nya diarahkan pada titik fokus di salah satu tempat. Suara teriakan “yes, dapat” terucap ketika ada yang mendapatkan pokemon baru.
Pencarian Pokemon di tempat baru inilah yang membuat komunitas Pokemon Go Celebes terbentuk di Makassar. Pokemon Go Celebes terbentuk Februari lalu dan beranggotakan pencinta Pokemon dari era game Nintendo, kartu dan komik.
Seiring rilisnya game yang menjadi tokoh kartun generasi 90-an ini, membuat komunitasnya semakin ramai dengan anggota baru yang mempunyai kesamaan hobi dan misi untuk bertukar, berpetualang, mengumpulkan dan menambah level mereka saat bermain game.
Tempat untuk menemukan Pokemon juga beragam sesuai jenis dan kehidupannya. Misalnya di air, taman, keramaian, bahkan tak jarang di kuburan.
“Paling seru kalau kita mengaktifkan augmented reality jadi kita seperti main di dunia nyata, menangkap Pokemon,” tutur salah seorang anggota Pokemon Go Celebes, Muhammad Arya Surya Prayoga, Rabu (13/7).
Berbeda dengan keseruan yang dirasakan Arya, anggota lainnya Melson, justru pernah mengalami hal kurang menyenangkan. Tatapan mata tajam dengan raut muka terheran-heran acap kali ia terima saat asyik bermain.
“Pernah ketika saya berada di salah satu mal, saya disinisi pengunjung. Mereka kira saya mau foto, padahal saya hanya mau mengambil Pokemon yang berada di belakangnya,” ucapnya diselingi tawa.
Tak jarang para anggota juga berkumpul di Pantai Losari untuk mendapatkan Pokemon jenis air Horsea. Sekaligus saling bertukar pokemon untuk dipertandingkan di Gym Beatle.
Pada Gym Beatle, setiap Pokemon yang telah melalui seluruh tahapan revolusi akan diadu. Revolusi tersebut tergantung target jumlah candy masing-masing koleksi Pokemon.
Hanya saja, selain makanan bisa gosong dan terkadang membahayakan jiwa pemainnya yang bermain terlalu fokus, peristiwa paling miris justru terjadi di Singapura. Gara-gara ingin bermain Pokemon Go, Sonny Truyen harus kehilangan pekerjaannya. Singapura tak termasuk dalam salah satu negara tempat Niantic merilis Pokemon Go. Kesal, Truyen pun mengumpat di akun Facebook-nya.
Pria yang bekerja di website jual beli properti www.99.co tersebut menyebut Singapura sebagai negara yang paling tidak diinginkan untuk ditinggali karena tidak ada game Pokemon Go. Dia juga menuliskan bahwa Singapura penuh dengan orang-orang bodoh. Penduduk Singapura pun marah. Mereka melapor ke bos Truyen. Dia pun dipecat.
“Kami bertanggung jawab atas tingkah laku di depan publik para pegawai kami maupun konsultan yang bekerja sama dengan kami. Ini sebagai bentuk refleksi dari perusahaan. Kami benar-benar minta maaf,” begitulah pernyataan resmi perusahaan tersebut.
Truyen bukan satu-satunya yang menjadi ‘korban’ Pokemon Go. Empat remaja di Missouri, Amerika Serikat (AS), menggunakan aplikasi itu untuk merampok. Mereka memancing korban melalui fitur geolokasi di game itu agar datang ke lokasi yang sepi dan dirampok. Untungnya, para perampok tersebut berhasil ditangkap.
Bukan hanya itu, beberapa orang dilaporkan luka-luka karena game tersebut. Dalam permainan Pokemon Go, para pemain memburu Pokemon di berbagai tempat melalui telepon pintarnya. Beberapa pemain begitu fokus dengan game itu sehingga tidak memperhatikan sekitarnya.
“Kami menganjurkan pada semua orang yang bermain Pokemon Go agar memperhatikan sekelilingnya dan bermain dengan teman-temannya ketika pergi ke tempat baru (untuk menangkap Pokemon, Red),” tulis pihak Pokemon Company International dalam pernyataan tertulis mereka. (Rakyat Kalbar/Kaltim Post/Fajar/Jawa Pos/JPG)