Butuh Dukungan Pemerintah untuk Lestarikan Tradisi

Mengunjungi Pekan Gawai Rakyat Rasau Jaya Umum (bagian 2)

BERTANDING. Para pendayung dragon boat ini tengah mengejar garis finish dalam perlombaan yang digelar pada Pekan Gawai Rakyat, Desa Rasau Jaya Umum, Kubu Raya, yang ke 15, Minggu (29/4). Ocsya Ade CP/RK
BERTANDING. Para pendayung dragon boat ini tengah mengejar garis finish dalam perlombaan yang digelar pada Pekan Gawai Rakyat, Desa Rasau Jaya Umum, Kubu Raya, yang ke 15, Minggu (29/4). Ocsya Ade CP/RK

Kearifan lokal yang disuguhkan di Pekan Gawai Rakyat, Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, seharusnya menjadi aset dan pemasukan daerah jika benar-benar dikemas. Menjadi potensi wisata. Namun, hal itu tentu butuh dukungan pemerintah setempat.

Ocsya Ade CP, Rasau Jaya

eQuator.co.id – Ritual tolak bala Melayu yang dikemas dalam pekan gawai rakyat tersebut masih terus berlangsung hingga beberapa hari kedepan. Sebagai Kepala Desa, Rajali Ahmad, tentu memiliki impian besar desa yang dipimpinnya bisa maju dan dikenal warga luar bahkan manca Negara.

Ia memiliki cita-cita desanya bisa mewakili Kubu Raya lebih dikenal seperti warga luar negeri yang lebih kenal Bali. Ketimbang Indonesia.

“Karena apa? Karena ada dan budayanya. Maka saya berharap warga Rasau Jaya Umum khususnya untuk bisa meletasikan dan mempertahankan adat budaya tolak bala atau gawai rakyat ini. Tidak mengurangi rasa hormat kepada kegiatan budaya lain yang bisa mengangkat nama Kalbar umumnya,” ujar dia, usai pembukaan Pekan Gawai Rakyat Desa Rasau Jaya Umum ke 15, Minggu (29/4).

Maka, dia menaruh harapan tinggi kepada pemangku kepentingan dan kebijakan hendaknya bisa memperhatikan tradisi budaya ini. “Karena gawai ini selain menjadi aset desa, juga menjadi aset kabupaten. Ini adat budaya juga tidak boleh dilupakan. Kita bersyukur selama ini ada perhatian. Tapi masih belum maksimal. Kita berharap tahun depan bisa lebih maksimal,” ucapnya.

Rajali, yang tahun ini masa jabatannya akan habis, menitipkan gawai tersebut agar dikemas lebih baik lagi kepada pemimpin desa berikutnya. Jangan sampai ke depannya justru melemah.

“Acara seperti ini walaupun musiman, paling tidak bisa bermanfaat untuk para pedagang, ajang bersilaturahmi dan berkontribusi untuk daerah. Bahkan, pada gawai ke 15 ini, karena sudah mulai dikenal orang lain, peserta lomba ada yang dari Kabupaten bengkayang, Sambas dan lainnya. Ini nantinya harus lebih bergaung,” harap dia.

Gawai yang menghadirkan perlombaan tradisional dan hiburan rakyat seperti lomba sampan bidar, dragon boat, maupun pangka gasing ini sedianya dibuka oleh Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kubu Raya, Cicilia Tri Agustina. Mewakili Bupati Kubu Raya, Rusman Ali.

Cicilia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya berharap dimana pun masyarakat berada, terus tingkatkan rasa cinta kepada seni dan budaya sendiri dalam rangka melestarikan dan mempertahankan budaya asli daerah. “Cintailah produk lokal atau produk daerah sebagai warisan daerah yang wajib dilestarikan. Setidak-tidaknya dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya.

Ia mengajak masyarakat untuk memahami dan melakukan nilai-nilai yang terkandung dalam tolak bala pada Pekan Gawai Rakyat dengan sarana interaksi, persatuan, dan nilai-nilai religius.

Ia sadar, banyak prestasi yang ditoreh Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kubu Raya di tingkat nasional maupun internasional. Baik di bidang pemuda, olahraga dan pariwisata. Namun, di balik kebahagiaan itu, ada keprihatinan yang besar.

Sebagai contoh, banyak atlet-atlet yang keluar dari Kubu Raya oleh karena kemampuan dari dinas terkait yang belum bisa untuk mendukung sepenuhnya. Ia mengaku tak bisa berbuat banyak akan hal itu.

“Maka, ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) berat bagi Pemerintah Kabupeten Kubu Raya nantinya untuk meningkatkan anggaran di bidang pemuda, olahraga dan pariwisata,” harapnya.

“Tapi itu lah, soal anggaran, kamek nih sedeh. Kami dianggap gudang duit. Banyak yang datang bawa ratusan proposal, tapi satu pun tak ada yang saya kasih. Karene memang tak ade,” tutup Cicilia. (*/selesai)