Bullying di Pusaran Trend Pergaulan Remaja Labil

Oleh : Dedah Kuslinah, S.T

Ilustrasi.NET

eQuator.co.id – Ngilu, membaca pemberitaan kasus-kasus bullying. Tak terlintas sekelompok remaja menjadi pelaku penganiayaan temannya sendiri. Dan dari beberapa kasus, pelakunya adalah perempuan yang seyogyanya menyandang sanjungan mahluk yang terlemah.

Nak, sepatutnyalah yang terjadi diantara kalian adalah jalinan persabatan nan manis, saling menyanyangi sebagai mahluk Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang. Saling menasehati, berlomba-lomba dalam kebaikan dan saling menjaga dalam rel kebenaran. Namun nyatanya, gadis-gadis menjadi sadis, berjibaku dalam arena bak pertarungan para gladiator.

Bullying di pusaran trend pergaulan remaja labil. Menurut Kholda Najiyah, jangan-jangan mereka belajar dari orang dewasa yang biasa membully. Jangan-jangan mereka belajar dari akun-akun orang dewasa yang penuh kekerasan, kekasaran dalam menyelesesaikan persoalan. Untuk itu dibutuhkan kedewasaan semua pihak dalam bersikap. Kejernihan dalam berpikir. Kedewasaan itu muncul dari pemahaman. Pemahaman paling fundamental adalah aqidah. Penanaman aqidah yang menancap kuat akan mencegah perilaku diluar ketentuan syariah”.

Para remaja labil harus diajarkan rasa tanggung jawab dan konsekwensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya. Penanaman agama, rasa takut kepada Allah dan keterikatan terhadap hukum syara adalah mutlak. Sehingga akan terbentuk ahlak mulia dan rasa takut kepada Allah SWT.

Remaja adalah agen perubahan. Maka dalam setiap episode sejarah para kaum muda selalu menonjol. Sehingga sangat tidak elok, ketika aktivitas remaja lebih banyak pada hal-hal yang melanggar syariat. Membiarkan diri terlena oleh nikmat dunia yang sesungguhnya tak seberapa dibanding dengan yang telah Allah janjikan di akhirat sana. Jadikan dunia sebagai jembatan menuju kesana. Melewatinya dengan perjuangan adalah paling mulia.

Remaja merupakan generasi penerus bagi generasi sebelumnya. Pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang. Karena itu islam memberikan perhatian besar pada mereka, bahkan semenjak dini. Tak ayal, dimasa lalu banyak pemuda hebat, karena generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat.

Dimasa yang lalu, keluarga kaum muslimin menjadi madrasah pertama bagi putra-putrinya. Sejak sebelum lahir dan saat balita, orangtuanya telah membiasakan putra-putrinya yang masih kecil untuk menghapal al qur’an dengan cara memperdengarkan bacaannya. Rutinitas ini menjadikan mereka bisa hafal al qur’an sebelum usia 6 atau 7 tahun. Kemudian merekapun mulai menghafal kitab-kitab hadits. Saat usia 10 tahun mereka telah menguasai al-qur’an, hadits juga kitab-kitab bahasa arab.

Oleh karena itu, selain kehidupan masyarakat yang bersih, berbagai tayangan, tontonan, atau acara yang bisa menyibukan masyarakat dalam kebathilan harus di hentikan. Mungkin pada awalnya mubah, tetapi lama kelamaan kemubahan tersebut melalaikan bahkan menyibukan dalam kebathilan. Untuk itu dibutuhkan peran negara dengan system yang luar biasa. Wallah a’lam bi ash shawab.

*Warga Jalan Tabrani Achmad, Komplek Duta Mas, Pontianak