BUKU VERSUS MUG

Oleh: Joko Intarto

PENGGEMAR LITERASI. Joko Intarto (kiri) bersama Muhammad Nuh (kanan). JTO PHOTO

eQuator.co.id – Coba kasih Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh MSc sebuah mug seharga Rp 10.000.  Pasti Presiden Komisaris Bank Mega Syariah itu akan menolaknya. Coba beri sebuah buku yang harganya sama. Insya Allah Ketua Badan Wakaf Indonesia itu akan senang menerimanya.

Apalagi kalau buku itu karya kita sendiri. Bukan hanya rasa senang yang diperlihatkannya. Mantan Menteri Pendidikan Nasional era SBY itu bahkan mengajak berfoto bersama. Pak Nuh selalu bangga bertemu penulis buku. Dan alumnu ITS itu merasa sangat terhormat menerima hadiah buku.

Sengaja saya menyimpan sekitar 500 eksemplar buku “Umrah Rasa F1”. Karya saya dan adik saya: Dani Agus. Hanya untuk hadiah, kepada orang-orang istimewa: kawan-kawan yang datang ke kantor saya. Atau narasumber dan klien produksi video maupun webinar serta live streaming.

Padahal, buku itu biaya produksinya hanya Rp 10.000. Tapi penerima buku akan merasa mendapat hadiah yang tak terhitung harganya.

Buku sebenarnya tidak hanya bermanfaat sebagai hadiah. Dari buku itu pula, kita bisa membangun kredibilitas. Apa pun bisnis atau profesi Anda, tidak lengkap kalau belum terbit dalam bentuk buku.

Dibanding mug berlogo perusahaan, atau gambar wajah caleg, hadiah buku lebih keren. Karena buku memberi ruang yang luas untuk menceritakan siapa kita, apa yang bisa kita lakukan dan apa yang akan kita raih selanjutnya.

Sayangnya, masih sangat sedikit yang tertarik menerbitkan buku. Padahal, membuat buku tidak sulit. Cukup siapkan waktu wawancara dengan penulis dan siapkan sesi pemotretan. Tunggu beberapa minggu, naskah buku akan selesai.

Biaya mencetak buku juga tidak lebih mahal daripada mug. Tapi sebagai media komunikasi, buku jauh lebih dahsyat dibanding mug. Mau membuktikan? Saya akan membantu Anda menulis buku. (jto)

*admin disway.id