eQuator.co.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sekadau mengeluarkan peringatan banjir dan puting beliung. Potensi terjadinya kedua bencana alam tersebut sangat terbuka menyusul memburuknya kondisi cuaca.
“Berdasarkan perkiraan dari BMKG, Sekadau berpotensi terjadi banjir dan puting beliung. Karena itu, kita minta kepada masyarakat agar waspada,” ucap Akhmad Suryadi, Kepala Pelaksana BPBD Sekadau kepada Rakyat Kalbar, Kamis (2/2) sore.
Potensi banjir itu, kata dia, terjadi karena prediksi curah hujan di Sekadau di atas normal. Kejadian tersebut akan berlangsung hingga akhir Februari ini. “Hujan lebat akan disertai banjir dan puting beliung. Ini harus diantisipasi oleh masyarakat,” ucapnya.
BPBD Sekadau memastikan pihaknya dalam kondisi siaga 1 menyusul kondisi cuaca yang terus memburuk ini. Tak kurang 22 personil dipersiapkan selama 24 jam untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu keadaan memburuk.
“Kita juga sudah koordinasi dengan jajaran Tagana baik yang berada di kabupaten maupun daerah. Kita juga berharap masyarakat tidak lengah,” ulas Akhmad.
Ia menambahkan, tahun ini sudah terjadi sedikitnya dua kali banjir. “Pertama banjir bandang di Ensali dan di Seburuk. Sementara kedua terjadi di Desa Seberang Kapuas,” ungkapnya.
Menurut dia, akibat banjir itu, sedikitnya 10 hektar lahan kebun karet, sawit, dan tanam tumbuh warga terendam. “Tapi tidak lama. Hanya satu hari setengah saja,” terang Akhmad.
Sejak beberapa hari terakhir, intensitas hujan memang cukup lebat di Sekadau. Kondisi ini pun menyebabkan sejumlah daerah mulai direndam banjir akibat curah hujan tinggi, seperti di daerah Senuruk dan Ensali, serta beberapa kawasan Desa Seberang Kapuas.
Tak hanya BPBD, jajaran kepolisian di Sekadau juga ikut siaga menghadapi potensi banjir ini. “Memang ada sejumlah daerah yang terendam, seperti di Desa Seberang Kapuas, kemarin. Kita dari kepolisian juga siap jika dimintai bantuan,” ucap AKP Muhadi, Kapolsek Sekadau Hilir, kemarin.
Kepala Seksi Logistik dan Kedaruratan BPBD Sekadau, Edy Prasetyo mengatakan, saat ini potensi terjadinya bujan lebat dan angin kencang sangat besar. “Sesuai dengan release dari BMKG, potensi terjadinya hujan cukup terbuka,” ucap Edy.
Tidak hanya hujan, potensi terjadinya angin kencang dan petir juga terbuka. “Karena itu, kita berharap agar warga waspada,” imbuhnya.
FEBRUARI
PUNCAK HUJAN
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat telah terjadi 262 bencana sepanjang Januari 2017. Padahal, puncak musim hujan diperkirakan masih berlangsung hingga sebulan ke depan. Masyarakat diimbau terus meningkatkan kewaspadaan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, musim hujan tahun ini cenderung lebih basah. Tingkat kebasahannya memang masih dibawah tingkat kebasahan musim hujan 2016, namun jauh lebih tinggi dibanding 2015 yang terpengaruh Elnino.
Dengan tingkat kebasahan tersebut, tantangan bencana pun meningkat terutama pada puncak musim hujan yang terjadi dalam rentang Januari-Februari. Dari data BNPB, hingga Januari 2017, sudah 262 bencana yang terjadi di Indonesia. Dampaknya, 19 jiwa meninggal dunia, 93 jiwa luka, 16.185 jiwa mengungsi dan 2.056 jiwa menderita akibat kerusakan dari dampak bencana.
Sutopo mengungkapkan, jumlah kejadian bencana tersebut didominasi oleh kejadian puting beliung sebanyak 98 kejadian. ”Satu yang perlu diwaspadai, puting beliung ini tidak mengenal tempat. Bisa terjadi di kota, desa, pesisir dan gunung. Dan sampai saat ini belum ada sistem peringatan dininya,” ungkapnya kepada Jawa Pos di Jakarta, Rabu (1/2).
Selain itu, ancaman bencana banjir juga harus jadi perhatian. Menurutnya, dampak perubahan iklim saat ini begitu nyata dalam mengubah pola musim. Hingga akhirnya menyebabkan curah hujan ekstrim yang diikuti angin kencang. Kondisi ini diperburuk dengan keadaan sungai dan drainase yang ada sehingga menimbulkan banjir.
”Saat ini banjir terpantau di beberapa titik seperti Bima, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan,” ujarnya.
Banjir pun diperkirakan masih mengancam sepanjang puncak musim hujan. Untuk menghadapi potensi ancaman banjir yang tinggi di awal 2017, BNPB bersama Massachusetts Information Technology (MIT) Urban Risk Lab baru saja meluncurkan platform PetaBencana.id. Platform ini memuat peta kebencanaan yang gratis dan open source.
”Pengguna dapat mengakses informasi banjir terkini di wilayah Jabodetabek, Surabaya dan Bandung. Di samping itu, pengguna juga dapat secara aktif melaporkan keadaan banjir di wilayahnya secara realtime,” jelasnya.
Di sisi lain, ancaman penyakit demam berdarah harus turut diwaspadai. Meningkatnya musim penghujan menyebabkan banyak genangan yang terjadi. Genangan tersebut beresiko besar menjadi sarang nyamuk aedes aegypti.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) M Subuh mengungkapkan, dari pantauan yang dilakukan, ada peningkatan kasus DBD sepanjang Januari. Namun, hingga saat ini belum ada laporan tentang kenaikan kasus menjadi KLB (kejadian luar biasa).
”Kita sudah ada prediksi beberapa daerah yang mungkin KLB. Tetapi belum ada kecenderungan dua kali lipat kasus dari trend bulan sama di tahun lalu,” ungkapnya singkat.
Kendati demikian, seluruh provinsi di Indonesia wajib waspada sejak dini. Apalagi mengingat Indonesia merupakan endemis. ”Masyarakat harus melakukan PSN, pemberantasan sarang nyamuk. Bukan fogging atau yang lain karena ini paling efektif. Jangan tunggu ada kasus,” ungkapnya.
Laporan: Abdu Syukri
Editor: Mohamad iQbaL