Berbagai inovasi telah dilakukan Wali Kota Pontianak. Hasilnya, Sutarmidji memborong tiga award (penghargaan) sekaligus dalam sehari.
***
eQuator.co.id – Inovasi merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam membangun sebuah daerah. Selain inovasi, faktor lain yang lebih penting adalah komitmen dan kebijakan Kepala Daerahnya dalam menciptakan daerah berdaya saing nasional. Tujuan jangka panjangnya, menarik investasi ke dalam daerahnya sehingga perekonomian dapat terbangun dan kesejahteraan masyarakat pun meningkat.
Adalah Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, yang dalam kepimpinannya terus melakukan berbagai inovasi melalui instrumen kebijakannya untuk membangun tata kelola ekonomi yang lebih baik di Kota Pontianak. Karenanya, tidak heran berbagai penghargaan terus diterima Sutarmidji atas keberhasilannya memimpin dan mengelola Kota Pontianak.
Sebut saja, pada Senin (18/12), tidak tanggung-tanggung Pemerintah Kota Pontianak memborong tiga penghargaan sekaligus. Pertama, Innovative Government Award (IGA) 2017 kategori kota dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia. Ini merupakan kali ketiga Pontianak mendapat predikat tersebut.
Kedua, Sutarmidji diganjar Leadership Award 2017. Ia masuk dalam tujuh Wali Kota terbaik versi Mendagri. Penghargaan personal ini menyandingkan Wali Kota Pontianak dua periode itu dengan Wali Kota Surabaya, Tri Risma Harini, dan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Pemkot Pontianak dinilai berhasil melakukan inovasi tata kelola pemerintahan daerah, inovasi pelayanan publik, dan bentuk inovasi lain. Tentunya, sesuai dengan urusan yang jadi kewenangan daerah.
“IGA kita sudah dua kali dapat, ini yang ketiga dan menunjukkan bahwa Pontianak sebagai kota yang betul-betul inovatif,” tutur Sutarmidji, seusai menerima penghargaan yang dianugerahkan langsung dari Mendagri Tjahjo Kumolo, di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Senin (18/12) malam.
Setidaknya, ada tiga hal utama dalam penilaian IGA. Yakni aspek kuantitas, aspek kualitas, dan aspek manfaat. Tiga aspek itu dinilai berdasarkan lima kriteria inovasi daerah. Pertama, mengandung pembaruan seluruh atau sebagian unsur inovasi. Kedua, memberi manfaat bagi daerah atau masyarakat. Ketiga, tidak menyebabkan pembebanan atau pembatasan masyarakat. Keempat, merupakan urusan kewenangan daerah. Dan kelima, dapat direplikasi.
Penghargaan ketiga untuk Pemkot Pontianak datang dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI, karena dinilai memiliki praktik terbaik dan unik dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif. Selain mendapatkan penghargaan dari LAN RI, Sutarmidji menjadi pembicara dalam acara Local Government Capacity for Business Index (LGCB Index) bertajuk “Doing Business in Indonesia: From Achievement to Sharing Best Practice” di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (18/12).
Dalam pemaparannya, Sutarmidji membeberkan sejumlah terobosan yang dibuat pemerintah. Dia menceritakan kebijakan yang diambil dalam dunia usaha. Pontianak sebagai kota dagang dan jasa, memang mengupayakan pergerakan ekonomi dan iklim investasi guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Ditanya soal penghargaan yang diborongnya tiga sekaligus dalam sehari tersebut, Sutarmidji menerangkan, apa yang diraih bukan perkara gampang. Semua merupakan hasil kerja para Aparatur Sipil Negara Pontianak, yang walau insentif tidak begitu besar, tapi mereka bisa menghasilkan kerja yang luar biasa.
“Penghargaan ini saya persembahkan untuk mereka semua. Karena mereka yang bekerja dan menghasilkan penghargaan ini. Mudah-mudahan ini jadi cambuk untuk lebih maju ke depan,” pungkasnya. (*)