eQuator.co.id – Pontianak-RK. Pada 2020 atau empat tahun ke depan Indonesia akan dikaruniai anugerah bernama bonus demografi. Saat itu, akan terjadi ledakan angkatan muda atau usia pekerja produktif (15-64 tahun) mencapai 70 persen dari total jumlah penduduk.
Banyak pengamat ekonomi memprediksi, jika dapat dikelola dengan sebaik-baiknya, maka bonus demografi menjadi momentum kebangkitan Indonesia dalam segala bidang. Bonus demografi dapat menjadikan Indonesia negara besar dan kuat dari sekarang.
Sebaliknya, jika bonus demografi tidak berhasil tergarap maksimal, maka Indonesia mengalami bencana besar ke depannya. Ledakan pengangguran akibat menyempitnya lapangan kerja bakal terjadi. Perlambatan ekonomi, krisis APBN/APBD, meningkatnya angka kriminalitas, kemunduran mental dan lain sebagainya.
Banyak contoh negara-negara di dunia yang maju pesat, sebut saja Cina dan Korea Selatan, saat ini dianggap berhasil memanfaatkan bonus demografi. Namun ada pula negara-negara seperti Afrika Selatan dan Brazil dianggap tidak terlalu berhasil memanfaatkan bonus demografi.
Diskursus mengenai bonus demografi, menjadi salah satu kunci yang dibicarakan pada diskusi Titik Temu ke 6: Setiap Masalah Ada Solusi yang diselenggarakan oleh Rakyat Kalbar, Pon Tv, HIPMI Kalbar, bekerjasama dengan Panitia Pelaksana Daerah Boelan Boeng Karno 2016 di Rumah Radakng Jalan Sultan Abdurrahman Pontianak, Kamis (2/6).
“Ketika PDI Perjuangan memenangkan Pemilu presiden dan menjadi partai pemerintah, hal ini menjadi prioritas utama kami. Bahwa kita akan menghadapi bonus demografi yang bisa menjadi bencana, bisa menjadi musibah, tapi juga bisa menjadi sebuah kesempatan,” kata dr. Karolin Margret Natasa, Anggota DPR RI usai menghadiri diskusi Titik Temu kepada Rakyat Kalbar.
Karolin mengatakan, langkah startegis dalam hal ekonomi yang dibuat pemerintah dalam menyiapkan bonus demografi, salah satunya, mendorong terwujudnya wirausaha-wirausaha muda baru Indonesia.
“Pertama, pariwisata yang sudah kelihatan hasilnya, pendapatan dari pariwisata meningkat tajam, kemudian melalui peningkatan pengusaha muda dan produk UMKM. Ini kan kita tidak perlu investor, bisa melalui kelompok-kelompok masyarakat dan koperasi. Melalui gotong-royong kita mendorong masyarakat untuk memiliki usaha sendiri,” ujar anggota DPR dua periode ini.
Pemerintah kata dia, tetap memberikan support terhadap kebangkitan para wirausaha muda. Namun demikian, diharapkan pula, dari para pemuda sendiri dapat selalu mengasah kemandiriannya. Baik dari segi pengetahuan, inovasi, kemampuannya berdaya saing dan lain sebagainya.
“Kalau kita nunggu investor dulu baru bisa menyerap tenaga kerja, ya sampai kapan? Sementara kita punya ledakan orang muda, ledakan angkatan kerja. Nah angkatan kerja ini harus kita persiapkan memiliki usaha. Harus bisa menjadi pengusaha, sehingga tidak bergantung pada pemberi kerja, tidak tergantung pada pemerintah,” paparnya.
Diskusi Titik Temu: Setiap Masalah Ada Solusi kali ini mengangkat tema “Peran Pemerintah dan Lembaga Keuangan dalam Menggerakkan UMKM dan Industri Kreatif di Kalbar”. Diskusi yang diikuti ratusan wirausaha muda Kalbar ini menghadirkan berbagai narasumber berkompeten, diantaranya dari kalangan pemerintah, lembaga keuangan/bank, aparat keamanan/TNI, para pendidik dan lain sebagainya.
Mengingat, diskusi ini bertepatan dengan momen Hari Lahir Pancasila dan Festival Boelan Boeng Karno 2016, maka tema yang diangkat lebih fokus menyasar pada geliat ekonomi kreatif generasi muda-usia produktif. Sebagai implementasi salah satu poin yang digariskan dalam ide Tri Sakti Sang Proklamator Indonesia, Bung Karno.
Laporan: Fikri Akbar
Editor: Hamka Saptono