eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Penderita penyakit thalasemia bisa hidup normal, bila rutin transfusi darah dan mengkonsumsi kelasi besi, vitamin E, anti oksidan, asam kolat dan obat anti keropos tulang.
dr Alvin, spesialis anak RSUD dr Soedarso menerangkan, mengkonsumsi obat kelasi besi tujuannya untuk menguras endapan zat besi akibat transfusi darah. Menurut Alvin, penderita thalasemia berpotensi mengalami pengeroposan tulang. Makanya, diperlukan kalsium yang cukup. “Jadi itu (obat, Red) mesti diminum rutin. Setiap hari. Terus menurus. Seumur hidup,” katanya. “Jika hal itu dilakukan secara rutin, anak-anak penderita thalasemia bisa hidup normal. Sama seperti orang-orang diluar sana,” tambahnya.
Dia menjelaskan, transfusi darah harus dilakukan sejak penderita mengalami anemia thalasemia. Transfusi darah rata-rata dilakukan sebanyak satu kali selama empat minggu.
Jika pasien umum, kisaran biaya transfusi dan obat-obat lainnya yang harus dibayarkan untuk pengobatan thalasemia, berkisar Rp15 juta setiap bulan. “Tetapi sekarang, semua sudah bisa ditanggung pemerintah melakui program BPJS,” ucapnya.
Dijelaskannya, populasi penderita thalasemia se-Indonesia, jumlahnya mencapai sembilan ribuan. Karena itu, tak heran, biaya terbesar nomor tiga yang menyedot dana BPJS Kesehatan saat ini, yaitu untuk membiayai pengobatan penderita thalasemia.
Sejak biaya perawatan thalasemia ditanggung BPJS, kata Alvin, angka kematian penderita thalasemia relatif menurun. “Kalau thalasemia ini, dia hanya ditransfusi saja, tidak dikasi kelasi besi, atau tidak ditransfusi sama sekali, itu akan meninggal selama lima tahun, karena gagal jantung. Karena, tidak ada darah yang dipompanya,” katanya.
Namun, jika si penderitanya rutin melakukan transfusi dan mengkunsumsi obat-obat tambahan lain, maka mereka bisa hidup sampai umur puluhan tahun. “Kalau diluar negeri ada yang bertahan sampai 70 tahun. Masih bisa punya anak,” katanya.
Alvin menambahkan, konsep transfusi darah untuk penderita thalasemia harus sesuai golongan darah. “Penyakit thalasemia itu terjadi karena sel hemoglobin darahnya itu cacat,” terangya.
Menurutnya, penyakit kelainan darah itu masih ada kemungkinan bisa disembuhkan secara total. Dengan upaya pencangkokan sum-sum tulang belakang. “Di Jakarta sekarang sedang dipersiapkan,” pungkasnya.
Laporan: Abdul Halikurrahman
Editor: Yuni Kurniyanto