-ads-
Home Features Bikini Beijing, “Tradisi” yang Mulai Dilarang

Bikini Beijing, “Tradisi” yang Mulai Dilarang

Tak Sopan, tapi Punya Filosofi Dalam

Tradisi unik di Beijing yakni menggulung pakaian hingga kelihatan perutnya (The Guardian)

eQuator.co.id – Pemerintah daerah di Tiongkok memiliki banyak masalah ketertiban umum yang dirasa harus dibenahi. Salah satu yang akan ditindak adalah bang ye alias bikini Beijing. Adat tersebut dianggap tak lagi cocok pada era modern seperti sekarang.

’’INI sih bukan masalah. Wong, kita melakukannya saat panas saja,’’ ujar seorang pria bermarga Fu kepada Washington Post. Dia sedang asyik duduk di kursi geladak di depan toko bangunannya. Suhu di gang Kota Beijing hari itu mencapai 100 derajat Fahrenheit atau 37 derajat Celsius.

Fu adalah salah seorang pendukung tradisi bikini Beijing. Saat diwawancara, seluruh kancing kemeja birunya juga terbuka. Menurut dia, kebiasaan itu bisa membantu rakyat Tiongkok mendinginkan badan pada cuaca musim panas yang ekstrem. ’’Tapi tidak sopan!’’ teriak istrinya dari dalam toko.

-ads-

Ya, bikini itu memang bukan baju renang yang terdiri atas celana dan kutang ala Barat. Bikini Beijing adalah istilah dari warga Tiongkok yang menggulung baju mereka sampai memperlihatkan bagian perut. Kebiasaan tersebut kerap dilakukan lelaki tua saat musim panas. Karena itu, istilah lokalnya adalah bang ye. Artinya, kakek-kakek telanjang.

Yang pernah berkunjung ke Tiongkok pasti mengerti. Pemandangan itu ada di mana-mana selama musim panas. Bukan hanya di gang-gang kampung. Pria ’’berbikini’’ juga bisa ditemukan di lokasi wisata, pinggir jalan raya, bahkan pusat perbelanjaan. ’’Saya tidak telanjang dada. Saya juga pakai sepatu,’’ kata seorang pria yang sedang menikmati semangkuk mi dan sekaleng bir.

Dewasa ini, beberapa pejabat daerah berupaya mengubah citra kota mereka menjadi lebih beradab. Mereka bosan terus-menerus dicemooh negara asing. Ya, sebagian warga Tiongkok dikenal punya kebiasaan jorok. Misalnya, meludah di mana saja. Mereka juga kerap melepas sepatu agar kaki mereka terkena hawa lepas. ’’Mereka menganggap ruang umum seperti rumah mereka sendiri. Padahal, mereka seharusnya menghargai orang lain,’’ tutur Lily Huang, instruktur senam.

Karena itu, banyak daerah yang menetapkan larangan unik. Misalnya, tak boleh meludah dan tak boleh makan dengan suara berkecap-kecap yang keras. Yang terbaru, Pemerintah Kota Jinan melarang 8,7 juta warganya melakukan bang ye. ’’Warga yang tak berpakaian sepantasnya di ruang publik akan dihukum.’’ Begitu pernyataan resmi dari pemerintah kota menurut CNN.

Otoritas di kota yang berada di antara Beijing dan Shanghai itu juga melarang pertengkaran di tempat umum, menyalip antrean, membuang sampah sembarangan, dan menuntun anjing sembarangan. Untuk sementara ini, warga yang melanggar bakal diberi peringatan lisan. Namun, di Tianjin, pemerintah sudah menetapkan denda yang setara dengan Rp 409 ribu bagi pelaku bikini Beijing. Begitu juga Pemerintah Kota Shenyang.

Tentu saja, para pencinta bang ye tak setuju dengan kebijakan-kebijakan tersebut. Mereka merasa bahwa kebijakan itu tak adil. Padahal, banyak juga perempuan yang memamerkan perut mereka di depan umum. ’’Apakah kalau perempuan itu keindahan, kalau kita (pria) itu keburukan?’’ ucap salah seorang pria yang menolak memberitahukan namanya.

Mereka menegaskan, upaya membuka perut bukan tanpa alasan. Menurut prinsip kesehatan Tiongkok, pusar merupakan pusat energi panas dalam tubuh manusia. Dengan membuka bagian perut, udara panas yang tersimpan dalam tubuh bisa keluar dengan bebas.

Beberapa netizen juga ikut mendukung bikini Beijing. Menurut mereka, keberadaban semestinya tak ditentukan negara lain. Setiap negara punya tradisi yang harus mereka pertahankan. ’’Telanjang dada lebih baik daripada menghidupkan AC dan menambah emisi karbon. Biarkan saja orang tua bebas berpakaian,’’ tulis salah seorang netizen di situs media sosial Weibo. (Jawa Pos/JPG)

Exit mobile version