Robohnya crane di Masjidil Haram dan Tragedi Jalan Arab 204 di Kota Mina merupakan dua peristiwa paling heboh sekaligus memilukan yang terjadi sepanjang tahun 2015. Salah seorang karyawati Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group), Hajah Arninda Idris Usman, mengalami dua insiden tersebut. Melalui memoar berikut ini, Ninda menceritakan kisah perjalanan hajinya dengan gaya “Aku”. Kisah tersebut juga untuk memperingati seratus hari Abang tercintanya, almarhum Haji Adryansyah Idris Usman, dan semua yang wafat dalam Tragedi Mina 24 September 2015.
~ 5 September 2015~
eQuator – Aku, abang, mama, papa, adek, dan kakak ipar, bersiap-siap berangkat ke Asrama Haji Pontianak untuk penimbangan koper besar khusus Kloter 14 Embarkasi Batam. Tepat jam 08.30 WIB, kami sampai di Asrama Haji Pontianak. Suasana tampak ramai, mobil maupun motor yang diparkir sudah menutupi jalan, para pedagang asongan bertebaran di halaman asrama.
Mataku tertuju pada satu arah di sebelah kiri dari gerbang, semua calon jamaah haji sudah memadati area yang hanya ditutupi tenda. Aku dan yang lainnya bergegas ke sana, dua koper dibawa papa, Haji Idris Usman, sampai ke area itu.
Aku mulai sibuk memeriksa koper di regu 33 karena aku sebagai ketua regu dan abangku memeriksa secara keseluruhan dari Regu 33-36 karena dia ketua rombongan. Satu persatu calon jamaah haji rombongan 9 mulai berdatangan bersama keluarganya. Pesan demi pesan disampaikan kepada aku dan abang untuk menjaga calon jamaah haji, tertutama yang Lansia dan pergi sendiri. Hanya dua kata yang kami ucapkan: Insya Allah.
Satu persatu koper calon jamaah haji Kloter 14 Embarkasi Batam mulai ditimbang. Rombongan 9 mendapatkan sesi terakhir karena di antara Regu 33-36 masih ada yang belum lengkap. Sebelum ditimbang kami menyempatkan foto-foto bersama dan sekali lagi memeriksa kelengkapan koper apakah masih ada yang kurang pita hitam (Kode Pita Rombongan 9)-nya, tulisan BTH, dan yang paling penting foto sebagai pengenal.
Waktu terus berjalan, semua koper sudah ditimbang dan tersusun di dalam mobil besar dan semua calon jamaah haji satu persatu meninggalkan area itu dan keluar gerbang menuju parkiran. Ini adalah hari terakhir sebelum aku dan abang berangkat haji pada 6 September 2015.
Kami pun memanfaatkan momen ini untuk keliling Kota Pontianak. Jalan-jalan dan makan bersama di Somay Bandung. Malam harinya, pakaian seragam batik, tas jinjing, serta tas leher diperiksa lagi satu persatu. Semua perlengkapan tersusun rapi dan kami pun tidur.
~ 6 September 2015~
Jam 03.00 WIB, mataku mulai terbuka, tubuh pun terbangun. Dengan niat kuat, kulangkahkan kaki ini menuju pintu belakang. Aku buka, terus berjalan sampai bertemu kran air. Cuaca sangat dingin serasa menusuk sampai ke tulang. Tapi tidak menggoyahkan niatku, aku mulai menjalankan air kran dan berwudhu.
Kugelar sajadahku, kuletakkan tasbihku, kugunakan mukenahku dan memulai Tahajud. Kulanjutkan dengan Salat Taubat, Salat Hajat, dan Salat Witir. Kucoba basahkan bibir ini dengan zikir kepada Allah dan memohon ampun atas dosa-dosaku, pun memohon diberikan kelancaran keberangkatan haji sampai pulang dengan selamat di Tanah Air dan menjadi Hajjah yang mabrur.
Suara azan kemudian terdengar dengan merdunya dari jam dinding yang ada disebelahku, disusul azan dari masjid yang tidak jauh dari rumah. Sebelum aku memulai Salat Subuh, kubuka pintu kamar. Terlihat sosok cowok tepat di depan TV yang tak lain adalah abangku, ia sedang duduk dan akan memulai salat. Mulut diam, sangat khusyuk, mungkin sudah dari tadi menjalankan salat malam. Segan mengganggunya, kututup pintu kamar kembali dan memulai Salat Subuh sendiri.
Kukuruyuuuk. Pukul 06.00 WIB, matahari sudah mulai terbit. Tinggal menghitung jam keberangkatan ke Asrama Haji Pontianak. Kami gelombang terakhir, jadi jam 11.00 WIB baru dijadwalkan berada di sana. Pukul 10.00 WIB, kami semua sudah siap. Tampak sahabat abang, Bang Heri, ikut mengantar juga.
Dia jadi juru foto dadakan kami sekeluarga. Tawa dan sedih menjadi satu. Meninggalkan kedua orangtua, adik, kakak, keluarga, dan sahabat, ternyata sangat berat. Tapi harus ikhlas. Tak boleh ada yang mengganjal di hati. Mesti benar-benar tenang dan fokus ibadah. Doa kami haturkan sebelum melangkahkan kaki keluar rumah.
Saat memasuki Asrama Haji, entah kenapa seluruh tubuh ini gemetaran. Hanya zikir yang bisa aku lantunkan dari mulutku agar ketenangan menghampiriku. Aku langkahkan kaki kananku untuk turun dari mobil. Aku lihat sekelilingku sudah mulai ramai, mata ini tertuju pada sekelompok wanita yang sedang duduk di sisi kanan tepatnya di sebuah warung penjual es kelapa. Mereka teman-temanku Mbak i, Mbak Ulan, dan Dedek Ayu.
Kami pun mengobrol panjang dan sempat foto-foto bersama. Keteganganku sedikit memudar, hingga akhirnya mama memanggil dan menghampiri kami. Kata Beliau, teman-teman reguku sudah menunggu di masjid, mau Salat Zuhur. Aku pun menuju ke lokasi berkumpul di samping masjid, satu persatu bertemu dengan Bapak/Ibu calon jamaah haji Regu 33. Aku meminta kepada keluarga calon jamaah haji untuk menjaga tas-tas kami saat Salat Zuhur dan Asar yang di-Jamak.
Dalam sujud terakhirku, aku meminta “Ya Allah selamatkan kami semua dalam perjalanan dari Tanah Air ke Tanah Suci dan kembali lagi ke Tanah Air dengan selamat”.
Saat berpamitan, aku memeluk mama, abang juga ikut memeluk mama. Saat itulah tetesan demi tetesan air mata mengalir. Serasa tidak ingin melepas pelukan, berat banget meninggalkan orang-orang tersayang di Tanah Air. Tapi Allah telah memanggil aku dan abang untuk datang ke Rumahnya melaksanakan ibadah haji. Kami sangat bersyukur bisa ke Tanah Suci walaupun aku dan abang tau masih banyak dosa-dosa yang akan kami bawa kesana dan disanalah tempat kami untuk benar-benar bertaubat.
Pukul 13.00 WIB, pengumuman untuk masuk ke dalam ruangan tunggu Asrama Haji telah terdengar. Satu persatu aku dan rombongan masuk melewati pintu belakang. Aku mulai mengarahkan reguku untuk tetap di situ sampai pintu terbuka sambil mengecek dan merapikan kelengkapan tas jinjing maupun tas leher. Apakah pitanya belum terikat kuat, atau fotonya yang belum terpasang, karena akan langsung dibagasikan oleh pihak maskapai.
Semua calon jamaah dan barang melewati security check, semua tas jinjing dibariskan dekat pintu keluar dan dimasukkan satu persatu ke dalam Bus Damri. Semua calon jamaah haji hanya membawa tas yang ada dilehernya. Setelah lengkap, kami duduk sesuai rombongan masing-masing. Mendengarkan pengarahan yang disampaikan panitia.
Eh, tiba-tiba konsentrasiku buyar. Terlihat seorang pria yang asyik mengambil foto di depan dan lebih banyak ke arah rombongan kami. Tak lain papaku. Dan tiba-tiba dari belakang ada yang memeluk dan mencium ubun-ubunku. Sontak aku kaget dan melihat ke belakang. Ternyata mama. Lagi dan lagi, air mataku mengalir.
Usai pengarahan, kami dipanggil untuk dilepas ke Bandara Supadio menggunakan Bus Damri. Bus terhenti di area bandara karena dikabarkan pesawatnya belum tiba. Setengah jam lebih menunggu, tepat pukul 14.45, bus melanjutkan perjalanan sampai ke sisi pesawat Sriwijaya Air, tepat di samping tangga naik. Dan, pukul 15.10 WIB pesawat pun take off menuju Bandara Hang Nadim Batam.
Turun dari pesawat, naik bus lagi. Sepanjang jalan aku memperhatikan Kota Batam, pertama kali aku menginjakkan kaki di sini. Perjalanan kurang lebih 30 menit, pukul 17.00 WIB kami sampai di Asrama Haji Batam.
Usai Salat Magrib, semua Jamaah Haji Kloter 14 BTH masuk ke ruangan tempat kami berkumpul saat tiba di Asrama Haji untuk pemeriksaan kesehatan lanjutan. Satu persatu dipanggil dimulai dari ketua rombongan, ketua regu, dan anggota.
Aku berada di rombongan 9 dan saat dipanggil ternyata satu-satunya cewek yang jadi ketua regu. Sampai-sampai petugas memanggilku dengan sebutan Bapak. Mungkin dia kaget, kok bisa cewek jadi ketua regu??? Hehehe, mungkin ini kali pertama ketua regu jamaah haji Indonesia cewek. Aku berjanji menjaga amanah ini.
Usai pemeriksaan, aku mengambil masker, obat-obatan, gelang haji dan paspor. Terakhir, uang saku 1500 riyal dan Rp500rb—bonus sebagai ketua regu. Kembali ke tempat duduk di ruang berkumpul, aku mengambil tas jinjing dan mengemaskan barang yang didapat tadi. Rempong sekali. Kubuka lagi tas leher untuk memasukkan paspor, buku kesehatan, dan mengambil nomor kamar. Aku mendapatkan ruang Safa kamar 167. Cukup membingungkan jalan menuju ruang Safa.
Pukul 20.00 WIB, satu persatu teman sekamarku datang. Tiba-tiba terdengar pengumuman: ”Diharapkan kepada seluruh Ketua Rombongan dan Ketua Regu Kloter 14 beserta petugas untuk rapat di Ruang 204”.
Saat masuk Ruang 204, semua mata tertuju ke aku, mungkin dalam pikiran yang memandang, “Kok ada ibu-ibu masuk sini”. Hehehe. Dengan percaya diri aku ambil bangku dan duduk paling belakang. Pengabsenan dimulai lagi, dan lagi aku dipanggil Bapak Arninda. Haduuuuhhhhh. Aku pun mengangkat tangan mengoreksi, “Saya Mbak Arninda, Pak”, dan semua tertawa. Ada yang berkata “Ketua Regu paling cantik disini”. Ehm.. ehm.., pipiku bersemu merah deh. Setelah itu, barulah aku dipanggil ibu.
Rapat berlangsung cukup lama sampai jam 22.00 WIB, dipimpin oleh petugas kesehatan haji Kloter 14 BTH, H. Joko Winardi, M.Pd, TPIHI, M.Ag. Ada juga TKHI Dokter Astari Nurtilawati, Medis 1 Mahadi Bujang, Medis 2 Nurasmah Abdul Sattar, dan TPHD Ipung Wijaya, S.Sos, M.Si.
Sebelum kembali ke kamar, aku sempat berfoto dengan teman sekantor yang juga calon Jamaah Haji Kloter 14 dari Sanggau. Dia Bang Ucok, Biro Pemasaran Rakyat Kalbar di Sanggau. Dan sampailah waktu tidur. Kami masuk ke kamar masing-masing.
Semua hening, hanya terdengar suara jangkrik yang terdengar mengiringi dinginnya malam. Kutarik selimut sampai batas leher dan mulai memejamkan mata, berharap semua Jamaah diberikan kesehatan dan kelancaran saat keberangkatan besok.
~ 7 September 2015~
Detik demi detik…
Menit demi menit…
Jam demi jam…
Terlewati hingga jarum panjang menunjukkan angka 12 dan jarum pendek menunjukkan angka 3 saat alarm berbunyi. Tepat pukul 03.00 WIB itu, pengumuman terdengar: “Para calon Jamaah Haji Kloter 14 silakan bangun dan bersiap-siap. Bereskan barang-barang jangan sampai ada yang tertinggal. Silakan melaksanakan Salat Subuh berjamaah di masjid, waktu Subuh untuk Kota Batam pukul 04.20 WIB”.
Aku masih terduduk di tempat tidur, kulihat sekeliling ibu-ibu satu kamar sudah sibuk dengan barang-barangnya. Ada yang sibuk merapikan koper kecil, ada yang siap-siap mandi, ada yang menelpon keluarganya, dan ada yang melaksanakan salat malam.
Aku masih bengong karena melihat barang-barangku begitu banyak, satu persatu aku keluarkan lagi dan memasukkannya ke dalam koper kecil. Walaupun begitu, masih saja ada barang-barang yang belum dimasukkan. Singkat cerita, kami Salat Subuh berjamaah di masjid Asrama Haji Batam.
Setelah salat, keluar lagi pengumuman berbunyi, ”Kepada seluruh calon jamaah haji kloter 14 diharapkan segera masuk ke ruang keberangkatan melalui pintu Xtree untuk security check”. Setelah acara pelepasan keberangkatan, kami naik bus lagi menuju Bandara Hang Nadim. Tiba di sana tepat pukul 09.00 WIB.
Diarahkan masuk ruang tunggu sambil menunggu waktu keberangkatan, masih ada kesempatan untuk melaksanakan Salat Dhuha di musala bandara. Dan, tiba waktunya naik ke pesawat Arab Saudi Airline.
Take off dari Batam menuju Jeddah memakan kurang lebih 8-9 jam perjalanan. Di dalam pesawat, kami tidak ada yang diam, semua berkesempatan foto-foto bareng pramugari. Aku paling depan, di kepala pesawat foto-foto. Makanan yang disajikan sangatlah memuaskan, dua kali makan ditanggung airline dan ada snack untuk dibawa ke ruang tunggu Bandara King Adul Aziz Jeddah. Sampailah kami ke Tanah Suci, Mekkah. (*/Bersambung)