Berjibaku Demi Sesuap Nasi hingga Pinjam Duit Pak RT untuk Modal Usaha

Zulfitriyansyah/Tukang Bekam Keliling

Zulfitriyansyah

Bagi sebagian orang, hidup memang tidak mudah. Bahkan, bagi mereka yang merupakan kalangan usaha kecil dan menengah tidak jarang harus berjibaku supaya tetap bisa makan demi kelangsungan hidup keluarganya.

Namun mesti diakui pula, kisah-kisah inspiratif tentang pahit getirnya hidup terkadang tak datang dari kalangan anak saudagar kaya raya. Karena kebanyakan mereka tidak pernah merasakan sulitnya kala berada di titik nadir.

Sosok yang diketengahkan Rakyat Kalbar edisi kali ini, bukanlah sosok seorang pengusaha sukses yang memiliki lusinan mobil sport atau villa di puncak Bogor atau pemilik hotel berbintang di Dubai, yang setiap sorenya bisa berjemur di tepian pantai Jumeirah Beach.

Dia hanyalah orang biasa yang punya kemauan kuat untuk berusaha serta tak mau kalah dengan keadaan di tengah keterbatasan kemampuan fisik dan ekonomi.

Namanya Zulfitriyansyah, lahir 19 Juli 1982, di Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah. Saat ini dia bekerja sebagai tukang bekam keliling atau yang dikenal dengan Bekam Tibbun Nabawi.

Zul, panggilan akrabnya, terlahir dalam keluarga sederhana yang taat beribadah. Kisahnya memulai tanggungjawab sebagai pria dewasa cukup mengharukan. Sejak kedatangannya ke Pontianak dengan niat kuliah tahun 2002 silam, hingga sekarang dia terus berusaha agar bisa mendapatkan sesuap nasi.

Dia bahkan hampir tidak memiliki tempat untuk tinggal. Melalui beberapa kenalan waktu kuliah di STAIN (sekarang IAIN) Pontianak, Zul akhirnya bisa berteduh dan tinggal dari satu masjid ke masjid yang lain sambil mengurusi berbagai kebutuhan masjid. Di samping itu, Zul juga harus bekerja memenuhi kebutuhan makan dan biaya kuliahnya.

Bagaimana sesungguhnya Zul menjalani kehidupan, bagaimana dia bisa tabah ketika semua perusahaan yang dilamarnya menutup pintunya rapat-rapat. Serta bagaimana dia dengan gigihnya menjalani tutup-buka dari satu usaha ke usaha lainnya dengan gigih. Sampai untuk membuka usaha bekam saja, dia harus menggedor pintu rumah Pak RT untuk pinjam duit sebagai modal awal. Berikut wawancaranya selengkapnya;

+Bagaimana awalnya Anda memulai usaha di Kota Pontianak?

-Tahun 2003, saya pernah tinggal di Masjid At Taqwa di Jalan Sepakat 8 Sungai Jawi. Bersama teman saya Mustafa, Mukhtar dan Pudjaiman, pertama mencoba membuat tahu goreng hanya untuk menyambung hidup di Kota Pontianak. Tapi sayang gagal, karena pada waktu itu baru belajar menggoreng tahu putih yang masih berair sehingga hancur.

+Setelah gagal dengan usaha tahu goreng, apa yang Anda lakukan? 

-Tahun 2005, saya coba berpindah ke surau di Gang Sintang di Jalan Wonoyoso. Di situ saya mencoba buat cincau sendirian untuk dijual dari rumah ke rumah. Waktu itu, saya mulai ketika memasuki bulan puasa Ramadan. Saya berharap bisa berlanjut. Namun usaha itu hanya bertahan satu bulan saja pada saat Ramadan.

+Setelah gagal untuk yang kedua kalinya, bagaimana caranya Anda memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kuliah?

-Saya kemudian mencoba memulai mengajar ngaji, Alhamdulillah bisa bertahan. Sambil kuliah saya mencoba mencari kerjaan tetap. Sampai akhirnya saya ditawari oleh salah seorang murid ngaji untuk bekerja sebagai penjaga malam di Yayasan Bunda Nanda di Jalan Gusti Hamzah, Gang Hidayah. Namun karena kondisi saya yang memang sering sakit-sakitan, akhirnya saya mengundurkan diri karena tak enak hati.

+Bagaimana Anda bisa bertahan dengan kondisi kesehatan yang kurang baik serta pekerjaan yang terus gagal?

-Jatuh bangun bagi saya sudah biasa. Pada tahun 2006, saya pindah di komplek Mitra Raya Lestari 3, di masjid juga. Di situlah saya mulai kehidupan serta berkenalan dengan teman-teman baru yang banyak memberikan perhatian besar bagi saya. Di masjid serta jadi pengurus masjid, penyakit dalam yang saya derita terus kambuh. Hampir seminggu sekali saya jatuh sakit sehingga sering merepotkan teman saya, seperti Mulyadi.

Beliaulah yang sering mengantar saya pulang ke rumah orangtua di Pinyuh.

+Terkait dengan usaha bekam, apa yang menjadi ketertarikan Anda sehingga terjun di bidang usaha yang jarang dilakukan. Terlebih Anda tidak memiliki basik menjadi pembekam?

-Pada tahun 2007, teman saya bernama Pudjaiman pernah menawarkan sebuah pengobatan therapys kepada saya dan hampir saja saya menolaknya. Karena banyak sekali pengobatan yang saya datangi, tapi penyakit saya tak juga kunjung sembuh. Teman saya yang bernama Pudjaiman terus merayu saya agar saya mau berobat therapys bekam, akhirnya saya memutuskan untuk mencobanya.

Saya pun pergi bersama Pudjaiman untuk berobat bekam dengan seorang therapys bernama Ustadz Kurniawan dari Jakarta. Alhamdulillah, dengan sekali bekam saya merasakan ada sedikit perubahan dengan tubuh saya. Dari situ lalu saya ditawarkan agar belajar bekam. Saya pun menyanggupinya.

+Menurut cerita, Anda juga sampai meminjam uang ke Pak RT tempat Anda tinggal karena ketiadaan uang kala itu?

-Saya membutuhkan biaya untuk belajar bekam. Karena tidak ada uang, kawan pun juga kurang lebih sama kondisinya, akhirnya saya meminjam duit dengan Pak RT di komplek sebesar Rp750 ribu. Pak Jumarwan namanya, dia baik orangnya sama saya. Selama satu minggu saya belajar dengan sungguh-sungguh. Bulan-bulan berikutnya, tubuh saya dibekam oleh teman bernama Pudjaiman, kondisi kesehatan saya mulai membaik.

+Setelah itu, apakah usaha baru Anda membuahkan hasil? 

-Saya pun langsung mencoba memulai usaha bekam ini, tapi belum ada orang yang berminat untuk bekam. Karena mungkin belum ada yang tahu tentang manfaat bekam. Ada juga yang takut dengan bekam, tapi saya tidak berputus asa. Dengan modal percaya diri, saya terus mengenalkan bekam ke orang-orang terdekat serta teman. Tapi tetap saja belum ada yang berminat dengan bekam.

+Anda kabarnya pernah hampir putus asa?

-Saya hampir putus asa, saya bahkan tidak bisa melanjutkan kuliah. Sampai pada tahun 2008, saya bertemu dengan seorang yang pintar komputer. Dialah yang mengajarkan saya cara promosi usaha di dunia internet. Dengan menggunakan jasa blogger dan wordpress, saya mencoba menulis dan mempromosikan usaha bekam dan obat herbal. Alhamdulillah, satu demi satu mulai ada peminatnya, walaupun masih jarang yang panggil. Saya bersyukur bisa mempraktekkan usaha bekam ini.

+Apakah dengan usaha yang Anda geluti cukup mengakomodir biaya keseharian Anda?

-Saya masih ngajar ngaji juga. Hingga pada tahun 2013, saya pun mulai menikah. Alhamdulillah, usaha bekam saya mulai ada kemajuan hingga sekarang ini. Hikmah dari berobat bekam hingga belajar bekam menambah keyakinan saya bahwa jika kita sungguh-sungguh dalam usaha serta keyakinan dan berdoa kepada Allah SWT maka tidak ada sesuatu di dunia ini yang mustahil. Semua hal yang ada di dunia bisa kita kerjakan. Selama kita ada keyakinan dan rasa yakin, Insya Allah segala kesulitan pasti ada jalan keluarnya.

+Untuk omzet sendiri berapa yang dapat Anda hasilkan?

-Untuk omzet tak tentu pasti. Untuk sekali bekam, saya kenakan tarif Rp80 ribu sampai Rp100. Saat ini saya sudah memiliki pelanggan tetap, di luar itu saya biasa dipanggil keluar oleh orang untuk dibekam. Atau orang yang datang ke rumah saya di Jalan Dr Sutomo di ruko Raja Batik, nomor 16 B. Saya tinggal bersama istri dan anak saya yang masih berusia 8 bulan. Alhamdulillah untuk sehari-hari bisa sedikit terbantu.

Reporter: Fikri Akbar

Redaktur: Andry Soe