Kabupaten Sambas kembali memasuki musim buah. Saat ini buah yang membanjiri Sambas adalah rambutan.
Sairi, Sambas
eQuator.co.id – Di Kabupaten Sambas, Kecamatan Sajad merupakan penghasil rambutan terbesar. Rata-rata masyarakat di sana memiliki kebun rambutan. Bahkan rambutan asal Kecamatan Sajad sudah terkenal, karena rasanya yang manis.
Rabu (3/1), di Jembatan 1 Desa Jirak Kecamatan Sajad, tampak antrean panjang memuat ribuan ikat rambutan. Setidaknya ada 13 pikap, truk dan mini bus menunggu giliran untuk memuat rambutan daerah tersebut. Buah ini berasal dari petani-petani di sejumlah desa di Kecamatan Sajad. “Rambutan ada yang dari Sawang, Tengguli, Kuayan,” kata salah seorang penampung rambutan, Jhoni, Rabu (3/1).
Hampir sepekan ini buah rambutan dipanen. Permintaan akan buah manis dan kulitnya berambut ini memang lagi banyak. Namun, buahnya saja agak kurang dibandingkan tahun lalu.
Ribuan ikat rambutan dibawa langsung oleh para petani menggunakan perahu atau sampan dari lahan mereka masing-masing. “Sudah sepekan ini antrean agen rambutan berdatangan dari berbagai kabupaten/kota di Kalbar,” ujarnya.
Harga yang ditawarkan petani berdasarkan per pumpung (ikat). Per ikat besarnya dijual sekitar Rp7 ribu. Penampung membeli hingga 5.000 sampai 6.000 ikat per hari. “Kalau satu pikap muatannya tidak menentu, ada yang 500 ikat ada juga yang sampai 700 ikat, tergantung jenis pikapnya. Hal ini terjadi hampir setiap harinya selama musim panen,” terang Jhoni.
Memasuki musim panen rambutan tentu menjadi berkah bagi para petani di Kecamatan Sajad. Rambutan yang ditanam para petani memiliki kualitas yang cukup baik. Berdaging tebal dan rasa yang cukup manis.
Ribuan ikat rambutan tersebut biasanya di bawa ke luar Kabupaten Sambas. Para agen rambutan dari berbagai kabupaten/kota di Kalbar berbondong-bondong datang membeli rambutan di kawasan tersebut. “Biasanya rambutan kami di sini di bawa ke Kota Pontianak dan Kota Singkawang. Ada juga yang bawa ke Kabupaten Sintang, Ngabang (Kabupaten Landak),” jelasnya.
Kadang ada juga yang membawa rambutan asal Kecamatan Sajad ini ke Kalimantan Tengah (Kalteng). Namun ke Jakarta dan ekspor ke Malaysia belum ada. “Kalau beli di sini, harga perikat dari petani Rp7 ribu, kemudian harga dari penampung ke agen Rp8 ribu, sementara harga jual ke warga tergantung lokasi tujuan,” ungkap Jhoni. (*)
Editor: Arman Hairiadi